Mengancik usianya yang ke-56 tahun, Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar) masih menyisakan misteri. Ada yang belum terungkap dari
kepingan gambar puzzle sejarah negara ini.
Supersemar lahir pada 11 Maret 1966, persis lima
setengah dasawarsa bila dihitung mundur sejak sekarang, Kamis (11/3/2021).
Catatan pendek ini, hanya ingin menanggapi komentar salah satu teman lama, yang setelah membaca artikel berjudul: "Benarkah Unamet Melakukan Kecurangan Dalam Referendum 1999?" (bisa diklik di sini; https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/557705975433853), kemudian memberikan komentar bahwa kesaksianku adalah "Kesaksian Palsu".
Komentar sahabat lama ini menarik perhatian. Begitu membaca komentar beliau, yang memberikan stigma pada kesaksianku, muncul sejumlah pertanyaan berikut:
1. Apakah yang dimkasud PALSU itu adalah Ijazahku?
2. Atau apakah yang dimaksud PALSU itu adalah pernyataanku bahwa di Ijazahku tertulis simbol-simbol Referendum 1999?
3. Atau apakah yang dimaksaud PALSU itu adalah angka kemenangan Pro Kemerdekaan: 344580 (78,5%)?
Hari ini,
4 September 2021, saya share kembali seri pertama artikel berjudul: MISTERI
RUMPUN BENJAMIN, dengan sub judul: “Lebih Mudah Langit dan Bumi Lenyap Dari
Pada Satu Titik Dari Hukum Taurat Batal. Artikel tersebut diposting di timeline
face book saya, pada 2 tahun lalu, tepatnya pada 4 September 2019. Jadi hari
ini, 4 September 2021, artikel tersebut, genap berusia 2 tahun. Sama sekali
tidak dilakukan edit sedikit pun, semenjak 4 Sptember 2019. Termasuk 4 foto
yang dilampirkan dalam artikel tersebut yang ditayangkan pada 4 September 2019,
saya lampirkan kembali di sini. Jika Anda ingin membaca versi face booknya,
bisa diklik di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/145801719957616.
Terima-kasih. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.
BENARKAH UNAMET MELAKUKAN KECURANGAN
DALAM REFERENDUM 1999? (Ijazahku Ditolak Staf Internasional Asal Kanada)
Foto ini memvisualisasikan Staf yang bertugas di TPS Renon Denpasar. Dari kiri ke kanan: (1). Antoninho Benjamin Monteiro, asal Atsabe TL. (2). Acacio Branco de Oliveira, asal Same TL. (3). Ari Sanjaya, asal Bali Indonesia. (4). Mr. John, asal Kanada. (5). Mrs. Nicole, asal Kanada. (6). Mr. Mike Montegano, asal Kanada. (7). Mrs. Marylyn Maison, asal Kanada. (8). Mayor Tinakorn, Anggota Angkatan Laut asal Thailand. Tugasnya di TPS Denpasaradalah sebagai MLO (Military Liaison Officer) = Penghubung Militer, bersama Kolonel Arifin, asal Malaysia, yang tidak tampak dalam foto, karena beliau yang mengambil foto ini.
Pengantar Singkat:
Artikel ini adalah
sebuah ‘Kesaksian Iman”. Bukan “Kesaksian Politik”. Tujuan saya menulis artikel
ini, bukan untuk mencari “Subsidi Veteranus”, atau mencari “Pensaun Vitalisia”.
Terlebih lagi, artikel ini tidak saya tulis dengan tujuan, agar saya harus diakui
sebagai 'Pahlawan Kemerdekaan" Timor Leste. Tapi saya menulis artikel ini,
karena saya harus patuh pada Perintah Allah.
Prof. Eric Fromm,
Tokoh Psikoanalis Sosial asal Jerman bilang; “Ketaatan manusia terhadap
perintah berhala, adalah penyangkalan manusia terhadap Perintah Allah”.
Jika dalam artikel
ini, ada hal-hal tertentu yang kurang berkenan di hati Anda, maka itu terjadi
bukan karena Bunda kita salah mengandung. Tapi karena Anda adalah politikus,
sementara saya adalah “misticus”. Antara politikus dan misticus, terbentang
jurang yang amat dalam.
BENARKAH UNAMET MELAKUKAN KECURANGAN
DALAM REFERENDUM 1999?
Hari ini adalah ‘Hari
Sabat’, 4 September 2021. Kota Dili terasa sejuk karena diguyur hujan,
seakan-akan alam semesta memberi tanda, ikut merayakan genap 22 tahun
pengumuman hasil referendum 1999. Seperti kita semua tahu, Referendum atau
Jajak Pendapat (one person one vote = satu orang satu suara) yang
diselenggarakan pada 30 Agustus 1999, diumumkan pada “Hari Sabat”, 4 September
1999. Padahal berdasarkan “New York
Agreement” yang ditanda-tangani Tri Partied (Portugal, PBB dan Indonesia),
pada 5 Mei 1999 di New York Amerika Serikat, sepakat bahwa hasil Referendum
akan diumumkan pada hari Selasa, 7 September 1999. Tapi entah kenapa, tanpa ada
badai sebelumnya, tiba-tiba saja, Unamet (United Nations Administration Mission
for East Timor) yang merupakan perpanjangan tangan PBB, yang mensupervisi
jalannya pelaksanaan Jajak Pendapat, memutuskan untuk mengumumkan hasil
referendum pada Hari Sabat, 4 September 1999.
Karena Jajak Pendapat
dimenangkan fihak Pro Kemerdekaan, maka fihak Pro Otonomi menuduh, dimajukannya
pengumuman hasil Jajak Pendapat (dari 7 September menjadi 4 September), adalah
merupakan bagian integral dari berbagai “kecurangan” yang dilakukan Unamet
dengan tujuan untuk memenangkan fihak Pro Kemerdekaan.
Dan saya yakin,
seandainya saja, Jajak Pendapat dimenangkan fihak Pro Otonomi, maka ada
keniscayaan, fihak Pro Kemerdekaan lah yang akan menuduh bahwa PBB telah dengan
sengaja melakukan kecurangan untuk memenangkan fihak Pro Otonomi dengan
memajukan tanggal pengumuman hasil Jajak Pendapat.
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di laman face book saya, pada 12 Juni 2020. Untuk itu, bagi mereka yang sudah membacanya, bisa di-skip saja. Sementara bagi pembaca yang ingin membaca versi face book-nya, bisa diklik di link ini:
Artigu ida ne'e posting tiha ona iha loron 28 Juillu 2021. Ba belun sira ne'ebe lee tiha ona, bele skip tiha deit. Ba belun lee nain sira ne'ebe hakarak lee versaun face book nian, bele klik iha link ida iha okos ne'e: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/533764981161286.
"Kaum
rasionalis Timor Leste sira hanoin, Habibie sai Prezidente iha 1998 ne'e tamba
buang mak hanehan (cula ta desi)"
Lee hau nia
artigu mak gagal faham, sumber masalah la'os iha hau nia artigu. Maibe iha ita
boot nia aan rasik. Ita boot hanaran aan dehan parte husi "kaum
rasionalis". Se ita boot kaum rasionalis asli duni, lee ema nia ideas ruma
mak la tama iha ita bot nia kakutak, mai ho argumentus forte hodi kontra argumentus.
La'os halo fali saida mak matenek nain sira bolu naran "abusive
ad-hominem".
Foto kenangan saat referendum 30 Agustus 1999. Foto ini dibuat di Renon Denpsar Bali, pada 17 Juli 1999. Yang mengambil foto adalah Kolonel Arifin (Angkatan Darat) dari Malaysia. Dalam foto tampak dari kiri ke kanan; (1). Rama Cristo, orang gila dari Atsabe Timor Leste. (2). Acacio Branco de Oliveira dari Same Timor Leste. (3). Ari Sanjaya, dari Bali Indonesia. (4). Mr. John dari Kanada. (5). Mrs. Nicole dari Kanada. (6). Mr. Mike Montegano dari Kanada. (7). Mrs. Marilyn Maison dari Kanada.
. 8. Mayor Tinakorn (Angkatan Laut) dari Thailand.
PENGANTAR SINGKAT
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di laman face book saya, pada 30 Agustus 2019 (2 tahun lalu). Hari ini, 30 Agustus 2021, dalam rangka ikut merayakan hari referendum ke-22, saya share kembali di blog ini. Bagi mereka yang sudah membacanya, bisa langsung di-skip saja.
Jika Anda ingin membaca versi face booknya, bisa diklik di link ini:
Artikel ini sudah ditayangkan di laman face book Antoninho Benjamin Monteiro, pada 9 Agustus 2021. Jika Anda ingin membaca versi face booknya, bisa diklik di link ini:
MOVIMENTU XANANA-RAMOS AKAN MENYULITKAN FRETILIN
DI PEMILIHAN PRESDIEN 2022
Sub-judul artikel ini
bukan pernyataan, melainkan pertanyaan (“Apakah Timor Leste Akan Segera
Memasuki Drama 484?”). Pertanyaan ini sengaja saya munculkan karena berkaitan
dengan kejadian 7 Agustus 2021 di Kampus Unpaz (Universidade da Paz),
sebagaimana bisa Anda baca di bawah.
Artikel ini saya copy-paste dari laman face book saya, karena sudah pernah ditayangkan di laman face book saya, pada 30 Juli 2020. Bagi pembaca yang ingin membaca versi face booknya, bisa diklik di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/301978584339928.
Hari ini 30 Juli
2020. Delapan tahun lalu, 30 Juli 2012, saya menerbitkan sebuah artikel pendek
(160 kata) berjudul: ALLAH AKAN MENYELAMATKAN PAK XANANA ATAU MENYELAMATKAN SI
TANGAN SABAT.
Melalui artikel
tersebut, saya menuliskan sebuah "hipothesa" sebagai-berikut:
Eleisoens
Prezidensial 2022 atu rame nee so akontese batalla entre kandidatura husi CNRT
ho kandidatura husi Fretilin.
Pur ezemplu, husi
CNRT, Avo Nana avansa. Ou karik Avo Nana lakohi avansa, Avo Nana bele husu Avo
Ramos Horta mak avansa. Husi Fretilin, Prezidente Lu-Olo bele avansa fila fali.
Ou se-karik Prezidente Lu-Olo lakohi avansa fila fali, Fretilin bele kandidata
Jeneral Lere mak avansa.
Figuras hirak hau
mensiona iha leten, figuras hirak nebe mai husi "Jerasaun Tuan".
La'os jerasaun foun. Hau esplisita "jerasaun tuan" iha hau nia artigu
ida ne'e, la'os tamba hau la valoriza "jerasaun foun" sira, ou la'os
tamba hau hakerek tuir hau nia preferesnia (gostu pessoal), maibe tamba hau
subliña ba natureza nia regras.
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di laman face book ABM (Antoninho Benjamin Monteiro), pada tanggal 29 Juni 2021, pukul 16:35. Jika Anda ingin membaca versi face booknya, boleh diklik di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/516363596234758.
Artikel ini
sudah pernah ditayangkan di laman face book ABM (Antoninho Benjamin Monteiro),
pada tanggal 1 Juli 2021, pukul 17:36. Dipindahkan ke blog ini tanpa diedit
sama sekali. Jika Anda ingin membaca versi face booknya boleh diklik di link
ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/518807139323737.
Artikel ini
sudah pernah ditayangkan di laman face book ABM (Antoninho Benjamin Monteiro),
pada 1 Juli 2021, pukul 15:21 ATL (Waktu Timor Leste). Dipindah ke blog ini
tanda edit sama sekali. Jika Anda ingin membaca versi aslinya di face booknya,
boleh diklik di link ini: “https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/517546782783106”.
“Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9).
Ultima fotografia hamutuk ho Prof. Lucas, iha loron 1 Maiu 2018, iha Saudozu nia residensia. Companheiro SBY (Sang Bangsawan Yahudi) mak hasai foto ne'e.
Fraza ida hau hili sai títulu ba artigu ida ne'e (Fízika La'os Retorika), Saudozu Prof. Lucas da
Costa, primeira Reitor Unpaz, ninia lia fuan. La’os hau nia lia fuan. Prof. Lucas alias Prof. Rama Metan (naran kodigu funu nian), hasai lia menon ida ne'e, iha Perumahan babatan Pilang, Wuyung Surabaya Jawa Timur, Indonezia, iha 19 Marsu 1998, iha konversa ida kona-ba Prof. Stephen William Hawking nian teoria. Iha area akadémiku, sasan nebe la’os ita nian, inklui lia fuan importante sira
nebe la’os ita nian, ita tenki fo sai katak ida ne’e la’os ita nia lia fuan. Kuandu ita sita lema
ruma, ou lia menon ruma, mak laos ita nia ideias, mai be ema nian, ita tenki
mensiona ema ne’e nia naran, tamba ida ne’e sai tiha ona regras ou étika nebé
vigor iha area akadémiku. Ho razaun ida ne’e mak, hau tenki mensiona iha artigu
(mensajen) ida ne’e, katak fraza: “ Mahasiswa harus berpikir
strategis dan bertindak taktis”, Prof. Lucas nia lia fuan. La’os hau nia liafuan.
Gambar ini diambil dari google. Kecuali tulisan dalam gambar ini, saya yang mem- bubuhkannya
Pengantar Singkat
Artikel ini sudah ditayangkan di laman face book saya, pada 27 Juni 2021, sebelum laga kick off antara Portugal vs Belgia. Bagi mereka yang ingin membaca versi face book-nya, bisa diklick di sini:
Artikel ini disadur (copy paste) dari laman face book saya. Saya menerbitkan artikel ini pada 8 Juni 2021. Jika Anda ingin membaca versi face book-nya, klik saja di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/504186794119105. Terima-kasih.
“Kepatuhan manusia terhadap berhala, adalah manifestasi dari
negasi manusia terhadap Perintah ALLAH” (Prof. Erick Fromm, tokoh Psikoanalis
Sosial asal Jerman).
Artikel ini adalah sebuah "kesaksian iman" dan disampaikan dalam rangka mengenang kematian dua tokoh senior Renetil, yaitu
Companheiro Lasama dan Companheiro Rama Metan. Artikel ini seharusnya
diterbitkan kemarin, 2 Juni 2021, genap 6 tahun meninggalnya Companheiro Lasama
(2 Juni 2015). Tapi karena listrik padam, jadi tertunda.
Konstitusi pada dasarnya adalah kontrak antara generasi hari ini, masa lalu, dan masa depan.
Catatan ini sekedar
sebuah refleksi pribadi. Tidak mewakili lembaga atau organisasi mana pun. Isu
sentral yang diangkat dalam catatan ini adalah: “Mempertanyakan fakta, mengapa,
dari 170 pasal Konstitusi Timor Leste, tidak satu pasal pun yang menyebutkan Nama
TUHAN, kecuali hanya disebutkan sambil lalu sebanyak 1x dalam Preamblu
(Pembukaan)?”
Puji
TUHAN YESUS, atas Penyelenggaraan Ilahi, setelah menunggu sekian lama, akhirnya
pada hari ini, 7 April 2021, saya bisa melanjutkan kembali artikel ini. Seri pertama
artikel ini, diterbitkan untuk pertama kalinya pada 26 Januari 2021.
Diterbitkan pada 26 Januari 2021, karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah
untuk mengenang genap 5 tahun kunjungan Presiden Jokowi di Timor Leste (26
Januari 2016).
Judul utama pada seri kedua ini, masih tetap
sama dengan judul utama pada seri pertama, yang terdiri dari 12 kata (Bilangan Yang Diucapkan Presiden Jokowi
Memastikan Bahaya Covid 19 Bagi Timor Leste). Sementara sub judulnya juga
masih tetap sama, terdiri dari 9 kata (Tidak
Akan Ada Unpaz Jika Tidak Ada Operasi Seroja). Jika kata-kata dalam judul utama dan sub judul digabungkan, maka
judul artikel ini terdiri dari 129 kata (???) Bilangan 129 ini merupakan sebuah
“steganos”
(mengandung pesan tersembunyi).
Pada tanggal 29 Juni 2018 kemarin, saya sengaja memposting kisah penampakan Bunda Suci Perawan Maria di Lourdes Perancis. Lalu sejumlah sahabat bertanya; “Kenapa harus memposting kejadian penampakan Lourdes pada 29 Juni? Padahal perayaan penampakan Bunda Maria di Lourdes biasa dilakukan pada 11 Februari?” Jawabannya ada dalam kisa berikut ini;
TODONGAN PROF. RAMA METAN PADA 29 JUNI 2006.
Tragedi beradarah 2006 diwarnai dengan mundurnya sekitar 600-an Anggota F-FDTL (Angkatan Pertahanan Timor Leste) dari dinas ketentaraan. Alasan pengundura diri terebut, konon, adanya perlakukan diskriminatif disertai ucapan-ucapan yang berbau primordialis(me) dari sejumlah petinggi militer (F-FTT), terhadap prajurit yang berasal dari "Loromonu" (Timor Leste bagian barat). Sementara pada sisi yang lain, banyak yang memberi stigma kepada ratusan Anggota F-FDTL Loromonu yang meninggalkan barak militer, sebagai tindakan indisipliner (melakukan desersi).