SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Selasa, 29 Juni 2021

MASIH ADAKAH RASA MALU ORANG TIMOR LESTE DI HADAPAN ALLAH? (Mendirikan Negara Republik Di Atas Tanah Terjanji Haram Hukumnya)


Pengantar Singkat

Artikel ini disadur (copy paste) dari laman face book saya. Saya menerbitkan artikel ini pada 8 Juni 2021. Jika Anda ingin membaca versi face book-nya, klik saja di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/504186794119105. Terima-kasih.

 “Kepatuhan manusia terhadap berhala, adalah manifestasi dari negasi manusia terhadap Perintah ALLAH” (Prof. Erick Fromm, tokoh Psikoanalis Sosial asal Jerman).

Saya berkewajiban bersyukur kepada ALLAH Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, karena masih memberi saya nafas kehidupan untuk menulis artikel ini.

 Catatan ini adalah sebuah kesaksian iman. Oleh karena itu, sebagian besar isinya berada di luar orbit logika. Jika ada hal-hal tertentu dalam catatan ini yang tidak berkenan di hati dan logika Anda, maka itu terjadi bukan karena Bunda salah mengandung.

 Hari ini, 8 Juni 2021. Tepat 11 tahun yang lalu, 8 Juni 2010, empat hari sebelum Upacara Pembukaan Piala Dunia edisi ke-19 di Kota Johannesburg Afrika Selatan, melalui blog “rosapy”, saya yang saat itu masih tinggal di Perum Puri Gading Jimbaran Bali, menerbitkan, bukan satu artikel panjang, melainkan hanya satu catatan pendek berbunyi:

=============================

“Timor Leste ditetapkan ALLAH sebagai Negara Kerajaan”. Untuk memastikan kebenaran thesis ini, maka akan lahir juara baru dari Afrika Selatan. Dan juara baru tersebut adalah sebuah Negara Kerajaan”. Ini harus terjadi, untuk memastikan pesan ALLAH dari “Bukit Sio(n), yang saya terima pada Minggu dini hari, 20 Februari 1994, ketika ALLAH, dari balik TakhtaNya, sambil mengacungkan Lengan KananNya tinggi-tinggi, dan berbicara dengan suaraNya yang menggelegar bagaikan desau air bah”.

============================

 Setelah menerbitkan pesan tersebut, orang pertama yang saya kontak untuk membaca pesan tersebut adalah Maun Buras Martins, yang kini menjabat sebagai Presiden Membru Asembleia Konstituante, juga Presiden Alumni Unpaz, yang saat itu (Juni 2010), sedang menjalani Pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.

 Jika Anda mau tahu, apa yang dirasakan beliau, saat pertama kali membaca pesanku, gelinya minta ampun. Bahkan terkesan sangat norak. Kagak percaya? Silahkan tanyakan sendiri ke beliau yang menjadi orang pertama membaca pesan aneh tersebut.

 Setelah pesan itu beredar luas, banyak orang, terutama penggila bola, mulai berdatangan, mengujungi blog rosapy untuk membaca pesan tersebut. Tadinya saya senang karena banyak orang mulai membaca pesan tersebut. Tapi ujung-ujungnya keadaan berbalik menjadi tidak enak. Karena saya mulai “dibully”. Ejekan-ejekan dan hujatan-hujatan mulai berdatangan.

 Saking banyaknya hujatan, saya memutuskan untuk tidak membaca kolom komentar. Biarkan saja mereka menghujat. Toh, hasil akhir nanti akan membungkam mulut mereka. Walau saya dihujat di mana-mana, tapi saya tetap percaya, yang namanya hujatan tidak akan mampu merubah keputusan ALLAH. Tidak akan ada manusia yang berkuasa membatalkan rancangan ALLAH. Cepat atau lambat, akan tergenapi.

Ternyata apa yang terjadi. Negara-negara raksasa sepak bola, semuanya berguguran. Dan hanya tersisa "dua negara kerajaan" yang berhasil lolos ke partai puncak, yaitu Kerajaan Spanyol dan Kerajaan Belanda. Dan benar-benar ajaib (setidaknya menurutku), sebab dua negara kerajaan yang lolos ke partai final, belum satu kalipun menjuarai Piala Dunia.

 Ini artinya thesisku mengenai “Timor Leste sebagai negara kerajaan” sudah tidak bisa lagi diganggu-gugat para penghujat. Karena ALLAH telah membungkam mulut mereka dengan meloloskan dua negara kerajaan yang belum pernah menjuarai piala dunia ke partai final. Siapapun yang akan keluar sebagai juara, tidak akan lagi bisa mempengaruhi thesisku. Saya tinggal duduk ongkang-ongkang kaki menikmati babak final. Dan ternyata, di partai final, Kerajaan Spanyol berhasail mengalahkan Kerajaan Belanda, dengan skor tipis; 1:0. Gol lahir melalui kaki Andreas Iniesta, gelandang Barcelona.

 Saat itu, temanku, Companheiro Domingos Caeiro, mantan Sekretaris Negara Bidang Pekerjaan Umum (teman satu kos saat masih menjadi mahasiswa) bertanya begini: “Jika Timor Leste harus menjadi negara kerajaan, siapakah yang harus menjadi raja?”

 Jawabannya ada pada Kitab Suci. Bukan ada pada Konstitusi. Apalagi Konstitusi ultra sekuler.

 APA YANG TERJADI DI JOHANESBURG ADALAH KEPUTUSAN ALLAH. BUKAN HASIL RAMALANKU

 Orang-orang mengira saya “peramal ulung”. Padahal tidak. Saya sama sekali tidak bisa meramal. Hari itu, 8 Juni 2010, tepat 4 hari sebelum Upacara Pembukaan Piala Dunia yang berlangsung di Kota Johannesburg, saya diminta untuk harus memposting “thesis” tersebut.

 Jadi hal itu terjadi karena rancangan ALLAH. Bukan karena ramalan manusia.Saya bukan Presdien FIFA yang memiliki akses otoritas dan bisa mengatur semuanya. Rahasianya ada pada kisah di bawah ini. Bagi yang sudah pernah membaca kisah aneh di bawah, bisa di-skip saja, dan langsung ke sub judul: MASIH ADAKAH RASA MALU ORANG TIMOR LESTE DI HADAPAN ALLAH?

Pada Februari 1994, saya yang saat itu berstatus sebagai dokter muda, sedang menjalani praktek di Bagian Anesthesi RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Sanglah Denpasar. Pada 2 Februari 1994, seorang pasien (pria paruh baya) asal Perancis, menjalani Operasi Laparatomy di RSUP Sanglah karena menderita Peritonitis Akut. Pasca Operasi, saya yang mendapat tugas dari Residen Anesthesi, dr. Alex Suranadi, untuk melakukan observasi ketat terhadap pasien tersebut di Ruang HCU (High Care Unit).

 Memasuki tanggal 3 Februari dini hari, saya diserang rasa kantuk berat dan akhirnya tertidur di Ruang HCU yang amat dingin. Saat itulah saya bermimpi, didatangi dua Malaikat. Dalam mimpi, kedua Malaikat berkata; ALLAH memanggil kamu ke Bukit Sio(n), karena ALLAH berkenan memberkati program kamu; CATUR MOBILISASI”. Padahal saat itu, Program CATUR MOBILISASI ditolak fihak Pembina IMPETTU Bali. Pembina IMPETTU Bali adalah Kodam IX Udayana. Pembina Hariannya adalah Korem 163/Wira Satya Denpasar.

 Penolakan Program CATUR MOBILISASI sebenarnya hanya sebagai “batu loncatan”. Karena sebenarnya, sayalah yang ditolak sebagai Ketua Umum IMPETTU Bali. Penolakan ini berkaitan dengan status saya sebagai “Membru Juradu Renetil”.

 Akhirnya, berdasarkan pesan melalui mimpi aneh tersebut, pada tanggal 5 Februari 1994, saya datang menemui Companheiro Aniceto Cardoso Barreto, teman satu angkatan (Lecith) di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang saat itu tinggal di Jl. Ida Bagus Oka, Gang Passa Tempo Denpasar Bali. Temanku itu saat ini telah menyandang gelar Dokter Spesialis Anak, dan kini menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Nasional Guido Valadares.

 Tujuanku menemui temanku itu, untuk menitipkan pesan, jika saya tidak kembali karena terbunuh (oleh Falintil atau oleh TNI di Timor-Timur), atau dimangsa binatang buas, saya berharap temanku itu mau menyerahkan dua lukisan (Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria) kepada keluargaku. Jadi Companheiro Aniceto adalah orang pertama yang mengetahui tentang rahasia saya dipanggil ALLAH ke Bukit Sio(n) pada Februari 1994. Bukit Sio(n) itu, sebuah wilayah yang terletak di Kaki Gunung Ramelau, Timor-Timur. Gunung Ramelau, adalah gunung tertinggi di Pulau Timor. Pulau Timor, setenghanya menjadi wilayah NKRI.

 Lalu tanggal 7 Februari 1994 (sekitar pukul 7 malam Waktu Denpasar), saya bersama dua temanku, Artur Natalino Corte Real (saat ini sudah menyandang status sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam) dan Tadeu Francisco (saat itu berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Undiknas Denpasar), secara kebetulan, bertemu Pak Manuel Viegas Carrascalão, di Swalayan Tiara Dewata, satu-satunya swalayan yang ada di Kota Denpasar pada jaman itu.

 Hari itu Pak Manuel, bersama Isterinya (wanita asli Indonesia), sedang berbelanja di Tiara Dewata. Rupanya Pak Manuel hadir di Bali atas undangan Kodam IX Udayana. Pak Manuel (adik kandung Ir. Mario Viegas Carrascalão, Gubernur Timor-Timur ke-3), waktu itu berstatus sebagai Anggota DPRD Timor-Timur, diundang untuk menghadiri hajatan Kodam IX Udayana, mewakili DPRD Timor-Timur. Dalam pertemuan itulah, puji TUHAN YESUS, kami bertiga diberi sejumlah uang oleh Pak Manuel. Bermodalkan uang pemberian Pak Manuel, malam itu juga saya langsung membooking ticket Pesawat Merpati.

 Keesokan harinya, 8 Februari 1994, saya meninggalkan Denpasar menuju Dili. Tanggal 14 Februari 1994, saya meninggalkan Dili menuju Atsabe, sebuah kota kecil yang terletak sekitar 94 barat daya Dili. Kamis, 17 Februari 1994, saya ditemani 4 orang pria, mencoba berangkat ke Bukit Sio(n). Tapi dalam perjalanan, kami harus lari kocar-kacir dan kembali ke kota, karena jalur yang kami lalui, sedang terjadi kontak senjata, antara Falintil dan TNI (Tentara Nasional Indonesia).

 Barulah pada keesokan harinya, Jum’at, 18 Februari 1994, seekor “Anjing Gaib” pemberian Santo Yoseph, mengantarkan saya mencapai Bukit Sio(n) yang terletak di Kaki Gunung Ramelau. Santo Yoseph memberikan Anjing Gaib untuk membimbing saya ke Bukit Sio(n), karena keempat pria yang sehari sebelumnya bersedia mengantarkan saya ke Bukit Sio(n), mengurungkan niat mereka karena trauma dengan kejadian sebelumnya. Dalam kontak senjata 17 Februari 1994, ada salah satu anggota Falintil bernama Pedro, ibu jarinya terputus terkena tembakan TNI.

 Begitu tiba di pintu gerbang Bukit Sio(n), saya disambut dua Malaikat yang menemui saya di RSUP Sanglah Denpasar pada 3 Februari 1994. Saya dijemput kedua Malaikat, menggunakan mobil super mewah. Sejak detik itu, hubungan saya dengan dunia nyata terputus, karena saya mulai memasuki “dunia lain”. Selama 3 hari berada di dunia lain, saya mengikuti berbagai acara. Pada Minggu dini hari, 20 Februari 1994, ALLAH berbicara dari balik TakhtaNya yang amat agung, yang bentuknya tidak bisa saya uraikan dengan kata-kata. Saat itu, saya berdiri di antara lautan manusia (dari dunia lain) untuk mendengarkan Suara ALLAH. Tapi saya sama sekali tidak melihat wajah ALLAH. Saya hanya melihat sebuah Lengan Kanan raksasa, yang teracung tinggi-tinggi dari balik Takhta Agung yang ditopang oleh 13 tiang raksasa berwarna putih kemilau, yang terlihat menjulang tinggi ke angkasa raya. Saat itu juga saya melihat sebuah barisan, yang saya namakan “barisan para paus”. Dinamakan demikian, karena di dalam barisan tersebut, semuanya adalah para paus Gereja Katolik Roma.

 Di belakang barisan para paus, berdiri 13 tiang raksasa yang menopang Takhta ALLAH. Seakan-akan, Takhta ALLAH diletakkan di ujung 13 tiang raksasa itu. Jika Anda yang sedang membaca artikel ini adalah juga orang yang pernah membaca artikel saya, edisi 30 September 2012, berjudul: “VATICAN AKAN MEMILIKI HAJATAN BESAR DI TAHUN 2013”, maka semoga Anda masih ingat isi artikel tersebut. Dalam artikel 30 September 2012, saya menulsikan pesan, “Paus Baru” akan muncul di tahun 2013. Saya memastikan kemunculan paus baru di tahun 2013, bukan karena “hasil ramalan”. Tapi karena “Rancangan ALLAH” yang saya saksikan pada Minggu dini hari, 20 Februari 1994, di Bukit Sio(n).

 Di dalam barisan para paus, saya melihat Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, yang pernah mengunjungi Jakarta pada 9 Oktober 1989 dan mengunjungi Dili Timor-Timur pada 12 Oktober 1989. Paus Polandia, yang ditahbiskan menjadi orang suci pada Minggu, 27 April 2014 itu, berdiri di ujung barisan paling timur.

 

Paus ke-264 itulah yang mengajukan sejumlah pertanyaan kepada ALLAH. Sejumlah pertanyaan yang diajukan paus, sebagiannya mengenai Timor-Timur. Dari jawaban ALLAH terhadap pertanyaan Paus Yohanes Paulus II itulah, saya tahu kalau ternyata: “Tanah Timor Leste itu adalah TANAH TERJANJI.

 Atas dasar inilah, setelah thesis “Negara Kerajaan” yang saya angkat di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan berhasil bertahan, pada Piala Dunia berikutnya di Brazil 2014, saya mengangkat thesis “TANAH TERJANJI” untuk memastikan Jerman sebagai juaranya. Teman-teman yang mengikuti catatan-catatan saya di Piala Dunia 2014 di Brazil, semoga saja masih ingat mengenai thesis TANAH TERJANJI. Fakta empiris yang bisa dijadikan sebagai jaminan thesis TANAH TERJANJI, adalah adanya kesamaan (kemiripan) antara Tanah Timor Leste dan Tanah Israel.

 


Mungkinkah ada di antara Anda yang mengira, saat ALLAH menciptakan wilayah Israel dan wilayah Timor Leste, ALLAH melakukannya dengan cara sambil mengibas-ngibaskan sisa-sisa lumpur dari sela-sela jariNya? Jika demikian, kenapa bentuk topografi peta Israel dan Timor Leste, nyaris sama persis? Coba Anda lihat sendiri gambar (peta) Israel dan Timor Leste yang saya lampirkan dalam catatan ini? Banyak orang Timor Leste mengira peta itu adalah peta Timor Leste, ketika saya munculkan peta tersebut dalam artikel berjudul: RENETIL BERAKAR DI BALI BERBUAH DI DILI (seri 1). Anda bisa membaca artikel tersebut di laman face book saya, karena saya belum memindahkannya ke blog ini. Anda  bisa klik di sini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/501393954398389

 Kalau Timor Leste itu kodratnya adalah Negara Republik, “ngapain” juga ALLAH membiarkan Presiden Soeharto dan Presiden Amerika Serikat, Gerald Ford bertemu di Jakarta, pada 6 Desember 1975, dan pada keesokan harinya, Minggu 7 Desember 1975, Jakarta memutuskan melakukan invasi atas wilayah Timor Portugis, dengan mengangkut Pasukan TNI (Linud 501) dari Lapangan Terbang Iswahyudi Madiun Jawa Timur dan menerjukannya di Kota Dili, hanya berselang 9 hari, setelah Partai Fretilin secara unilateral mendeklarasikan berdirinya negara RDTL (República Democrática Timor Leste), yang kemudian memancing fihak Pro Integrasi mendeklarasikan apa yang dikenal dengan nama “Deklarasi Balibo” pada 30 November 1975.

 MASIH ADAKAH RASA MALU ORANG TIMOR LESTE DI HADAPAN ALLAH?

 Judul artikel ini (Masih adakah rasa malu orang Timor Leste di hadapan ALLAH?), sengaja saya pilih, berdasarkan mimpiku yang aneh, tadi pagi, sekitar pukul 8 Waktu Dili. Berhubung tadi malam saya begadang menonton Kejuaraan Tenis Perancis Terbuka, saya tidur telat. Maka tadi pagi jam 8, saya masih tertidur lelap dan mendapatkan mimpi aneh di mana, banyak orang yang memiliki hasrat menjadi Presiden Timor Leste dan ingin bertarung di Pilpres 2022, datang berdo’a di hadapan OSY (Oratorio Santo Yoseph) yang saya dirikan di tempat saya tinggal saat ini.

 Nah, dalam mimpi tadi pagi, banyak orang datang berdiri berjejer di hadapan OSY dan berdo’a dengan sangat kusyuk, karena ingin menjadi Presiden Timor Leste. Bukan karena mereka mencintai ALLAH. Di saat-saat mereka sedang berdo’a, saya bertanya;

 “Masih adakah rasa malu kalian di hadapan ALLAH? Bukankah sudah sering saya bersaksi bahwa ALLAH menetapkan Timor Leste sebagai Negara Kerajaan. Tapi kenapa kalian masih terus berebutan untuk menjadi Presiden Timor Leste?”

 Saya bertanya dengan amarah yang meluap-luap. Lalu tiba-tiba mereka membubarkan diri. Salah satu orang yang saya lihat ikut berdo’a di hadapan OSY dalam mimpi tadi pagi, adalah salah satu Menteri dalam GOI saat ini, yang pada saat menghadiri acara peresmian Monumen Prof. Lucas da Costa, di Kampus Unpaz, pada 12 September 2020, mengenakan topi Cowboy, yang menurut pengakuan beliau, topi Cowboy tersebut adalah pemberian Prof. Lucas. Topi Cowboy tersebut kembali dipakai Menteri yang bersangkutan dalam mimpiku tadi pagi.

 Tapi baju dan celana yang dipakainya berwarna hitam. Saat orang-orang itu membubarkan diri, hanya tersisa satu pria paruh baya yang tetap duduk termenung di hadapan OSY. Saya melihat ada sebuah bendera parpol di tangannya. Sepertinya (ini dugaanku saja), dialah pemenang Pilpres 2022. Saya mengenal tokoh ini dengan baik.

 Saya menceritakan mimpi aneh ini, sebagai bagian dari “kesaksian iman”. Masalah para politisi mau maju bertarung di Pilpres 2022, itu adalah bagian dari hak azasi. Silahkan gunakan “kehendak bebas” Anda untuk maju bertarung. Yang terpenting saya sudah menunaikan kewajiban saya untuk bersaksi. Anda percaya, saya tidak mendapatkan keuntungan apapun. Anda tidak percaya, saya tidak mengalami kerugian apapun. Jika Anda tidak bisa menekan hasrat Anda untuk menjadi Presiden Timor Leste, silahkan singkirkan rasa malu Anda, dan majulah bertarung. Tapi bertarunglah sebagai orang-orang beradab dan penuh martabat.

 Dua pesan terpenting yang ingin saya sampaikan sebagai penutup adalah:

 1. “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari Sorga” (Yohanes 3:27).

2. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Markus 8:36).

Semoga catatan ini bermanfaat.

 TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amen.

Sumber saduran: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/504186794119105

Tidak ada komentar: