Pengantar Singkat
Hari ini,
4 September 2021, saya share kembali seri pertama artikel berjudul: MISTERI
RUMPUN BENJAMIN, dengan sub judul: “Lebih Mudah Langit dan Bumi Lenyap Dari
Pada Satu Titik Dari Hukum Taurat Batal. Artikel tersebut diposting di timeline
face book saya, pada 2 tahun lalu, tepatnya pada 4 September 2019. Jadi hari
ini, 4 September 2021, artikel tersebut, genap berusia 2 tahun. Sama sekali
tidak dilakukan edit sedikit pun, semenjak 4 Sptember 2019. Termasuk 4 foto
yang dilampirkan dalam artikel tersebut yang ditayangkan pada 4 September 2019,
saya lampirkan kembali di sini. Jika Anda ingin membaca versi face booknya,
bisa diklik di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/145801719957616.
Terima-kasih. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.
MISTERI RUMPUN
BENJAMIN “Lebih Mudah Langit dan Bumi Lenyap Dari Pada Satu Titik Dari Hukum
Taurat Batal” (1)
Hari ini 4 September
2019. Telah memasuki batas waktu, hari terakhir, bagi Civitas Akademika UNPAZ
untuk mewujudkan “LIGA CATUR UNPAZ”, sesuai Surat Pernyataan Rektor UNPAZ,
dengan nomor: 401/UNPAZ/IX/2018, tertanggal 4 September 2018, sebagaimana
terlampir.
Dengan sisa waktu
yang hanya tinggal beberapa jam lagi, sampai pukul 00 (nol nol) malam ini,
nyaris mustahil, bagi Civitas Akademika UNPAZ untuk menepati janjinya,
menyelenggarakan LIGA CATUR UNPAZ.
Berhubung isi lengkap Surat Pernyataan terlampir, agak kabur, maka secara lengkap, saya salin kembali di bawah;
SURAT PERNYATAAN
401/UNPAZ/IX/2018
Yang bertanda tangan
di bawah ini, saya Prof. Dr. Lucas da Costa,SE,.MSi, bertindak dalam kapasitas
saya sebagai Rektor Universidade da Paz (UNPAZ), menyatakan bahwa atas berkat
dan rahmat Allah, Universidade da Paz (UNPAZ) bersedia menyelenggarakan LIGA
CATUR UNPAZ, dalam kurun waktu 10 tahun, dari 2018 sampai 2028.
Demikian surat
pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dili, 4 September
2018.
Tertanda.
Prof. Dr. Lucas da
Costa,SE,.MSi.
Rektor Universidade da Paz.
Surat Pernyataan yang ditanda-tangani oleh Prof. Lucas pada tanggal 4 September 2018 |
Berdasarkan
“hukum-hukum Ilahi”, berhubung Rektor UNPAZ tidak menepati janjinya untuk
menyelenggarakan “LIGA CATUR UNPAZ”, maka dengan sangat menyesal, saya
sampaikan bahwa Prof. Dr. Lucas da Costa,SE,MSi, harus dikeluarkan dari
“Perjanjian Yosua”, dengan segala konsekuensinya.
Mengapa pesan kali ini
diberi judul: “Misteri Rumpun Benjamin?” Ikuti lanjutannya yang akan diposting
di laman ini, besok malam.
Sambil menunggu
lanjutannya besok malam, bagi mereka yang di rumah memiliki novel “best seller”
karya “orang Amrik” bernama “Dan Brown”, berjudul: THE DA VINCI CODE, edisi
Bahasa Indonesia, cetakan ke-11, terbitan Maret 2005 (sampulnya dalam foto
terlampir), coba buka halaman 346, dan baca sub-judul: RUMPUN BENJAMIN.
Nilai Gematris Latin
dari frasa: RUMPUN BENJAMIN dan frasa CATUR MOBILISASI, memiliki kesamaan DNA,
karena sama-sama menghasilkan angka “171”.
RUMPUN BENJAMIN =
171.
CATUR MOBILISASI =
171.
HUKUM TAURAT (HUKUM MEMOTONG URAT)
Jika kata TAURAT
dianggap sebagai “Bahasa Tetun” (Bahasa Nasional Timor Leste), maka; TA
artinya: memotong. Jadi TA-URAT, artinya; “Memotong Urat”.
Pada tanggal 8 Maret
2019, sehari sebelum perayaan “Dies Natalis UNPAZ ke-15, 9 Maret 2019”, di mana
Pak Xanana hadir di sana dan menghabiskan waktu 12 jam, saya menerbitkan
artikel berjudul: “MENYEMBELIH GALLUS BANKIVA UNTUK MENYELAMATKAN PAK XANANA
& PROF. RAMA METAN”.
Dalam artikel
tersebut, saya menyampaikan pesan penting, bahwa, ada prasyarat mutlak yang
harus dipenuhi untuk bisa menyembelih “Gallus Bankiva, yaitu Civitas Akademika
UNPAZ harus menghubungi keluarga atau sahabat yang tinggal di Denpasar Bali,
dan minta yang bersangkutan datang ke Mall Ramayana (dekat kediaman Pangdam IX
Udayana, bukan Mall Ramayana yang ada di Sesetan Denpasar), lalu naiklah ke
lantai atas, tepatnya lantai di mana ada penjualan: sepatu, tas dan koper,
terus pergilah ke bagian penjualan koper, periksalah di atas balkon. Di sana
saya telah menuliskan 3 digit bilangan TAURAT “482”, pada 8 Mei 2018.
Pada 8 Mei 2018, saya
datang membeli sebuah koper berukuran besar, berwarna merah, sebagai persiapan
untuk membawa “simbol” (patung) Bunda Suci Perawan Maria Lourdes dari Denpasar
ke Dili.
Saat itulah, saya
menuliskan 3 digit bilangan, yang jika dilafalkan, nilai Gematrisnya sama dan
paralel dengan tanggal “27 Agustus 2019” (482).
Tanggal 27 Agustus
2019, adalah tanggal di mana Prof. Lucas da Costa, menjalani “Operasi
Laparatomi Eksplorasi” di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (RSNGV), yang
dimulai dari pukul: 00:30 sampai pukul 05:00 (pagi).
Coba Anda lafalkan
tanggal “27 Agustus 2019”, dengan bunyi; DUA PULUH TUJUH AGUSTUS DUA RIBU
SEMBILAN BELAS. Lalu konversikan semua huruf dalam kalimat: DUA PULUH TUJUH
AGUSTUS DUA RIBU SEMBILAN BELAS, ke dalam bilangan Gematria Latin, lalu
jumlahkan nilai konversi. Hasilnya pasti = 482.
Dua puluh tujuh =
184.
Agustus = 108.
Dua ribu Sembilan
belas = 190.
Jumlahkan; 104 + 108
+ 190 = 482.
Jadi tiga digit
bilangan yang saya tuliskan di atas balkon Mall Ramayana, pada 8 Mei 2019, saat
membeli koper besar untuk membawa patung Bunda Suci Perawan Maria Lourdes ke
Dili adalah: “482”.
Itu artinya, bilangan
yang seharusnya dilafalkan untuk menyembelih Gallus Bankiva pada Perayaan Dies
Natalis UNPAZ ke-15, 9 Maret 2019, adalah bilangan TA-URAT: 482. Nilai Gematris
Yahudi dari kata TA-URAT adalah “482”. Jadi bilangan 482 adalah simbol
(bilangan) TA-URAT.
T= 100, A=1, U=200,
R=80, A=1, T=100. Total: 482.
Apa arti dari ini
semua? Artinya, pada “tataran teologis”, bukan pada “tataran medis”, jika pada
Perayaan Dies Natalis ke-15, 9 Maret 2019, ada peristiwa TA-URAT (Pemotongan
Urat) di Kampus Biru UNPAZ, maka Prof. Rama Metan tidak harus mengalami “pemotongan
urat” (Operasi Laparatomi Eksplorasi), pada 27 Agustus 2019.
Ini adalah bagian
dari “Prodivencia Divina“ (Penyelenggaraan Ilahi), yang penuh misteri, yang
tidak bisa kita jangkau, kita fahami, kita cerna, dengan kemampuan logika kita
yang terbatas.
Saat ini saya sedang
berada di Dili Timor Leste, tepatnya saya tinggal di “Istana Puteri Wandan
Kuning”. Saya tidak sedang berada di Denpasar Bali. Jika ada di antara Anda
yang mau membuktikan isu bilangan TA-URAT 482 di atas balkon Mall Ramayana,
silahkan kontak saja salah satu teman Anda, atau keluarga Anda, atau siapapun
yang Anda kenal, yang saat ini tinggal di Denpasar, dan mintalah yang
bersangkutan datang ke Mall Ramayana, periksalah di tititk yang telah saya
sebutkan di atas. Apakah betul, di sana tertulis angka “482” atau angka lain?
Selama angka itu
masih ada, belum terhapus, maka Allah menjadi saksinya, bahwa angka TA-URAT
482, adalah angka misteri yang saya tuliskan di sana, saat membeli koper besar
berwarna merah. Jika saya membohongi Anda, biarlah pada Akhir jaman, ketika
Kristus kembali sebagai Hakim Agung, untuk menghakimi seluruh mahkluk, biar lah
Kristus melemparkan saya ke dalam neraka, di mana ada api yang tidak akan
pernah padam, dan ada ulat yang tidak akan pernah mati.
Karena koper tersebut,
menggunakan kunci (gembok) berupa angka, maka angka TA-URAT 482, adalah angka
yang saya pilih untuk menjadi “kunci” (gembok) dari koper besar tersebut.
Selain saya, masih
ada satu orang (the trusted person”) yang juga mengetahui nomor kunci (gembok)
dari koper tersebut. Sampai detik ini dan untuk selamanya, saya akan tetap
menggunakan angka TA-URAT 482, sebagai kunci rahasia untuk membuka koper merah
tersebut.
Kesimpulan tentaifnya
adalah;
“Pemotongan Urat”
alias TA-URAT” alias “Operasi Laparatomi Eksplorasi” yang dijalani Prof. Rama
Metan, pada 27 Agustus 2019, di RSNGV Dili, bukanlah suatu peristiwa kebetulan.
Bukan pula karena berlakunya “teori co-insidensi”.
Karena itulah orang
bijak (bukan saya) berkata; “Everything happens for its reason”. Segala sesuatu
terjadi karena ada alasannya masing-masing.
Pertanyaan renungannya kini adalah;
“Jika demikian
ceritanya, lalu konsekuensi logis apakah yang akan harus ditanggung Prof. Rama
Metan, karena kini, Prof. Rama Metan harus dikeluarkan dari “Perjanjian Yosua”,
hanya gara-gara tidak menepati janjinya untuk menyelenggarakan LIGA CATUR
UNPAZ?”
Jawaban atas
pertanyaan di atas sederahana sekali, yaitu; “Lebih mudah langit dan bumi
lenyap, dari pada satu titik dari Hukum TA-URAT batal” (Lukas 16:17).
Terima-kasih. Tuhan
Yesus memberkati kita semua. Amen.
Sumber saduran:
https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/145801719957616.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar