SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Rabu, 07 April 2021

BILANGAN YANG DIUCAPKAN PRESIDEN JOKOWI MEMASTIKAN BAHAYA COVID 19 BAGI TIMOR LESTE (Unpaz Tidak Akan Ada Jika Tidak Ada Opreasi Seroja) seri 2

Puji TUHAN YESUS, atas Penyelenggaraan Ilahi, setelah menunggu sekian lama, akhirnya pada hari ini, 7 April 2021, saya bisa melanjutkan kembali artikel ini. Seri pertama artikel ini, diterbitkan untuk pertama kalinya pada 26 Januari 2021. Diterbitkan pada 26 Januari 2021, karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah untuk mengenang genap 5 tahun kunjungan Presiden Jokowi di Timor Leste (26 Januari 2016).

Judul utama pada seri kedua ini, masih tetap sama dengan judul utama pada seri pertama, yang terdiri dari 12 kata (Bilangan Yang Diucapkan Presiden Jokowi Memastikan Bahaya Covid 19 Bagi Timor Leste). Sementara sub judulnya juga masih tetap sama, terdiri dari 9 kata (Tidak Akan Ada Unpaz Jika Tidak Ada Operasi Seroja). Jika kata-kata dalam  judul utama dan sub judul digabungkan, maka judul artikel ini terdiri dari 129 kata (???) Bilangan 129 ini merupakan sebuah “steganos” (mengandung pesan tersembunyi).

MISTERI PERTAMA: Antara kartu remi tujuh keriting yang diletakkan Dekan Fakultas Hukum Unpaz di halaman 83 dengan rentang waktu 83 hari

Sebagaimana dapat Anda baca pada seri pertama artikel ini, saya menuliskan di sana bahwa untuk seri-seri selanjutnya, pola (format) penulisan artikel ini akan ditulis berdasarkan  “misteri per misteri”. Maka pada seri kedua ini, saya akan memulai dengan “Misteri Pertama”.

Pada setiap misteri yang akan saya buka, akan selalu ditampilkan data dan fakta (kejadian nyata). Tapi kejadian nyata yang tidak bisa dijelaskan secara logika, berhubung kejadian  nyata tersebut berada di luar orbit logika manusia. Maka kita hanya bisa merenungkannya. Dan untuk “Misteri Pertama” ini, data dan fakta yang akan saya buka berhubungan dengan “bilangan 83”.  


“Dari mana munculnya angka 83 ini?”Coba Anda perhatikan salah satu foto yang saya lampirkan dalam tulisan ini. Kartu remi “Tujuh Keriting”, terletak di halaman 83 dari buku dengan judul utama: OPERASI SEROJA,

dengan sub-judul:

Di Timor-Timur Dahulu Kami Berjuang Untuk Negara”.

Dan di bawah sub judul buku tersebut, terdapat kalimat panjang berikut ini:

“Sebuah kisah dari Kolonel Infantri (Purn) Michael Roderick Ronny Muaya, Pejuang Veteran Eks Timor-Timur, Desember 1975 - Desember 1978”.

Buku tersebut ditulis oleh Sdr. Bobby Revolta, yang tidak lain adalah putera kandung dari Kolonel Infantri (Purn) Micahel Roderick Ronny Muaya, yang pernah terlibat dalam Operasi Seroja di Timor-Timur, dari Desember 1975 sampai Desember 1978. Beliau terpaksa mengakhiri tugasnya di Timor-Timur karena lengan kirinya tertembak dan harus diamputasi.

Saya membeli buku tersebut di Toko Buku Gramedia Matahari, Jl. Dewi Sartika, Denpasar, pada 

7 November 2019, saat melakoni Studi Banding di Universitas Udayana (Unud).

“Siapakah yang meletakkan kartu remi “Tujuh Keriting” di halaman 83?

Yang meletakkan kartu remi “Tujuh Keriting” di halaman 83 adalah Dekan Fakultas Hukum Unpaz (Universidade da Paz), Companheiro Leonito Ribeiro,SH,M.Hum (yang saat ini tercatat sebagai salah satu Mahasiswa Doktoral, di Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Udayana/Unud) Bali.

“Kapan kartu remi “Tujuh Keriting” diletakkan di halaman 83?”

Kartu remi tersebut diletakkan di halaman 83 pada tanggal 1 Oktober 2020.

“Kenapa Dekan Fakultas Hukum Unpaz harus meletakkan kartu tersebut di halaman 83?”

Baca kisah singkat berikut:

Pada pertengahan September 2020, Dekan Fakultas Hukum Unpaz datang ke ruang Cee-Paz. Kedatangan beliau untuk meminta tolong ke saya,  menanyakan suatu informasi kepada seseorang.  Informasi tersebut, berkaitan erat dengan orang yang bernama “Bobby”. Tapi “Bobby” yang dimaksudkan di sini, bukanlah “Bobby” sang penulis buku Operasi Seroja. Melainkan Bobby yang berbeda yang saat ini tinggal di Timor Leste.

Saya menynggupi permintaan Pak Dekan. Tapi saya terus menunda-nunda. Lalu pada 30 September 2020, Dekan kembali mendatangi saya di ruangan Cee-Paz, guna memastikan, apakah saya sudah bertanya atau belum? Kalau sudah, apa jawaban orang tersebut? Karena Pak Dekan sangat mengkhawatirkan kondisi orang bernama Bobby. Saat itu (30 September 2020), saya bilang; belum sempat bertanya. Pak Dekan memohon dengan sangat untuk menanyakan.

Akhirnya, setelah beliau meninggalkan ruangan Cee-Paz, saya mencoba menelfon orang tersebut. Tapi belum sempat tersambung, tiba-tiba Kakek Misterius menampakkan Diri dan mencegah saya untuk tidak boleh menelfon orang tersebut. Lalu Kakek Misterius memberi pesan, agar besoknya (1 Oktober 2020), saat ke kampus, saya diharuskan membawa buku berjudul Operasi Seroja, karangan Bobby Revolta, beserta satu pack kartu remi, ditambah dengan Patung Bunda Suci Perawan Maria (Bunda Penolong Abadi = Maria Auxiliadora) sebagaimana dapat Anda lihat dalam salah satu foto terlampir.

Sekedar info tambahan; Patung Bunda Penolong Abadi (Maria Auxiliadora) dalam foto terlampir (diletakkan di atas buku Operasi Seroja), dibawa oleh seorang teman (cewek) langsung dari Paris Perancis. Dibeli di Katedral Notre Dame yang terletak di Paris. Saya menerima patung aneh tersebut dari Companheiro SBY, pada 22 Oktober 2018 di Istana Puteri Wandan Kuning (???).

Akhirnya, pada 1 Oktober 2020, pagi-pagi sekali saya sudah berada di kampus, bersama semua barang pesanan Kakek Misterius. Rencananya, siang hari, saat akan break untuk lunch, baru saya menelfon Dekan untuk bertemu. Tapi entah kenapa, sebelum jam 12 siang, Pak Dekan tiba-tiba sudah muncul di ruangan Cee-Paz, untuk menagih janji saya.

Ini yang namanya, pucuk ditimpa, mbak Wulan Guritno pun tiba. Ya sudah, ritual pun dimulai. Saya persilahkan Pak Dekan duduk dengan manis. Saya mengeluarkan buku Operasi Seroja, meletakkannya di atas meja. Lalu saya keluarkan juga Patung Bunda Penolong Abadi dan diletakkan di atas buku Operasi Seroja. Karena pesan Kakek Misterius seperti itu. Lalu saya keluarkan satu pack kartu remi, untuk diletakkan di atas meja.

Pak Dekan bingung melihat tingkah saya (meletakkan barang-barang aneh di atas meja). Saya biarkan saja kebingungan itu berlangsung. Toh nanti juga beliau bakalan tahu. Setelah itu, saya menjelaskan segala sesuatunya. Beliau pun faham. Lalu saya meminta Pak Dekan untuk berdo’a, mengajukan permohonan kepada Allah melalui “perantaraan Bunda Penolong Abadi”. Pak Dekan menutup matanya dan mulai berdo’a. Saya juga ikutan berdo’a. Cuma, isi do’a kami berbeda. Isi do’a saya adalah “do’a rahasia” yang diajarkan TUHAN YESUS sendiri, saat menampakkan DiriNya bersama Bunda Perawan Maria melalui mimpi, pada 10 Maret 2017 (sudah beberapa kali saya kisahkan mimpi aneh ini sebelumnya).

Setelah selesai berdo’a, saya meminta Pak Dekan mengambil satu kartu secara acak, dari tumpukan kartu remi di atas meja. Tapi kartu terebut harus diambil dalam keadaan mata tertutup rapat. Tidak boleh mengintip sekali pun. Beliau “nurut” bagaikan kerbau dicocok hidungnya.    

Tangan Pak Dekan bergerak. Satu kartu remi berhasil dicopot.  Lalu masih dengan mata tertutup rapat, saya meminta beliau memasukkan kartu remi tersebut ke dalam buku Operasi Seroja. Mau meletakkan di halaman mana, terserah. Yang terpenting diletakkan dalam keadaan, mata tertutup rapat-rapat. Akhirnya kartu remi tersebut berhasil disisipkan ke dalam buku.

Lalu saya meminta Pak Dekan membuka mata. Sampai di titik ini, kami berdua sama-sama belum tahu, apa jenis kartu tersebut? Dan diletakkan di halaman berapa? Kemudian kami membuka buku Operasi Seroja untuk memastikan, apa jenis kartu itu? Dan terletak di halaman berapa? Ternyata setelah dibuka, kartu tersebut adalah “Tujuh Keriting”. Dan kartu tersebut terletak di halaman 83, sebagaimana dapat Anda lihat dalam foto terlampir. Inilah kisah singkat, mengenai asal-usul munculnya angka 83.

Akhirnya, berdasarkan kesepakatan di antara saya dan Dekan, jika kartu yang muncul adalah berwarna hitam, maka itu artinya, kami dilarang untuk menanyakan informasi tentang “Bobby” kepada orang tersebut. Larangan tersebut sesuai dengan perintah yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama. Maka sampai detik ini, saya tidak pernah lagi melakukan kontak dengan orang tersebut untuk menanyakan informasi yang berhubungan dengan Bobby. Ternyata Bobby-nya baik-baik saja sampai detik ini.

Karena “Misteri Pertama” ini membahas mengenai bilangan 83, maka pertanyaan selanjutnya adalah; “Apa makna dari angka 83?”  

Makna dari angka 83, banyak sekali. Untuk mempersempit ruang pembahasan, maka bilangan 83 harus dikontekskan terlebih dahulu, agar pembahasan tidak melebar dan meluber kemana-mana. Untuk itu, pembahasan makna bilangan 83 harus bersubordinasi (tunduk) kepada “129 kata” yang secara eksplisit, terkontruksi melalui judul utama dan sub judul artikel ini.

Berhubung esensi utama judul artikel ini adalah mengenai bahaya Covid 19 bagi Timor Leste, maka saya akan memmulai membahas bilangan 83 berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan Covid 19 di Timor Leste. Judul utama artikel ini adalah: “Bilangan yang diucapkan Presiden Jokowi memastikan bahaya Covid 19 bagi Timor Leste”.

Yang aneh adalah nilai Gematrik Latin dari nama JOKOWI, jumlahnya = 83

J+O+K+O+W+I = 10+15+11+15+23+9 = 83.

 Tapi bukan itu masalah utama yang akan dibahas di sini. Yang akan dibahas di sini adalah dua titik yang menghubungakn satu rentang waktu, yang oleh Filsuf  Eksistensialis Jerman, Martin Heidegger (melalui bukunya berjudul BEING and TIME), disimbolkan dengan huruf  Z (Z= Zeitsenabstand, bahasa Jerman yang artinya: durasi waktu). Jadi yang akan dibahas di sini adalah nilai Z yang menghubungkan antara 13 Januari 2021 (saat Presiden Jokowi mengucapkan bilangan yang memastikan bahaya Covid 19 bagi Timor Leste) dengan kematian pasien Covid 19 di Timor Leste untuk pertama kalinya, yang terjadi pada 6 April 2021.

Coba Anda hitung sendiri nilai Z antara 13 Januari 2021 dengan 6 April 2021. Hasilnya pasti “83 hari”. Pada 13 Januari 2021 Presiden Jokowi mengucapkan bilangan itu. Selang 83 hari kemudian, pada 6 April 2021, untuk pertama kalinya jatuh korban Covid 19.

“Kenapa bisa tepat 83 hari?” Saya sendiri tidak tahu. Maka jangan tanyakan ini ke saya. Dari seri pertama artikel ini, sudah saya tuliskan di sana untuk mengingatkan semua fihak, bahwa isi artikel ini adalah “Kesaksian Iman’ yang berada di luar orbit (logika manusia). Kita tidak bisa menjelaskan data dan fakta yang muncul melalui kejadian nyata. Bukan kejadian abal-abal.


Kesimpulan

Kesimpulan sederhana yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini adalah: Sebagian peristiwa yang terjadi di jagat raya ini berlangsung karena kehendak bebas (free will) manusia, tapi sebagain lagi terjadi karena merupakan bagian integral dari “PI” (Penyelenggaraan Ilahi).

Saran

Rakyat Timor Leste sebaiknya rajin melakoni 3B (Berdoa, Bertobat dan Bertirakat), karena Badai Seroja yang terjadi pada 4 April 2021, yang menyebabkan ribuan penduduk harus mengungsi di berbagai lokasi di Kota Dili, akan menjadi media yang baik bagi terjadinya penularan virus SARS CoV-2 secara massif. Bukan hanya itu. Tujuan utama melakoni 3B, adalah memohon intervensi ALLAH untuk mencegah, agar “hipothesa” di bawah ini (mengenai kematian salah satu tokoh Timor Leste gara-gara Covid 19), tidak berubah menjadi “thesis”,.

Bersambung;

Catatan Kaki:

Anda yang mungkin kepo dengan perkembangan Covid 19 di Timor Leste, termasuk mungkin kepo juga dengan vaksin AstraZeneca, produksi Perusahaan Farmasi di UK yang bekerja sama dengan Oxford University, sebaiknya membaca seri ketiga artikel ini, karena pada seri ketiga, saya akan membahas “Misteri Kedua” mengenai nilai Z (Zeitsenabstand = rentang waktu) 173 hari, yang menghubungkan 15 Oktober 2020 dan tanggal 6 April 2021.

Jika 6 April 2021 adalah hari kematian pertama pasien Covid 19 di Timor Leste, lalu apa yang terjadi pada 15 Oktober 2020? Sekedar informasi awal, pada 15 Oktober 2021, Prof. dr. Joao Soares Martins,MPH.,PhD (senior saya di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) Bali, yang saat ini menjabat sebagai Rektor UNTL (Universidade Nasional Timor Lorosa’e), dalam kapasitasnya sebagai pimpinan Ekipa CoMo TL (Covid Modeling Timor Leste), menanda-tangani sepucuk surat. Surat tersebut ditujukan kepada Menteri Kesehatan Timor Leste saat ini, dr. Odete Maria Freitas Belo,MPH (senior saya di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali). Tapi apa jawaban Menteri Kesehatan Timor Leste terhadap surat tersebut? Baca di seri ketiga artikel ini.

Jangan menganggap remeh bilangan yang merupakan nilai Z (173) yang menghubungakn 15 Oktober 2020 dengan 6 April 2021. Kenapa demikian? Karena ada kemungkinn (hipothesa), seorang tokoh Timor Leste bisa meninggal gara-gara Covid 19. Hipothesa ini diturunkan dari kejadian nyata, yaitu kartu remi “Tujuh Kerting” yang ditarik Dekan Fakultas Hukum Unpaz pada 1 Oktober 2020, untuk kemudian diletakkan di halaman 83 buku Operasi Seroja. Coba Anda konversikan 13 huruf yang terdapat dalam frasa “Tujuh Keriting”, ke dalam Gematrik Latin. Lalu jumlahkan hasil konversi. Bukankah hasilnya = 173?

Tujuh = 80. Keriting = 93. Totalnya = Tujuh + Keriting = 80 + 93 = 173.

 Ini artinya, Tujuh Keriting yang dalam keadaan mata tertutup, dicopot secara acak oleh Dekan Fakultas Hukum Unpaz, pada 1 Oktober 2020, kemudian diletakkan di halaman 83 buku Operasi Serpja, ternyata di kemudian hari, terbutki melambangkan nilai Z (Zeitsenabstand), antara 15 Oktober 2020 dengan 6 April 2021. Ini adalaf fakta. Bukan cerita abal-abal. Tapi pertanyaannya adalah, “Siapakah tokoh (public figure) Timor Leste yang akan meninggal gara-gara Covid 19?”

Tidak ada komentar: