SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Tampilkan postingan dengan label Kismis (Kisah Misteri). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kismis (Kisah Misteri). Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Juni 2021

MASIH ADAKAH RASA MALU ORANG TIMOR LESTE DI HADAPAN ALLAH? (Mendirikan Negara Republik Di Atas Tanah Terjanji Haram Hukumnya)


Pengantar Singkat

Artikel ini disadur (copy paste) dari laman face book saya. Saya menerbitkan artikel ini pada 8 Juni 2021. Jika Anda ingin membaca versi face book-nya, klik saja di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/504186794119105. Terima-kasih.

 “Kepatuhan manusia terhadap berhala, adalah manifestasi dari negasi manusia terhadap Perintah ALLAH” (Prof. Erick Fromm, tokoh Psikoanalis Sosial asal Jerman).

Sabtu, 12 Juni 2021

MENGAPA TIDAK DILAKUKAN PENGUKURAN TERHADAP LINGKARAN UNPAZ?

Pengantar Singkat

Melalui catatan ini, saya lampirkan kembali sebuah artikel berseri, yaitu seri ke-4, yang dicopy-paste dari artikel yang sudah ditayangkan di laman face book saya, pada 20 Juni 2019, tanpa melakukan edit sedikit pun. Titik komanya tetap sama. Jika Anda ingin membaca versi face booknya, bisa diklik di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/530136054857512

Alasan tidak dilakukan edit sama sekali, dengan membiarkan titik komanya tetap sama, termasuk ada beberapa kata yang salah ketik, tapi tidak diedit (diperbaiki), saya sengaja membiarkan artikel tersebut sebagaimana aslinya, karena artikel tersebut berbicara mengenai peristiuwa penting di masa depan, yaitu mengenai peristiwa "KEMATIAN", karena itulah, sub-judul artikel tersebut, ada kalimat berbunyi: "SIMBOL KEMATIAN DI ANTARA PAK XANANA DAN PROF. RAMA METAN".  

Kamis, 03 Juni 2021

RENETIL BERAKAR DI BALI BERBUAH DI DILI (Pemenang Pilpres 2022 Berhubungan Erat Dengan Bilangan 201) seri 1




Pengantar Singkat

Artikel ini adalah sebuah "kesaksian iman" dan  disampaikan dalam rangka mengenang kematian dua tokoh senior Renetil, yaitu Companheiro Lasama dan Companheiro Rama Metan. Artikel ini seharusnya diterbitkan kemarin, 2 Juni 2021, genap 6 tahun meninggalnya Companheiro Lasama (2 Juni 2015). Tapi karena listrik padam, jadi tertunda.

Rabu, 07 April 2021

BILANGAN YANG DIUCAPKAN PRESIDEN JOKOWI MEMASTIKAN BAHAYA COVID 19 BAGI TIMOR LESTE (Unpaz Tidak Akan Ada Jika Tidak Ada Opreasi Seroja) seri 2

Puji TUHAN YESUS, atas Penyelenggaraan Ilahi, setelah menunggu sekian lama, akhirnya pada hari ini, 7 April 2021, saya bisa melanjutkan kembali artikel ini. Seri pertama artikel ini, diterbitkan untuk pertama kalinya pada 26 Januari 2021. Diterbitkan pada 26 Januari 2021, karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah untuk mengenang genap 5 tahun kunjungan Presiden Jokowi di Timor Leste (26 Januari 2016).

Judul utama pada seri kedua ini, masih tetap sama dengan judul utama pada seri pertama, yang terdiri dari 12 kata (Bilangan Yang Diucapkan Presiden Jokowi Memastikan Bahaya Covid 19 Bagi Timor Leste). Sementara sub judulnya juga masih tetap sama, terdiri dari 9 kata (Tidak Akan Ada Unpaz Jika Tidak Ada Operasi Seroja). Jika kata-kata dalam  judul utama dan sub judul digabungkan, maka judul artikel ini terdiri dari 129 kata (???) Bilangan 129 ini merupakan sebuah “steganos” (mengandung pesan tersembunyi).

Sabtu, 20 Februari 2021

KEPATUHAN MANUSIA TERHADAP PERINTAH BERHALA MANIFESTASI DARI PENOLAKAN MANUSIA TERHADAP PERINTAH ALLAH


Hari ini, 20 Februari 2021. Tepat pada 27 tahun lalu, 20 Februari 1994 (Minggu), saya dibawa Malaikat menuju sebuah lapangan yang sangat luas. Saya dibawa ke sana, menggunakan mobil super mewah. Saat mendekati lapangan tersebut, saya melihat lautan manusia sudah berkumpul. Di hadapan lautan manusia itu, saya melihat ada sekumpulan orang yang berada dalam satu barisan. Mereka mengenakan jubah kebesaran. Setelah semakin dekat, baru saya bisa identifikasi, rupanya mereka adalah "para paus". Karena itulah, dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya menamakan barisan itu dengan sebutan  "barisan para paus".

Kamis, 11 Februari 2021

MISTERI PENEMBAKAN PRESIDEN RAMOS HORTA PADA 11 FEBRUARI 2008 (Todongan Prof. Rama Metan Pada 29 Juni 2006)


Pengantar Singkat;

Pada tanggal 29 Juni 2018 kemarin, saya sengaja memposting kisah penampakan Bunda Suci Perawan Maria di Lourdes Perancis. Lalu sejumlah sahabat bertanya; “Kenapa harus memposting kejadian penampakan Lourdes pada 29 Juni? Padahal perayaan penampakan Bunda Maria di Lourdes biasa dilakukan pada 11 Februari?” Jawabannya ada dalam kisa berikut ini;
TODONGAN PROF. RAMA METAN PADA 29 JUNI 2006.
Tragedi beradarah 2006 diwarnai dengan mundurnya sekitar 600-an Anggota F-FDTL (Angkatan Pertahanan Timor Leste) dari dinas ketentaraan. Alasan pengundura diri terebut, konon, adanya perlakukan diskriminatif disertai ucapan-ucapan yang berbau primordialis(me) dari sejumlah petinggi militer (F-FTT), terhadap prajurit yang berasal dari "Loromonu" (Timor Leste bagian barat). Sementara pada sisi yang lain, banyak yang memberi stigma kepada ratusan Anggota F-FDTL Loromonu yang meninggalkan barak militer, sebagai tindakan indisipliner (melakukan desersi).

Senin, 11 Januari 2021

REKTOR UNPAZ IKUT MEMAKAN KEKAYAAN SALOMO BERLAMBANG 666

 


Pengantar Singkat

Artikel ini di-copy-paste dari laman face book saya (Antoninho Benjamin Monteiro), edisi 16 Agustus 2020. Jika Anda ingin membaca versi face booknya, bisa diklik di link berikut ini:

https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/313885169815936

Hari ini, 11 Januari 2021, saya sengaja memindahkan artikel tersebut dari laman face book ke blog ini, karena hari ini adalah hari ulang tahun Prof. Lucas da Costa "Rama Metan", Rektor Unpaz (Universidade da Paz), yang menghembuskan nafas terakhir pada 5 September 2019, di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili, Timor Leste, setelah 2X menjalani "Operasi Laparatomy" (operasi pertama, 27 Agustus 2019 dan operasi kedua berlangsung pada 4 September 2019). 

Sekiranya Almarhum masih hidup, maka hari ini, 11 Januari 2021, Almarhum akan merayakan ulang tahunnya yang ke-69 (11 Januari 1952-11 Januari 2021). Berhubung Dia yang memiliki "Kuasa Penghakiman" untuk menentukan, siapa yang boleh masuk Surga, dan siapa yang harus masuk neraka, adalah TUHAN YESUS KRISTUS, berdasarkan Yohanes 5:22-23 (Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia), maka saya ikut do'akan, memohon belas-kasihan KRISTUS, berhubung Almarhum "ikut memakan Kekayaan Salomo yang berlambang 666, semoga TUHAN YESUS KRISTUS, Hakim Agung Yang Maha Adil, mengampuni dosa-dosa Almarhum, dan memberikan Almarhum tempat yang layak di sisiNya, sesuai amal bhaktinya selama 24.709 hari menjalani ziarah di dunia fana ini. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Minggu, 10 Januari 2021

13 de outubro: o dia em que o mundo presenciou o Milagre do Sol em Fátima

Nossa Senhora havia anunciado: “Em outubro farei o milagre, para que todos acreditem”

Milagre do Sol em Fátima: foi com esse fenômeno que o dia 13 de outubro de 1917 ficou marcado para sempre no coração dos devotos de Nossa Senhora.

Ela vinha aparecendo resplandecente aos três pastorinhos desde o dia 13 de maio daquele mesmo ano. E as aparições continuaram nos meses sucessivos, até outubro.

As aparições de Nossa Senhora em Fátima

Os três pastorinhos Lúcia, Francisco e Jacinta estavam na Cova da Iria, em Fátima, Portugal, quando observaram dois clarões como de relâmpagos. Em seguida, sobre a copa de uma pequena árvore chamada azinheira, eles viram uma Senhora de beleza incomparável.

Kamis, 07 Januari 2021

SELAMA PRESIDEN TERPILIH JOE BIDEN MENDUDUKI GEDUNG PUTIH - AMERIKA AKAN DIPENUHI DRAMA

 

Pengantar Singkat:

Artikel ini disadur dari laman face book saya (Antoninho Benjamin Monteiro), edisi 22 November 2020. Jadi bukan baru ditulis hari ini, setelah terjadinya kerusuhan di Amerika Serikat saat ini (Gedung Kongres AS diserbu pendukung Donald Trump), di mana sedikitnya ada 4 orang pendukung Trump gugur ditembak aparat. Tidak ada satu kata pun yang ditambah atau dikurangi. Boleh dichek ke sumber aslinya.

======================================

Catatan ini disampaikan dalam rangka mengenang genap 57 tahun, drama penembakan Presiden Amerika ke-35, beragama Katolik, John Fitzgerald Kennedy (22 November 1963). Satu-satunya referensi utama, yang menjadi landasan bagi saya untuk memilih kalimat judul di atas, adalah sehelai kwitansi aneh (lihat foto terlampir), yang diproduksi di Denpasar Bali Indonesia, pada tanggal 14 Juni 2018, tepat pada hari ulang tahun Presiden Donald John Trump ke-72. Ikuti kisah nyata di bawah.

Kamis, 31 Desember 2020

MEMORIA INESKESIVEL 31 DEZEMBRU 1985 (Quiz Berhadiah 21 Dolar Ba Estudantes)

 

Iha 31 Dezembru 1985, tamba deit atu dansa ho doben iha Atsabe hodi simu tinan foun (1986), tuku 9 dader, hau sai husi Dili, sa'e truck ba tun iha "Simpang Tiga" Ermera. Bolu Simpang Tiga, tamba iha kruzamentu 3: 
 
1. Ba Dili
2. Ba Ermera Kota Lama.
3. Ba Letefoho-Atsabe. 
 
Sai husi Dili, ho konviksaun ida katak, pasti iha transporte husi Simpang Tiga ba Atsabe. Sa-tan atu simu tinan foun, konserteza ema viazen barak. 
 
Mas saida mak akontese? To'o Simpang Tiga, tuku 11. Truck hatun hela hau, truck tama ba Ermera Kota Lama. Hau hein karreta atu ba Atsabe. Mas hein ba hein, hein ba hein, karreta atu ba Atsabe laiha. Jangankan ba Atsabe, ba deit Letefoho mos laiha. Hein to'o tuku 5 lorokraik, nein

Jumat, 18 Desember 2020

MENSAJEN ESPESIAL BA CNRT ("Maun Bot Xanana Nia Abut Mai Husi Ne'ebe?")

 

Man purpose. God disposes.
Ita emar bele planeia buat hotu, maibe so Nai Maromak mesak deit mak bele deside.  Tuir lolos ne'e ohin kalan, hau atu kuntinua posting kuntinuasaun artigu ho titulu: "Catatan Di Luar Nalar". Mas komu ohin tuku 4 lorokraik, teki-teki mosu sinal iha edifisiu Ceepaz, ho simbolu "X" hanesan fotografia hau anexu iha ne'e, entaun kuntinuasaun artigu refere, hau kansela tiha fali, aban mak kuntinua.

 
Atraves artigu badak ida ne'e, ho hakraik aan, hau hato'o mensajen importante ba Quadros CNRT sira, atu hanoin seriu, seriu i seriu, kona-ba Maun Bot Kayrala Xanana Gusmao nia huun ho abut (orijen), relasiona ho sinais (X) ne'ebe mosu iha edifisiu Ceepaz ohin lorokraik tuku 4.
Pergunta fundamentais mak ne'e: 
 
"Kayrala Xanana nia huun ho abut mai husi ne'ebe?" Quadros CNRT sira labele resposta fali nune'e: "Xanana ema Manatuto, nia Pai naran Manuel Gusmao, nia moris iha dia 20 de Junho de 1946. Nia mak Comandante Supremo Libertasaun Nasional. Nia mak Comandante em Chefe das Falintil". Resposta simples hanesan ne'e, labarik kiik TK-SD oan sira mos hatene. Buka oinsa hodi fo resposta seluk. 

CATATAN DI LUAR NALAR (Civitas Akademika Unpaz Tenki Reza Barak) 1


Iha 12 Dezembru 2020, pur volta de 3 oras madrugada hau hetan mehi estranho. Katuas fuk mutin ida, hatais mutin hotu, mosu mai dehan nune: 
 
"O atu ba tuir Yudisium, O tenki hatais faru ida lori mai husi Englatera, ho kalsa simbolu Riku Soin Salomao. Hatais mos jas no gravata ida nee (Katuas koalia sambil hatudu sasan sira Nia temi nee)".
Depois Katuas dehan tan: 

Rabu, 02 Desember 2020

MENGAPA ANDA MELETAKKAN ANGKA 212 DI BAWAH KAKI TUHAN? APAKAH ANDA MENYINDIR PA 212?

 

Kemarin, 1 Desember 2020, saya memposting artikel berjudul: "Revolusi Kuning Adalah Sebuah Keniscayaan" (di laman facebook saya). Dalam artikel tersebut saya lampirkan 4 foto. Salah satunya adalah foto yang saya lampirkan kembali dalam artikel ini. Lalu ada sahabat bertanya begini; "Mengapa anda meletakkan angka 212 di bawah Kaki Tuhan? Apakah anda menyindir Perkumpulan Alumni 212?"

Berikut tanggapan saya; 
 
Dalam gambar Tuhan, sebagaimana terlampir, ada sejumlah aksara, di mana sayalah yang menuliskannya di sana. Foto tersebut, saya mendapatkannya dari internet. Tapi sejumlah aksara di dalamnya, yang terdiri dari: Hakim Agung Akhir Jaman, 212, Cawan Majapahit dan 7733103170, saya yang membubuhkannya. 
 
Ada 4 alasan, mengapa saya dengan sengaja meletakkan angka 212 di bawah kaki Tuhan, yaitu;

REVOLUSI KUNING ADALAH SEBUAH KENISCAYAAN (Karena Bilangan Tidak Pernah Membohongi Manusia)

 

Coba Anda perhatikan 4 gambar dalam catatan ini. Orang bijak bilang, satu gambar mewakili seribu kata. Berarti 4 gambar terlampir, mewakili empat ribu kata. Dan jika empat ribu kata itu direduksi ke dalam kesimpulan, maka kesimpulannya hanya terdiri dari dua kalimat berikut; 

 
1). Revolusi Kuning adalah sebuah keniscayaan.
2). Karena bilangan tidak pernah membohongi manusia.
 
MUNCUL LINGKARAN KUNING DI LANTAI
 
Salah satu materi kajian, untuk memastikan akan datangnya "Revolusi Kuning" adalah kejadian aneh berikut ini;
 
Pada tanggal 19 Juli 2019, saya diajak Companheiro Leonito Ribeiro (salah satu kader PD/Partai Demokrat yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Unpaz), untuk mengunjungi Kantor Nasional Partai Demokrat yang terletak di Colmera Dili.

Selasa, 21 Januari 2020

PERAMPOKAN TAKHTA (Pak Xanana Bukan Bangsawan Matahari Terbit) bagian: 1



Saya meletakkan tulisan ini dalam konteks "Kesaksian Iman dan hubungannya dengan nasib Pak Xanana dan masa depan Timor Leste". Karena ini adalah "Kesaksian Iman", bukan "kesaksian politik", maka sekiranya ada sesuatu dalam tulisan ini kurang berkenan di hati Anda dan membuat Anda merasa tidak nyaman, itu terjadi bukan karena Bunda kita salah mengandung. Sumber masalah yang membuat Anda tidak nyaman bukan ada dalam tulisan saya, melainkan ada dalam diri Anda. 

Senin, 06 Januari 2020

MENGAPA BATU ANEH ITU HARUS DIKUBUR BERSAMA KUCING?

Saya menulis pesan ini dari ruangan CEE-PAZ yang berada di Kampus Universidade da Paz (UNPAZ). Kemarin, Minggu, 5 Januari 2020, saya memasang sejumlah lukisan KRISTUS di dinding IPWK yang baru saya tempati. Keluarga memutuskan untuk memindahkan barang-barang saya dari IPWK yang lama ke IPWK yang baru, pada 1 Desember 2020, saat saya masih berada di New Delhi India. Tanggal 6 Desember 2019, baru saya tiba kembali di Dili. Karena baru pindah, maka semua (8) lukisan KRISTUS yang saya beli pada 13 Januari 2013 di Denpasar Bali, belum sempat dipasang di tempat-tempat yang layak. Hanya ditumpuk di Oratorio (tempat sembahyang).

Senin, 04 November 2019

TANPA SEPATU BUAYA SAYA TIDAK BOLEH MENERIMA JABATAN DIREKTUR CEPAZ



Tanggal 2 November 2019, tengah malam, "Kakek Misterius" muncul dan memberikan pesan;
"Bahwa saya baru boleh menghadiri acara pelantikan, 5 November 2019, jika mengenakan "Sepatu Buaya". Tanpa "Sepatu Buaya", saya tidak boleh menghadiri acara pelantikan".

Itu artinya, tanpa "Sepatu Buaya", saya tidak boleh menerima posisi sebagai "Direktur CEPAZ", sebagaimana ditawarkan Magnifico Rektor UNPAZ, melalui "Surat Notifikasi", tertanggal 30 Oktober 2019.

Sabtu, 02 November 2019

DUA PROVISI REKTOR LAMA DIAFIRMASI REKTOR BARU



Pada tanggal 31 Oktober 2019, Rektor UNPAZ, Dr. Adolmando Soares Amaral, Lic.Eco., M.M., mengeluarkan "Despascho" dengan nomor: 01/Reitor-UNPAZ/X/2019, untuk mrngafirmasi dua provisi sebelumnya, yaitu; Provisi Rektor no.23/UNDIL/II/2003, tertanggal 10 Februari 2003, dan Provisi Rektor no. 57/UNPAZ/II/2011, tertanggal 5 Februari 2011.

Melalui "despacho" tersebut, status saya sebagai "Dosente Permanente" (Dosen Tetap) FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) UNPAZ diaktifkan kembali.

PERJANJIAN CAWAN KRISTUS (257)

Tapi yang paling mengejutkan saya adalah, sehari sebelum Rektor UNPAZ mengeluarkan "despacho", untuk mengafirmasi dua provisi tersebut di atas, pada hari pelantikan, 30 Oktober 2019, Rektor UNPAZ mengeluarkan "notifikasi" yang menurutku sangat mengejutkan.

Sabtu, 26 Oktober 2019

DIALOG ANTAR KITA: “Adakah Batas Waktu Untuk Menemukan Manusia Perjanjian?” (5)




Dialog antar kita kali ini sudah memasuki seri ke-5. Seri 1 sampai seri 4, dapat Anda akses di laman face book saya. Klik saja link laman face book saya yang ada di bagian akhir catatan ini.

Pada seri ke-5 ini saya ingin menjawab pertanyaan salah satu sahabat; 

“Adakah batas waktu untuk menemukan Manusia Perjanjian?”

Batas waktunya hanya sampai “8 November 2019”. Setelah 8 November 2019 berakhir, maka kesempatan untuk menemukan Manusia Perjanjian (Jose Marcos Goncalves) di bawah kepemimpinan rektor baru, dianggap gugur.  Dan jika sampai kesempatan emas itu gugur, maka itu pertanda sangat buruk. Buruk, karena ada konsekuensi logis yang sangat-sangat serius yang harus ditanggung.

Sabtu, 12 Oktober 2019

MISTERI RUMPUN BENJAMIN: “Lebih Mudah Langit Dan Bumi Lenyap Dari Pada Satu Titik Dari Hukum Taurat Batal” (8)




“Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia yang sebelum dunia dijadikan telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” (1Korintus 2:7).




Hari ini 12 Oktober 2019. Genap 30 tahun lalu, Kamis, 12 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II, yang merupakan Paus ke-264 Gereja Katolik Roma, menapakkan kakinya di Kota Dili. Saat itu saya tidak berada di Dili. Saya berada di Denpasar Bali. Jadi saya hanya menyaksikan kunjungan Paus ke-264 itu di Kota Dili melalui siaran televisi, dan membaca beritanya di koran-koran.

Sesuai janji saya sebelum-sebelumnya (janjinya dimulai semenjak tahun 2012), bahwa hari ini, 12 Oktober 2019, genap 30 tahun kunjungan paus bernomor urut 264, saya akan menjawab pertanyaan: “Kenapa paus yang menapakkan kakinya di Pulau Timor harus paus bernomor urut 264?” Jawaban saya, boleh diterima, boleh juga ditolak. Diterima, atau ditolak, tidak akan membawa pengaruh apa pun terhadap saya. Artinya, diterima, saya tidak untung. Ditolak, saya tidak buntung.

Berdasarkan pengetahuan saya (jadi bukan berdasarkan opini saya), di balik angka “264” ini, mengandung sejumlah PI (Pesan Ilahi).


PI pertama; 264 Melambangkan Mesir, Israel & Timor Leste.


Angka 264 melambangkan nama 3 negara, yaitu: “Mesir, Israel dan Timor Leste. Coba Anda konversikan ke dalam bilangan Gematria Latin, 21 huruf yang ada dalam nama 3 negera tersebut di atas. Hasilnya pasti 264. Mesir = 64, Israel = 64, Timor Leste = 136. Total: 64 + 64 + 136 = 264.
Dengan demikian, “Bilangan 264” yang menapakkan kakinya pada 30 tahun lalu di Kota Dili, membawa “PI” (Pesan Ilahi), bahwa di atas Pulau Timor ini, pernah lahir “anak manusia” yang mewarisi darah dari 3 negara, yaitu; “Mesir, Israel dan Timor Leste”.

Perhatikan baik-baik cara penulisan frasa “anak manusia” dalam catatan ini. Saya menuliskannya dengan menggunakan huruf kecil semua. Ini untuk membedakan “anak manusia” dari frasa “Anak Manusia” yang merujuk kepada Putera Allah Yang Maha Tinggi, yaitu Yesus Kristus sendiri. Sehingga tidak terjadi “penyesatan”. Karena antara “Anak Manusia” dan "anak manusia" adalah dua entitas yang sangat jauh berbeda. Anak Manusia itu hanya ada Satu, Esa dan Tunggal.

Jika waktunya genap, “anak manusia” yang mewarisi darah 3 negara ini (Mesir, Israel dan Timor Leste), akan harus “disembelih” untuk menggenapi firman Tuhan, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, yang direduksi menjadi "Petisi 13 Juli" (2017).


Penyembelihan “anak manusia” adalah sebuah “thesis”. Jika ada yang membantah “thesis” yang saya tuliskan di sini, boleh saja, tapi wajib hukumnya, harus memiliki “antithesis” yang paralel. Misalnya Anda mengajukan “anak manusia” lain di luar “anak manusia” yang diperknalkan Allah di Bukit Ratapan Ramelau, pada 20 Februari 1994.

Berkaitan dengan isu “anak manusia” yang mewarisi darah dari 3 negara ini (Mesir, Isarel dan Timor Leste), untuk kesekian kalinya, saya ajukan kembali pertanyaan ini kepada 8 Pendiri RENETIL; “Siapakah di antara 8 Pendiri RENETIL yang merasa diri sebagai orang yang mewarisi darah Mesir?”

Pertanyaan krusial ini sengaja saya tujukan secara khusus kepada 8 Pendiri RENETIL, karena ada hubungannya dengan kejadian aneh yang terjadi pada tanggal 29 November 2013, saat, tanpa sengaja, terjadi pertemuan dengan Prof. Rama Metan di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.

Saat itu Prof. Rama Metan dan sejumlah Stafnya, termasuk Dekan Fakultas Pertanian UNPAZ saat ini (Dr. Domingos Caeresi), sedang menunggu jam keberangkatan ke Surabaya untuk menghadiri Acara Wisuda Bapak Dr. Elidio De Araujo,SE (salah satu Staf Dosen UNPAZ), yang menyelesaikan studi Doktoralnya di Surabaya.

Sebelum bertemu Prof. Rama Metan di Bandara Ngurah Rai, salah satu dari 8 Pendiri RENETIL mengalami “missing flight” (ketinggalan pesawat) ke Selandia Baru. Maka Pendiri RENETIL terebut mengajak saya pergi ke sebuah hotel di kawasan Legian Kuta. Nama hotel tersebut (S), tertulis dalam Kitab Suci. Dan nomor kamar hotel tersebut, melambangkan “Darah Dinasti”.

Saya diajak ke hotel tersebut untuk mengambil suatu cairan dalam botol, yang juga, lagi-lagi melambangkan “Darah Dinasti”. Lalu dari hotel S, saya dan Pendiri RENETIL yang bersangkutan berangkat ke Air Port Ngurah Rai untuk membooking ticket pesawat, karena Pendiri RENETIL yang bersangkutan akan kembali ke Dili pada 30 November 2013. Tidak tahunya, saat tiba di Bandara, ketika berada dalam lift yang sedang bergerak turun, kami melihat Prof. Rama Metan bersama sejumlah Stafnya sedang minum kopi di Kafetaria Bandara (area penerbangan domestik).


Kami berdua menghampiri Beliau dan Stafnya. Saat itu Prof. Rama Metan memberikan sesuatu kepada saya. Sesuatu yang diberikan Prof. Rama Metan, jika dibaca akan berbunyi; “Keturunan Salomo”.

Dengan demikian, ketika saya mengajukan pertanyaan tentang “Darah Mesir’ kepada para Pendiri RENETIL, bukan berdasarkan “preferensi”, tapi bertanya berdasarkan “referensi” (peristiwa empiris) yang terjadi pada 29 November 2013, yang merupakan bagian dari PI (Penyelenggaraan Ilahi). 

Dengan segala kerendahan hati, saya sarankan, siapapun Pendiri RENETIL yang bersama saya, pada 29 November 2013, menjadi dua orang pertama yang simbol meminum "Darah Dinasti" di hotel S, sebaiknya membuka Kitab Suci dan mencari nama hotel tersebut, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci. Karena penelusuran “Darah Mesir’, hukumnya wajib, harus dimulai dari nama tersebut. Itu artinya, saya tidak menganggap kejadian aneh 29 November 2013, adalah sebagai bagian dari berlakunya “teori coinsidensi” (teori kebetulan). 

SUKSESOR PROF. LUCAS PASTI SEORANG BANGSAWAN
Sekedar Intermezzo. Satu kilas balik singkat. Pada Februari 1994, saya sedang menjalani Koskap (Praktek sebagai dokter muda) di Lab Anesthesi Rumah Sakit Pusat, Sanglah Denpasar. Hari itu, tanggal 3 Februari 1994, dini hari, dua Malaikat-Nya menemui saya. Malam itu, sehabis melakukan observasi ketat terhadap seorang pasien pria paruh baya asal Perancis, yang menjalani Operasi Laparatomy di RSUP Sanglah Denpasar, tiba-tiba saya mengalami hal aneh. Saya jatuh ke dalam keadaan "trance". Dalam keadaan "trance" itulah, muncul dua Malaikat, yang disertai ribuan orang. Saat itu, kedua Malaikat berkata, saya dipanggil ALLAH ke Kaki Gunung Ramelau, karena ALLAH berkenan memberkati Program Catur Mobilisasi. Kisah misteri ini sudah kerap kali saya kisahkan.
Nah saat itu, kedua Malaikat meminta saya membawa serta Ijazah saya (Ijazah S1), yang dikeluarkan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, pada 25 Oktober 1993. Ijazah tersebut, selama ini saya gunakan untuk melamar pekerjaan di Timor Leste, tetapi tidak laku-laku. Padahal Ijazah tersebut telah diberi "Sfargis (Cap ALLAH), di Kaki Gunung Ramelau, pada Minggu, 20 Februari 1994.
Berhubung artikel ini berbicara mengenai "Misteri UNPAZ", maka berdasarkan angka "82" (Simbol Bangsawan) yang tertera dalam Ijazah saya, maka saya bisa pastikan bahwa Calon Suksesor (pengganti) Prof. Rama Metan untuk menduduki Kursi Rektor UNPAZ berikutnya, adalah seseorang yang "Berdarah Bangsawan" (Keturunan Raja). Dengan kata lain, saya ingin memastikan bahwa pengganti Prof. Rama Metan, wajib hukumnya, haruslah seseorang yang dalam dirinya mewarisi "Darah Bangsawan". Yang tidak mewarisi "Darah Bangsawan" (Darah Biru), tidak akan pernah terpilih menjadi Rektor UNPAZ. Karena nomor Ijazahku ditulis dengan Angka Bangsawan.
Jika di kemudian hari teryata hipothesa saya ini terbukti benar (bahwa Suksesor Prof. Rama Metan adalah seorang Bangsawan), maka pada saat angka 82 (Simbol Bangsawan) yang tertera dalam Ijazah saya, genap berusia 30 tahun (25 Oktober 2023), saya berjanji kepada ALLAH Yang Maha Mengetahui segala rahasia, saya akan harus berada di Denpasar Bali untuk memperingati genap 30 tahun usia Ijazah Bangsawan saya, dengan cara; pergi berdoa di Gereja Santo Yosef Kepundung, untuk bersyukur kepada ALLAH.


PI kedua; 264 Melambangkan Yesus Sang Juru Selamat.


Kunjungan Bilangan 264 ke Kota Dili pada 12 Oktober 1989, membawa PI (Pesan Ilahi), yang melambangkan “Yesus Sang Juru Selamat”. Coba Anda baca bilangan “264” menggunakan Bahasa Indoensia, menjadi “DUA RATUS ENAM PULUH EMPAT”. Lalu konversikan semua huruf dalam kalimat DUA RATUS ENAM PULUH EMPAT. Hasilnya = 271.

Saya sudah membahas dalam sejumlah artikel sebelumnya, bahwa bilangan “271” ini adalah simbol dari “Yesus Sang Juru Selamat”. Coba Anda konversikan frasa “Yesus Sang Juru Selamat” ke dalam Gematria Latin. Hasilnya pasti = 271. Yesus = 89, Sang = 41, Juru = 70, Selamat = 71. Total; 89 + 41 + 70 + 71 = 271.

Dengan demikian, kunjungan Bilangan 264 pada 30 tahun lalu membawa PI (Pesan Ilahi) bahwa hanya Yesus, satu-satnya “Fihak”, yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran massif. Bukan para pahlawan Timor Leste yang bermunculan bagaikan cendawan di musim penghujan. 


PI keempat; 264 Melambangkan Rasul Sabat.

Angka 264 jika dilafalkan menjadi: DUA ENAM EMPAT, lalu hasil pelafalan itu dijumlahkan, akan memunculkan simbo bilangan “Rasul Sabat”, 114. Rasul = 71, Sabat = 43. Total: 71+43 = 114.
Dengan demikian, kunjungan Bilangan 264 pada 30 tahun lalu, membawa PI (Pesan Ilahi), bahwa Pulau Timor ini pernah melahirkan “Rasul Sabat”, yaitu “Rasul Terakhir” yang hukumnya wajib, harus “disembelih” suatu saat setelah waktunya genap, untuk “Merestaurasi Hukum Sabat dan Dinasti Daud”. Tapi bukan untuk merestaurasi RDTL.

Karena pada hakiktanya, Allah tidak pernah menghapus “Hukum Sabat”. Masalahnya, Allah bukan mahkluk pemikir layaknya manusia, yang hari ini berpikir seperti ini, besok berubah pikiran, berpikir seperti itu. Atas alasan itu pula, kenapa hasil referendum, yang sebelumnya, berdasarkan ketatapan 5 Mei 1999 di Markas Besar di New York Amerika Serikat, akan diumumkan pada hari Selasa, 7 September 1999, tapi oleh UNAMET (United Nations Administration Mission for East Timor), diumumkan pada hari Sabat, 4 September 1999, untuk memastikan bahwa Allah tidak pernah menghapus pengudusan “Hari Sabat”.

Gara-gara perubahan jadwal pengumuman hasil referendum ini, banyak fihak yang menuding: “UNAMET melakukan kecurangan”. Padahal ada “Invisible Hands” yang mengatur ini semua, sebagaimana saya tuliskan melalui artikel berjudul; “Mengirim Patung Dewa Siwa Ke Kanada”.
Dari data dan fakta empiris sejarah ini, mengandung PI (Pesan Ilabi) bahwa siapapun orangnya yang hidup di negara ini, wajib hukumnya, harus memelihara Perintah Allah yang ke-4 sebagaimana diterima Nabi Musa di Gunung Sinai, yaitu memelihara “pengudusan Hari Sabat”.


“Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka” (Kitab Yehezkiel; 22:26).


Catatan Kaki;

Melalui seri ke-8 ini, secara sekilas saja saya akan menjawab mengenai isu “Perjanjian Yosua”. Ada beberapa sahabat yang bertanya; "Jika Pak Xanana berubah pikiran, apakah Pak Xanana masih bisa menanda-tangani Perjanjian Yosua?"

Jawaban saya secara singkat kira-kira begini: 

Tokoh selevel Pak Xanana, tidak akan gampang berubah pikiran. Sekali mmbuat keputusan, pasti akan mempertahankan keputusan itu untuk selamanya. Tetapi sekiranya suatu saat Pak Xanana berubah pikiran, dan mau menanda-tangani Dokumen Perjanjian Yosua" yang ditolak pada 12 Mei 2018, maka berdasarkan simbol dari pesan Kakek Misterius, saya tetap akan mengatakan dua hal berikut ini;  

Pertama; "Karena Kakek Misterius melarang keras Pak Xanana untuk kembali menduduki Kursi Perdana Menteri, maka jika suatu saat Pak Xanana ingin kembali menduduki Kursi Perdana Menteri, sebaiknya "halo tuir tiha uluk". Jika tidak, maka resikonya, ada kemungkinan besar Pak Xanana akan lengser di tengah jalan."

Kedua; "Kadoras alias pipeline belum bisa mengalirkan isi Gretaer Sunrise ke Timor Leste, selama Pak Xanana masih hidup. Entah benar atau tidak, kita lihat aja nanti. 
.

Terima-kasih. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Artikel ini bisa diakses di laman face book saya. klik saja di link ini: