Dialog antar
kita kali ini sudah memasuki seri ke-5. Seri 1 sampai seri 4, dapat Anda akses di laman face book saya. Klik saja link laman face book saya yang ada di bagian akhir catatan ini.
Pada seri
ke-5 ini saya ingin menjawab pertanyaan salah satu sahabat;
“Adakah batas waktu
untuk menemukan Manusia Perjanjian?”
Batas
waktunya hanya sampai “8 November 2019”. Setelah 8 November 2019 berakhir, maka
kesempatan untuk menemukan Manusia Perjanjian (Jose Marcos Goncalves) di bawah
kepemimpinan rektor baru, dianggap gugur. Dan jika sampai kesempatan emas itu gugur,
maka itu pertanda sangat buruk. Buruk, karena ada konsekuensi logis yang
sangat-sangat serius yang harus ditanggung.
“Siapa yang
harus menanggung konsekuensi buruk tersebut?”
Ada dua
kemungkinan. Pertama; Mungkin yang akan menanggung konsekuensi buruk tersebut
adalah rektor baru, Bapak Adolmando Amaral. Karena kursi yang diduduki Bapak
Adolmando, adalah “Kursi Kematian”. Bukan “Tahta Daud”. Kursi Kematian baru
bisa berubah menjadi “Tahta Daud”, setelah menemukan “Manusia Perjanjian”.
Kemungkinan
kedua; Berhubung Allah menciptakan “Manusia Perjanjian” untuk disembelih sebagai
“akar dan sekaligus simbol bansga” (bukan sekedar akar dan simbol UNPAZ), maka
bisa saja yang harus menanggung kemungkinan terburuk itu, bukan lagi Rektor
UNPAZ, melainkan salah satu “tokoh nasional(is)” bangsa ini. Dan keberadaan tokoh
nasional(is) yang saya maksudkan di sini, sangat-sangat penting bagi
kepentingan stabilitas politik Timor Leste.
“Siapakah
tokoh nasional(is) tersebut?”
Secara “Gematris”,
“nama rektor baru” yang dikenal publik adalah: “Adolmando Amaral”. Sementara
nama tengah beliau yang dimulai dengan huruf “S”, jarang diekpouse”.
Jika kita
menggunakan tabel Gematria Yahudi (lihat tabel dalam foto terlampir), untuk
melakukan konversi nama Bapak “Adolmando Amaral” ke dalam Gematria Yahudi, akan
muncul bilangan triple “333”.
Bilangan
triple “333” ini, sejatinya merupakan simbol “Anak Domba Sabat”. Tapi dalam
konteks tulisan ini, angka triple 333 ini digunakan untuk mengungkap
ID(entitas) nama lengkap (nama baptis ditambah nama revolusioner) salah satu
tokoh nasional(is) Timor Leste.
Karena ada
dua tokoh yang sama-sama berada dalam resiko tinggi, maka kita serahkan saja segala
sesuatunya kepada PI (Penyelenggaraan Ilahi). Apakah konsekuensi terburuk itu
harus ditanggung Bapak “Adolmando Amaral”? Atau kemunculan Bapak Adolmando
Amaral dengan angka triple “333”, hanya sebagai sebuah pertanda, bahwa
sejatinya, Allah dan alam sedang memberikan pesan dan peringatan serius untuk
kita semua, bahwa ada satu tokoh sentral negeri ini yang perjalanan hidupnya sedang
berada di ujung waktu.
Para filsuf
bilang; “DI balik fenomena ada noumena. Di balik aksidensi, ada esensi”. Bisa
saja kemunculan Bapak Adolmando Amaral dengan bilangan triple 333, adalah
merupakan “fenomena” dan “aksidensi”. Sementara di balik fenomena dan aksidensi
tersebut, Allah dan alam sedang menyampaikan pesan esensial kepada rakyat Timor
Leste, bahwa tokoh nasional(is) negeri ini sedang berada di ujung waktu.
Apalagi
akhir-akhir ini, ada fenomena aneh. Terjadi kebakaran di mana-mana.
Sampai-sampai, bukan hanya “Matebean” yang terbakar, bukan hanya ratusan rumah
di sejumlah kabupaten, terutama Kabupaten Ermera yang terbakar ludes, tapi tempat
suci (Kapela) di Ramelau juga ikut terbakar. Sekedar kebetulankah? Bisa ya,
bisa juga tidak.
“Everything
happens for its reason”. Segala sesuatu terjadi karena ada alasannya
masing-masing.
Jangan-jangan
fenomena kebakaran ini, ada PI (Pesan Ilahi) di dalamnya. Karena itulah, saya mengutip
pesan Alkitab, Yeremia 17:27, yang bisa Anda baca di bagian akhir catatan ini,
pada hari Sabat ini.
SARAN
(1). Kepada
Rektor UNPAZ yang baru, dengan segala kerendahan hati, saya sampaikan pesan,
agar sebaiknya meminta Staf-Stafnya untuk mengumpulkan semua ijazah dosen dan
karyawan UNPAZ. Lalu teliti satu per satu. Siapakah di antara dosen dan atau
karyawan UNPAZ yang memiliki “gelar akademis” tertinggi, yang nilai gematrisnya
sama dan paralel dengan nama “Manusia Perjanjian” (Jose Marcos Goncalves),
yaitu “216”. Karena hanya orang dengan gelar akademis tertinggi yang bernilai Gematris
216, yang boleh bertemu Manusia Perjanjian. Di luar itu, sama sekali tidak
boleh bertemu Manusia Perjanjian. Mengingat keterbatasan waktu (time line-nya 8
November 2019), maka sebaiknya jangan ditunda. Tidak perlu menunggu hingga hari
pelantikan. Teliti saja dari sekarang. Bisa meminta bantuan Companheiro Leonito
Ribeiro dan Maun Buras Martins untuk membantu Bapak Rektor, melakukan tugas ini.
Keduanya memiliki “sesuatu” yang bisa diandalkan UNPAZ.
(2). Kepada
para politikus, yang kebetulan membaca catatan ini, dan merasa bahwa pemimpin
Andalah yang berhubungan erat dengan angka triple “333”, maka sebaiknya turut
membantu UNPAZ, dengan berbagai cara, agar kita bisa menemukan “Manusia
Perjanjian”. Karena keseluruhan eksistensi “Manusia Perjanjian”, sejatinya bukan
untuk kepentingan UNPAZ saja, tetapi untuk kepentingan bangsa ini secara
keseluruhan. Bangsa ini menjadi negara bukan karena kehebatan manusia Timor
Leste. Tetapi karena rancangan Allah. Untuk itu, jangan hanya jadi “penonton” saja
untuk menonton “Drama 494” yang telah melanda UNPAZ. Ingat baik-baik, akan ada “Drama
484”. Jangan sampai, justeru yang harus menanggung resiko terburuk itu, bukan Rektor
UNPAZ, tapi pemimpin yang menjadi “protektorat Anda”. Karena jika sampai
protektorat tunggal Anda tiba-tiba berlalu, maka partai Anda akan bubar dengan
sendirinya. Karena “roh” partai Anda, ada pada tokoh yang sedang saya maksudkan
dengan angka 333 ini.
ADOLMANDO
(200) + AMARAL(133) = 333.
ANAK(52) +
DOMBA(87) + SABAT(194) = 333.
Untuk itu,
mari kita sama-sama bekerja keras untuk menemukan “Manusia Perjanjian” (Jose
Marcos Goncalves), yang dikirim Allah ke dunia untuk disemebelih sebagai “Anak
Domba Sabat” guna meresturasi “Hukum Sabat”.
Karena Allah
tidak pernah dan tidak akan pernah memindahkan pengudusan “hari Sabat” menjadi “pengudusan
hari Minggu”, apalagi meniadakannya. Antara pengudusan hari Sabat dan
pengudusan hari Minggu, memiliki kedudukannya masing-masing. Yang satu tidak
bisa menggantikan yang lain.
Karena
itulah Kristus berkata; “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya (Matius; 5:17).
Negeri ini
memiliki kewajiban iman untuk harus menguduskan hari Sabat. Karena hasil
kemenangan referendum negeri ini, diumumkan pada hari Sabat, tanggal 4 September
1999, yang melambangkan Perintah Allah ke-4 tentang Hukum Sabat. Siapapun yang
mengabaikan pengudusan hari Sabat, saat meninggal, harus masuk melalui “Pintu
Gerbang Gorden Hitam”, sebagaimana diperlihatkan kepadaku oleh seorang Imam
bertampang (ras) kaukaosid, pada hari Sabat, 19 Februari 1994, di Bukit Sio(n) alias
Bukit Ratapan.
Karena
itulah kenapa, pada referendum 1999, saya berani taruhan dengan Staf
Internasional asal Kanada untuk “memotong jari kelingking”, dengan mengirim “Patung
Dewa Siwa” ke Kanada, guna memastikan bahwa, demi Hukum Sabat, PBB melalui
UNAMET, akan harus merubah apa yang telah disepakati PBB, Portugal dan Indonesia,
melalui: “New York Agreement”, tertanggal 5 Mei 1999, hari Selasa 7 September 1999, menjadi hari Sabat, 4 September 1999.
================================
“Tetapi
apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku untuk menguduskan hari
Sabat dan untuk tidak masuk
mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat,
maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan
terpadamkan." (Yeremia; 17:27).
===============================
Artikel ini dapat diakses di laman face book saya. Klik saja link berikut;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar