Pengantar Singkat
Artikel di bawah ini di-copy-paste dari akun facebook (Antoninho Benjamin Monteiro). Telah ditayangkan di facebook (Antoninho Benjamin Monteiro) pada 15 Agustus 2019, pada hari perayaan Bunda Suci Perawan Maria diangkat ke Surga. Selamat membaca..!! Semoga bermanaat.
=================================
Bunda Suci Perawan Maria Diangkat Ke Surga
=================================
Hari ini 15 Agustus 2019. Dalam Kalender Liturgis Gereja Katolik Roma, hari ini dirayakan sebagai “Hari Raya Perawan Maria diangkat ke Surga”.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke Surga, berdasarkan Tradisi Suci yang sudah diimani oleh Gereja sejak lama, namun baru ditetapkan menjadi Dogma melalui pengajaran Bapa Paus Pius XII tanggal 1 November 1950, yang berjudul "Munificentimtissimus Deus". Doktrin ini berhubungan dengan Dogma Immaculate Conception/ Maria dikandung tanpa noda, yang diajarkan oleh Bapa Paus Pius IX, 8 Desember 1854. Sumber kutipan: http://www.katolisitas.org/apa-dasarnya-gereja-katolik.../.
Melalui catatan pembuka di atas, kita melihat bahwa Dogma Bunda Perawan Maria diangkat ke Surga, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada 1 November 1950, yang berjudul; “Munificentimtissimus Deus”, berakar (merujuk) pada Dogma “Immaculate Conception" (Perawan Maria dikandung tanpa noda), yang ditetapkan oleh Paus Pius IX, 96 tahun sebelumnya, tepatnya; 8 Desember 1854.
Dogma “Immaculate Conception" (Perawan Maria dikandung tanpa noda) berakar pada pernyataan Bunda Perawan Maria sendiri ("Akulah Yang Dikandung Tanpa Noda"), saat menampakkan diri sebanyak 18X kepada gadis kecil bernama Bernardette Soubirous, di Lourdes Perancis, dari 11 Februari 1858 (penampakan pertama), sampai 16 Juli 1858 (penampakan ke 18)
Dogma Bunda Perawan Maria dikandung tidak bernoda
Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang bunyinya antara lain sebagai berikut:
===========================================
“Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: “Kami menyatakan, mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman.”
============================================
Sumber kutipan: http://www.katolisitas.org/maria-dikandung-tanpa-noda.../.
Komunitas di luar Gereja Katolik Roma tidak menerima “Dogma Bunda Perawan Maria dikandung tanpa noda”. Tapi pertanyaannya adalah; “Jika dogma itu keliru, kenapa Paus Pius IX yang menetapkan dogma tersebut, saat meninggal, bisa langsung masuk Surga, tanpa harus mampir ke Api Penyucian, sebagaimana disampaikan Suster M.G dari Api Penyucian?”
Dalam kesaksian yang disampaikan Suster M.G dari Api Penyucian, Paus Pius IX adalah satu-satunya paus yang disebutkan dalam buku itu, yang langsung masuk Surga. Sementara paus-paus yang lain kita tidak tahu, apakah langsung masuk Surga atau harus mampir dulu ke Api Penyucian, karena tidak dikisahkan dalam buku tersebut. Saya menemukan buku aneh itu dalam cara yang tidak lazim.
Cara yang tidak lazim inilah, yang membuat saya percaya kepada konten buku itu secara keseluruhan. Bahwa apa yang tertulis di sana, memang benar-benar bukan sebuah rekaan belaka.
Anda bisa mengikuti kisah aneh yang saya alami pada Minggu, 7 Mei 2005, untuk sampai kepada perjumpaan dengan buku berbahasa Inggris, yang berisi pesan Suster M.G dari Api Penyucian, berjudul: “AN UNPUBLISHID MANUSCRIPT ON PURGATORY”.
MIMPI ANEH 7 MEI 2005
Melalui akun lama (Rama Cristo), saya sudah pernah beberapa kali, menceritakan awal mula saya memperoleh buku tersebut, dimulai dengan “mimpi aneh”.
Saat itu saya masih kos di Jl. Proklamator no. 15 Sanglah Denpasar. Pada Minggu dini hari 7 Mei 2005, saya memperoleh mimpi aneh.
Dalam mimpi aneh itu, Bunda Maria dan St. Yoseph menampakkan diri dan minta saya untuk pergi mengikuti missa sore hari di Gereja St. Yoseph yang (Jl. Kepundung Denpasar Bali).
Dalam mimpi, dikatakan bahwa di Gereja, saya akan bertemu seseorang yang akan memberi saya sebuah buku, tapi orang yang akan memberikan buku itu, belum pernah satu kalipun bertemu saya sebelumnya.
Pada sore harinya saya pergi mengikuti kebaktian sore di Gereja St. Yoseph, yang terletak di Jl. Kepundung Denpasar. Saat tiba di sana, karena saya datang agak telat, saya dapat jatah duduk dekat pintu, di ruangan sebelah Selatan, yang sebenarnya ruang kantor yang biasa digunakan untuk pertemuan.
Ruang utama untuk penyelenggaraan kebaktian ada di sebelah utara. Tapi karena banyak umat, dan ruang utama tidak mampu menampung umat yang begitu banyak, maka ruang Selatan (kantor) difungsikan juga sebagai tempat kebaktian.
Sepanjang missa berlangsung yang dipimpin Romo Subhaga,SVD (dosen saya, saat saya masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Unud), saya sulit fokus.
Karena pikiranku terus-menerus terisi oleh pesan dalam mimpi. Sepanjang missa, saya terus bertanya dalam hati; “Siapa orang yang akan memberikan saya buku itu?”
Saat itu, di dekat pintu berdiri seorang wanita, tepat di belakangku. Dekat sekali denganku. Kebetulan kursi yg saya duduki adalah kursi deretan paling belakang. Saya berdiri dan menawarkan kursi kepada wanita itu. Tapi wanita itu menolak sambil bilang; "terima-kasih".
Saya kembali duduk dan mencoba untuk fokus ke missa. Tapi tetap saja saya sulit berkonsentrasi. Pikiranku terus tergganggu oleh isi pesan melalui mimpi semalam.
Setelah misaa berakhir, saya cepat-cepat melangkah keluar, tapi bingung sendiri, mau berdiri di pintu yang mana? Gereja St. Yoseph Kepundung memiliki dua pintu gerbang. Pintu yang utama berada di sebelah utara dengan ukuran sangat lebar. Sementara pintu gerbang selatan (yang sebenarnya tidak layak disebut pintu gerbang), ukurannya kecil, sangat sempit.
"Saat itu saya merasa kebingungan, mau berdiri di pintu yg mana? Apakah saya harus berdiri di pintu gerbang utara yangg sangat lebar? Atau saya harus berdiri di pintu selatan yang sangat sempit?"
"Kalau saya berdiri di pintu utara yang sangat lebar, bagaimana kalau orang yang akan memberi saya buku itu, keluar lewat pintu gerbang selatan yang sempit?"
"Tapi kalau saya berdiri di pintu selatan yang sempit di selatan, bagaimana kalau orang itu keluar lewat pintu utara yang sangat lebar? Saya sulit untuk memutuskan".
Di tengah-tengah kebingunganku, tiba-tiba saja di hati dan benakku, muncul sebuah nas dalm Injil, di man anas itu adalah; “kata-kata yang diucapkan Tuhan Yesus sendiri”.
=====================================
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius; 7:13)
======================================
Setelah nas itu terlintas dibenakku, maka dengan kebulatan tekat, saya memutuskan untuk berdiri di pintu gerbang selatan yang sangat sempit. Keputusan ini saya ambil bukan karena saya yakin orang itu akan keluar lewat pintu selatan yang sangat sempit itu. Melainkan keputusan ini saya buat hanya karena terinspirasi oleh nas (Matius; 7:13) yang merupakan “ucapan Putera Allah”.
Saya melangkah menuju pintu gerbang selatan yang sempit. Perasaan saya semakin tidak karuan. Saat itu saya memperhatikan umat yang keluar dari Gereja, berjalan dalam suasana berdesak-desakan.
Karena pintu gerbang utara sangat lebar maka umat terbanyak meninggalkan Gereja dengan memilih keluar lewat pintu utara. Sementara yang memilih keluar lewat pintu selatan yang sangat sempit, sangat sedikit jumlahnya.
Saya terus bersabar berdiri di sana menanti dengan pasrah apa yang akan terjadi. “Kalau memang mimpi semalam bukan sekedar bunga tidur, maka saya percaya Allah akan menggerakkan orang itu untuk menemui saya walau kami belum pernah saling mengenal sebelumnya. Gumamku dalam hati.
Di tengah kepasrahanku menunggu, saya melihat banyak orang telah meninggalkan Gereja, namun tidak ada satu pun yang mencoba menyapaku yang berdiri di pintu selatan dengan penuh harap-harap cemas-pasrah.
Saat itu, tiba-tiba saja seorang wanita keluar dari dalam gereja. Wanita itu terus melangkahkan kakinya mendekati pintu gerbang selatan yang sempit. Begitu mendekatiku, tiba-tiba wanita itu menyapaku;
"Selamat malam mas. Apa khabar? Lama sekali tidak pernah bertemu?"
Saya sedikit kaget dan bertanya dalam hati; "Lho, bukankah wanita ini yang tadi berdiri di belakangku? Yang saya tawari kursi, tapi menolak untuk duduk? Apakah dialah orangnya yang dimaksud dalam mimpiku semalam? Apa dia yang akan memberiku buku itu?"
"Mas lupa ya sama saya? Kita pernah bertemu tapi sudah lama sekali". Saya masih bengong, blank, dan tidak berbicara apa-apa sambil menatap wanita itu.
Wanita itu mengulurkan tangannya, kami bersalaman. Saya mencoba mengingat-ingat. “Pernahkah saya bertemu wanita ini sebelumnya? Tapi kok saya lupa? Di mana ya?”, saya terus bergumam dalam hati.
"Maaf mbak, saya agak lupa, mungkin karena sudah sangat lama. Tapi ngomong-ngomong, kita pernah bertemu di mana ya?"
Saya memanggilnya dengans ebutan: “mbak”, karena wanita itu memanggilku dengan sebutan "mas". Wanita itu tidak mengenakan seragam tertentu yg membantuku bisa mengidentifikasinya lebih baik.
Kemudian wanita itu mengajak saya duduk di bangku panjang, yang ada di bawah papan pengumuman, di beranda Gereja.
Saya bagaikan kerbau dicocok hidungnya, mengikuti kata-kata wanita itu. Setelah duduk, wanita dengan inisial YN itu mulai bercerita. Saat itulah baru saya tahu, kalau ternyata wanita itu adalah seorang “Suster” dari Konggregasi RVM (Religious of the Virgin Mary).
Berdasarkan cerita Suster YN hari itu, saya kemudian tahu kalau RVM berpusat di Manila Filipina. RVM mulai mendirikan cabangnya di Indonesia, tepatnya di wilayah Kupang Nusa Tenggara Timur, pada tahun 1977 (tahun di mana saya dibaptis di Gereja St. Yosef Atsabe Timor-Timur/saat itu, 1977, belum bernama Timor Leste).
Dan berawal dari situlah, saya mendapatkan sebuah buku berbahasa Inggris yang sampulnya sudah sangat lusuh, dengan judul; AN UNPUBLISHED MANUSCRIPT ON PURGATORY, diterbitkan oleh “ The Reparation Society of The Immaculate Heart of Mary, Inc, yang terletak di 100 East 20th Street BALTIMORE Maryland 21218”, Amerika Serikat.
Buku itu diperoleh Suster YN saat mengikuti Kaul Kekal di Manila Filipina tahun 2000. Suster YN memberikan buku itu untuk saya secara gratis.
Buku itu berisi kisah nyata, dialog (tanya-jawab) antara seorang Suster yang masih hidup dengan inisial M. de LC, dengan seorang Suster berinisial M.G, yang telah meninggal pada 22 Februari 1871, dalam usia 36 tahun, namun sayangnya, Suster M.G gagal untuk langsung masuk Surga dan harus mampir di Api Penyucian dan berada di Api Penyucian selama puluhan tahun.
Dan saat masih berada di Api Penyucian itulah, Suster MG berusaha keras melakukan kontak dengan Suster M. de LC. Suster M.G berusaha berkali-kali melakukan kontak dengan Suster M. de LC namun terus gagal terjadi kontak. Setelah lebih dari dua tahun meninggal, tepatnya pada November 1873, barulah Suster MG berhasil melakukan kontak dengan Suster M. de LC.
Akhirnya pada 15 Februari 1874, Suster M.G berhasil mendapat respon. Dan mulailah terjadi dialog antar keduanya. Saat itu Suster M. de L.C mendengar suara aneh dan kemudian dilanda ketakutan yang amat sangat lalu berteriak;
“Ooh..who are you, you frighten me. Whatever you do, don’t show your self. Tell me who are you?” (Ooh… siapa kamu, kamu membuat saya takut. Apapun yang kamu lakukan, jangan perlihatkan dirimu, Katakan, siapa kamu sebenarnya?)
Suster M.G dari Api Penyucian menjawab; “Do not be afraid, you will not see me in my sufferings. I am Sister M.G”. (Jangan takut, kamu tidak akan melihatku dalam penderitaanku). Aku Suster MG). Demikian dan seterusnya.
Rupanya Suster M.G tidak bisa masuk Surga dan harus berada di Api Penyucian selama puluhan tahun, hanya gara-gara Suster MG “tidak sungguh-sungguh” menjalani panggilannya sebagai Suster, sebagaimana pengakuannya di halaman 1; “I am the one who is suffering most at the present moment, since I was not true to my vocation” (saya salah satu yang paling menderita saat ini, hanya karena saya tidak sungguh-sungguh terhadap panggilan saya).
Ketika Suster M de LC menanyakan tentang seorang Pastor dengan inisial L, apakah sudah masuk Surga atau belum, Suster MG menjawab begini;
“Father L___is in Purgatory, because he was too fond of giving retreats and preaching in many places, instead of taking care of his parish” (Romo L saat ini masih berada di Purgatory. Ini gara-gara dia terlalu sibuk dengan retret dan kotbah di banyak tempat dari pada memperhatikan jema'atnya).
Dalam dialog lainnya, diketahui bahwa Paus Pius IX langsung masuk Surga ketika meninggal. Alasannya karena Paus Pius IX telah menjalaniPurgatory-nya di bumi (Pius IX went straight to Heaven. He had his Purgatory on earth). Pernyataan ini tertulis di halaman 27.
Di bagian dialog lainnya, ketika Suster M de LC menanyakan salah satu Suster berinisial E (apakah sudah masuk Surga atau belum?), Suster MG menjawab bahwa Suster E telah berada di Surga karena saat masih di dunia, Suster E adalah orang yang sangat saleh, namun kesalehannya tidak terlihat oleh orang lain (“Mother E is in Heaven because she was a hidden and very spiritual soul”).
Ketika Suster M de LC menanyakan tentang Santo Yosef, Suster MG menjawab; “Yes, we sometimes see St. Joseph, but not as often as we do the Blessed Virgin Mary” (Ya, kami kadang-kadang saja melihat St. Yoseph, tapi tidak sesering kami melihat Perawan Maria yang terberkati).
Bunda Suci Perawan Maria paling sering datang ke Api Penyucian, terutama pada hari-hari rayanya, dan setiap kedatangannya ke Api Penyucian, selalu dikawal Malaikat Mikael Arkanjel.
Malaikat Mikael Arkanjel adalah malaikat yang paling tinggi dan paling indah di antara semua malaikat Surga. Malaikat Pelindung setiap orang, juga mengunjungi Api Penyucian, namun Malaikat Pelindung kita tidak setinggi dan seindah penampilan Malaikat Mikael Arkanjel.
Mereka melihat Bunda Perawan Maria di dalam tubuh, datang mengjungi Api Penyucian, terutama pada hari-hari raya Bunda Perawan Maria, selalu dikawal Malaikat Mikael. Setiap kali datang ke Api Penyucian, Bunda Maria akan kembali ke Surga dengan membawa banyak sekali jiwa-jiwa yang telah selesai menjalani purifikasi (pemurnian). Dan selama Perawan Maria berada di Api Penyucian, jiwa-jiwa yang sedang berada dalam api, tidak merasakan panasnya api. Tetapi setelah Bunda Perawan Maria kembali ke Surga, mereka kembali merasakan panasnya api.
Jika Malaikat Mikael datang sendirian ke Api Penyucian, tanpa Perawan Maria, jiwa-jiwa tetap merasakan panasnya api. Walau demikian, Malaikat Mikael adalah Malaikat yang paling sering mengunjgi Api Penyucian untuk membawa jiwa-jiwa yang telah menjalani purifikasi, menuju Surga.
Di halaman 19 tertulis begini;
“We see St. Michael as we see the angels. He has no body. He comes to get the souls that have finished their purification. It is he who conduct them to Heaven. He is among the Seraphim as Monsignor said. He is the highest angel in Heaven. Our own Guardian Angels come to see us, but St. Michael is far more beautiful than they are. As to the Blessed Virgin, we see her in the body. She comes to Purgatory on her feasts and she goes back to Heaven with many souls. While she is with us, we do not suffer. St. Michael accompanies her. While he comes alone, we suffer as usual”.
Terjemahan;
(“Kami melihat St. Michael ketika kami melihat para malaikat. Dia tidak memiliki tubuh. Dia datang untuk mengantarkan jiwa-jiwa yang telah menyelesaikan pemurnian mereka. Dialah yang membawa mereka ke Surga. Dia berada di antara Seraphim seperti yang dikatakan Monsinyur. Dia adalah malaikat tertinggi di Surga. Malaikat Pelindung kita sendiri datang untuk menemui kita, tetapi St. Michael terlihat jauh lebih indah dari malaikat yang lain. Mengenai Perawan yang Terberkati, kami melihatnya di dalam tubuh. Dia datang ke Api Penyucian pada hari-hari raya dan dia kembali ke Surga dengan banyak jiwa. Saat dia bersama kami di Api Penyucian, kami tidak menderita (tidak merasakan panasnya api). St. Michael selalu menemaninya untuk mengunjungi Api Penyucian. Ketika St. Michael datang sendirian ke Api Penyucian tanpa Perawan Maria, kami menderita seperti biasa”).
========================================
Pernyataan Suster MG, bahwa mereka yang di Api Penyucian melihat Bunda Suci Perawan Maria di dalam badan, ini seakan mengafirmasi Dogma “Munificentimtissimus Deus” (Bunda Suci Perawan Maria diangkat ke Surga), yang ditetapkan Paus Pius XII pada 1 November 1950, yang dirayakan pada tiap 15 Agustus (termasuk hari ini, 15 Agustus 2019).
Bayangkan saja, betapa besarnya rahmat yang dimiliki Bunda Suci Perawan Maria. Saat dia mengunjungi Api Penyucian, dan selama dia berada di sana, jiwa-jiwa yang sedang berada dalam api, tidak merasakan panasnya api. Tapi begitu dia meninggalkan Api Penyucian dan kembali ke Surga, jiwa-jiwa di Api Penyucian kembali merasakan penderitaan (merasakan panasnya api).
KRISTUS HARUS MENJADI EPISENTRUM IMAN KITA JIA KITA TIDAK INGIN MENGHUNI API PENYUCIAN PULUHAN TAHUN BAHKAN RATUSAN TAHUN
Hari itu, Minggu, 7 Mei 2005, saya dan Suster YN adalah dua orang terakhir yang meninggalkan Gereja St. Yoseph Kepundung dengan janji akan bertemu kembali di hari Minggu berikutnya, 14 Mei 2005, untuk mengikuti missa sore hari.
Dan saat itu, wanita berinisial YN, yang ternyata adalah seorang Suster dari Kongregasi RVM (Religious of the Virgin Mary) berjanji akan memberi saya sebuah buku yang dibawanya dari Manila Filipina, saat mengikuti kaul kekalnya di sana tahun 2000.
Malam itu saya meninggalkan Gereja St. Yoseph dengan perasaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Dalam perjalanan pulang ke kos, tokoh-tokoh suci yang muncul dalam mimpiku semalam, seakan-akan terus mengukuti perjalanan saya dari Gereja St. Yosef Kepundung sampai ke kosku di Jl. Turat no. 15 Sanglah Denpasar.
Perasaanku malam itu bercampur aduk persis gado-gado. Ada rasa takut kepada Tuhan, tapi juga ada rasa senang, bahagia, sekaligus takjub dengan kejadian itu.
“The dream comes true”. Mimpi yang benar-benar menjadi kenyataan, hanya kurang dari 24 jam.
Di bagian lain buku itu (tepatnya halaman 4), tertulis bahwa orang-orang di bumi yang benar-benar mengasihi Tuhan, sangat-sangat sedikit. Padahal Tuhan menginginkan totalitas dari manusia untuk mengasihiNya melebihi apapun di bumi. Tapi orang-orang yang memenuhi syarat itu sangat-sangat sedikit. Banyak orang mengira, mereka mengasihi Tuhan untuk kepentingan Tuhan, tapi sejatinya mereka mengasihi Tuhan demi kepentingan mereka sendiri.
“God seeks devoted souls who will love Him for His own sake. These are very few. Many thinks they love God, but they love Him for their own shake” (halaman 4).
Suster M.G mengatakan: “Kami tidak melihat Tuhan di Api Penyucian”. Itu baru akan terjadi nanti, di Surga” (We do not see God in Purgatory. That would make it Heaven” (halaman 5). Tentunya yang dimaksud dengan: "Tuhan tidak datang ke Api Penyucian adalah Kristus sendiri".
Di halaman 39 muncul dialog yang amat penting, sebagai-berikut;
"Have you a more perfect knowledge of God than we have?"
"What a question. Of course we know Him far better and love Him far more. Indeed, it is just that which causes our greatest suffering. On earth you simply do not know what God is. There, each one of you has an idea of what you think God is, according to your very limited knowledge, but when we leave our covering of clay and when nothing impedes the liberty of our souls, we at last begin to know God, His goodness, His mercy, His love. After this clearer view and the thirst for union, our souls yearn for God. This isi our very life and we are forever repulsed because we are not sufficiently pure. This, in a word is our worst suffering, the hardest, the most bitter. Oh, if only we were allowed to come back to earth, after knowing what God really is, what are different life we would lead! But what useless regrets, and yet on earth you do not think of these things and live as if you were blind. Eternity is of no account to you. The earth, which is only a journey and receives only the body which in itself turns to dust, is the sole object to which almost all of your desires tend and you do not even think of Heaven while Jesus and His love are entirely forgotten".
================================
Terjemahan bebas;
================================
“Apakah kalian mengenal Tuhan jauh lebih baik dari pada kami yang masih ada di bumi?”
=======================================
Pertanyaan yang amat sangat penting. Tentu saja kami mengenal Dia jauh lebih baik dan lebih mencintai-Nya dari pada kalian yang masih berada di bumi. Memang, hanya itu yang menyebabkan penderitaan terbesar bagi kami saat telah mengenal Tuhan yang sesungguhnya. Di bumi kita sama sekali tidak tahu siapa itu Tuhan yang sebenarnya. Di bumi kita masing-masing memiliki pikirkan tentang Tuhan, menurut pengetahuan kita yang sangat terbatas, tetapi ketika jiwa kita meninggalkan tubuh fana kita, dan ketika tidak ada lagi hal lain yang menghalangi kebebasan jiwa kita, maka kita pada akhirnya akan mulai mengenal Tuhan yang sesungguhnya, kebaikan-Nya, belas kasihan-Nya, kasih-Nya. Pengetahuan yang lebih jelas tentang Tuhan dan kehausan akan persatuan kita dengan Tuhan, akan membuat jiwa kita sangat merindukan Tuhan. Kondisi ini akan memenuhi diri kita dan saat itu kita akan merasa sangat jijik pada diri kita sendiri karena jiwa kita tidak cukup murni untuk menghadap Tuhan. Ini, dalam satu kata: adalah penderitaan kita yang terburuk, yang paling sulit, yang paling pahit. Seandainya saja saat ini kami diizinkan untuk kembali ke bumi, setelah mengetahui bagaimana sebenarnya Tuhan itu, maka betapa kami ingin sekali menjalani sebuah kehidupan yang sangat berbeda dari kehidupan kami sebelumnya! Tetapi betapa sia-sia saja penyesalan ini. Di bumi kita tidak memikirkan hal-hal ini dan hidup kita seolah-olah buta. Saat kita berada di bumi, keabadian bukanlah sesuatu yang terlalu penting bagi kita untuk dipikirkan. Bumi, yang hanya merupakan perjalanan dan ziarah sementara, yang hanya menerima tubuh fana kita yang pada akhirnya akan berubah menjadi debu, adalah satu-satunya objek yang memenuhi hampir semua keinginan setiap orang dan kita bahkan sama sekali tidak memikirkan Surga, sementara Yesus dan cinta-Nya, sepenuhnya terlupakan".
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
KITAB SUCI BARU YANG DIKIRIM LANGSUNG DARI API PENYUCIAN
Saya percaya pada kata-kata orang bijak, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. “Everything happens for its reason”. Setiap peristiwa memiliki alasannya masing-masing".
Buku itu membicarakan isu utama mengenai Api Penyucian yang tidak lain dan tidak bukan; melambangkan KASIH dan KEADILAN ALLAH.
Setelah membaca buku itu dari awal hingga akhir, poin paling penting yang saya peroleh adalah bahwa; “Ternyata hanya ada satu cara untuk tidak terlalu lama menderita di Api Penyucian, bahkan tidak harus mampir ke Api Penyucian saat meninggal”. Dan cara itu adalah; mencintai dan mengasihi Tuhan Yesus melebihi apapun dalam hidup ini.
Jangan pernah menganggap pesan Suster MG, karena mengira Api Penyucian itu tidak ada. Karena sendiri Kristus telah menyinggung Api Penyucian dalam Kitab Suci, dengan caraNya yang berbeda. Coba baca Injil Matius: 12: 31-32, berikut ini;
============================
(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
(32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.
============================
Perhatikan baik-baik teks (kata-kata Kristus): “Tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, di dunia yang akan datangpun tidak”.
Nah: “dunia yang akan datang”, tentunya merujuk kepada Api Penyucian. Itu artinya siapa saja menentang Roh Kudus, jangankan untuk masuk Surga, untuk masuk Api Penyucian saja sudah tidak bisa, melainkan akan langsung masuk ke neraka. Maka Hati-hatilah menentang Roh Kudus. Karena jika itu terjadi, itu adalah dosa abadi yang tak terampuni.
Saya bersyukur kepada Roh Kudus, karena atas segala PenyelenggaraanNya yang sulit terjangkau oleh kemampaun akal manusia yang terbatas, saya bisa mendapatkan buku itu, yang walau sampulnya sudah sangat lusuh (dicetak September 1968), namun isinya bagaikan sebuah “Kitab Suci baru” yang dikirim langsung Suster M.G, langsung dari Api Penyucian.
Saya merasa berkewajiban mengucapkan terima-kasih tak terhingga kepada Suster YN atas kebaikannya memberikan buku itu untuk saya.
Banyak jalan menuju Roma. Tapi hanya ada satu pintu sempit menuju Surga. Pintu sempit itu adalah Tuhan Yesus. Salam erat persaudaraan dalam Nama Tuhan Yesus Yang Maha Kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar