SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Senin, 30 November 2020

APAKAH ALLAH LEBIH MEMIHAK JOE BIDEN dan MEMUSUHI DONALD TRUMP? (Kemenangan Mr. X Dalam Pilpres 2022 Bukan Dikarenakan Allah Memperlihatkan Sifat KeberfihakanNya)

 

"Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari Sorga" (Yohanes 3:27).

Catatan ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan dari beberapa sahabat berkaitan dengan saran ke-3 (saran numerologis) yang saya tulisikan dalam artikel berjudul: "Selama Joe Biden Menduduki Gedung Putih - Amerika Akan Dipenuhi Drama". 
 
Artikel tersebut diterbitkan pada tanggal 22 November 2020, bertepatan dengan genap 57 tahun drama penembakan Presiden John F. Kennedy (22 November 1963).
 
"Apakah Allah Lebih Memihak Biden dan Memusuhi Trump?" 
 
Dalam Roma 13:1, tertulis pernyataan berikut: "sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah".
 
Jika kita jadikan Roma 13:1 sebagai referensi, maka kita berkesimpulan (percaya) bahwa pemerintahan yang akan dibentuk oleh presiden terpilih Joe Biden, ditetapkan oleh Allah. Maka itu artinya, kemenangan Joe Biden atas Trump dalam pemilihan presiden Amerika, 2020, ditetapkan Allah. Dan Biden hanyalah instrumen yang merupakan perpanjangan tangan Allah di bumi. Apalagi menjadi presiden Amerika, tentunya, akan sangat mempengaruhi dinamika, konstelasi dan konfigurasi politik, termasuk turbulensi politik banyak negara di planet ini. 
 
Dari uraian di atas, memancing munculnya pertanyaan: "Apakah dalam pemilihan presiden USA 2020, Allah lebih mimihak Joe Biden dari pada Donald Trump?"
 
Jika pertnyaan di atas ditujukan ke saya, saya akan menjawab, "Allah tidak memiliki sifat memihak, layaknya manusia". Allah senantiasa bersikap "imparsial" ketika ciptaanNya (manusia) berseteru, termasuk ketika ciptaanNya bertarung memperebutkan kekuasaan. Baik Biden (Katolik), maupun Trump (Presbyterian), sama-sama ciptaan Allah. Keduanya menyembah Allah yang sama (YESUS KRISTUS). Dengan demikian, apa dasar teologisnya, ketika ada manusia berkata: "Allah harus memihak Biden dan memusuhi Trump?" 
 
Maka pertanyaan lanjutannya adalah, "Bagaimana menjelaskan kemenangan Biden atas Trump, tanpa harus mencari pembenaran dengan cara membangun persepsi yang keliru tentang sifat Allah, apalagi mencoba merubah kodrat Allah yang tidak (suka) memihak?" 
 
Kita semua memiliki kesempatan yang sama, untuk menjelaskan isu ini berdasarkan pengetahuan kita masing-masing-masing. Dan satu-satunya jawaban yang saya miliki untuk menjawab pertanyaan terakhir ini adalah, saya merekomendasikan Anda untuk membaca artikel saya berjudul: "Quest For True, Search For Knowledge" (Pertanyaan Tentang Kebenaran, Pencarian Mengenai Pengetahuan), yang saya terbitkan di timeline saya, 4 hari lalu.
 

Bilangan Tidak Pernah Membohongi Manusia 
 
Bapa Ilmu Bilangan, Pythagoras, sebagaimana dikutip oleh para ahli bilangan, berkata; "Dilahirkan pada saat tertentu, dengan memperoleh nama tertentu, bukanlah suatu peristiwa kebetulan. Pada saat seseorang (termasuk Anda yang sedang membaca catatan ini) lahir ke dunia, alam semesta mengalami getaran khusus, yang disebut "vibrasi kosmis" (getaran kosmis). Vibrasi kosmis ini akan terus mempengaruhi jalan hidup seseorang, dari semenjak lahir hingga mati". 
 
Yang artinya bahwa takdir dan nasib seseorang telah ditetapkan Allah semenjak lahir. Bukan ditetapkan Allah setelah yang bersangkutan dewasa. Proposisi ini dapat menjadi konsep(si) dasar (referensi), untuk membangun "hipothesa", bahkan "thesis" mengenai kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020. Bahwasannya, kemenangan Biden atas Trump di pilpres USA 2020, bukan baru ditetapkan Allah di tahun 2020. Tetapi telah ditetapkan Allah semenjak keduanya (Biden dan Trump) lahir ke dunia. 
 
Selama menduduki Gedung Putih, dalam sejumlah kesempatan, Presiden Trump, memperlihatkan sisi relijiusitasnya dengan mengajak sejumlah tokoh pimpinan agama untuk berdoa sambil memegang Alkitab. Bahkan dalam pemilihan presiden Amerika 2020, Trump membentuk tim spiritual khusus yang bertujuan memohon intervensi Allah bagi kemenangan Trump. Sampai-sampai, di detik-detik terakhir kekalahannya, pimpinan tim spiritual Donald Trump, mencoba membesarkan hati Trump, dengan mengeluarkan pernyataan (menghibur) bahwa Allah sedang mengirim ribuan Malaikat yang datang dari Afrika. Jujur, bagi saya, pernyataan pimpinan tim spiritual Trump ini sangat menggelikan. "Mengapa Allah harus mengirim ribuan malaikat dari Afrika? Kenapa ribuan malaikat itu bukan datang langsung dari Surga?" Dan ujung-ujungnya, Trump mengalami kekalahan. Dan ini harus terjadi bukan karena Allah memihak Joe Biden, melainkan karena: "Bilangan tidak pernah membohongi manusia".
 
Kesimpulan 
 
Allah tidak memiliki sifat pemihak, layaknya manusia. Kemenangan Biden atas Trump, bukan memperlihatkan keberfihakan Allah. Melainkan memperlihatkan konsistensi Allah atas hukum-hukumNya. Salah satunya adalah "hukumNya tentang bilangan". Kemenangan Biden atas Trump di pilpres 2020 telah ditetapkan Allah semenjak keduanya lahir ke dunia. Bukan baru ditetapkan menjelang pilpres USA 2020. Sama halnya saya ingin mengatakan, kemenangan Mr. X di pilpres 2022, bukan karena kehebatan tim sukses, bukan pula karena Allah memihak capres CNRT dan memusuhi capres Fretilin, apalagi Allah memihak bualan para broker politik, melainkan karena Allah konsisten dengan hukum-hukukmNya, salah satunya adalah hukumNya mengenai Bilangan.
 
Saran
 
1. Saya ingatkan (sarankan) politikus yang ingin maju dalam Pemilihan Presiden Timor Leste 2022 untuk tidak terjebak menghabiskan ratusan ribu bahkan jutaan dolar untuk "para calo dan broker" yang memanfaatkan pemilu untuk mengasi rezeki. Biasanya, menjelang pemilu, apalagi pilpres, para calo akan mendekati para capres dengan "rayuan pulau kelapanya", dengan mengatakan bahwa mereka memiliki massa yang bisa diandalkan untuk memenangkan pilpres. Padahal itu tidak lebih dari bualan besar. Apakah Anda akan memenangkan pilpres 2022 atau tidak, itu sudah ditetapkan Allah semenjak Anda lahir ke dunia. Bukan dipengaruhi, apalagi ditetapkan oleh para calo politik. Sejauh Allah tidak mencabut keputusanNya, tidak akan ada manusia yang bisa merubah jalan hidup Anda. Apa yang telah ditetapkan Allah, tidak mungkin tertukar. Apalagi firman Tuhan berkata; "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari Sorga" (Yohanes 3:27).
 
2. Coba luangkan waktu Anda, untuk merenungkan penggalan (kutipan) berikut yang saya copot dari artikel saya berjudul: "Quest for truth, search for knowledge". 
 
"I learned that numbers are occult symbols. Occultism is the study of the hidden side of nature; it observes nature as a whole, rather than examining it in parts as science does. As William Eisen, a scientist by profession and author of The English Qabalah, said in one of his workshops: “Science has a lot of questions to which they are searching for answers, while the occult has all the answers and is waiting for the questions. When the day comes that the two meet, there will be greater strides in science than have ever been made before.”To me it proves that there is no way we can separate God from science. The bottom line is that they are one and the same."
 
Terjemahan bebas; 
 
"Saya belajar bahwa angka adalah simbol okultisme. Okultisme adalah studi tentang sisi tersembunyi dari alam; ia mengamati alam secara keseluruhan, bukan memeriksanya sebagian sebagaimana yang dilakukan sains. Seperti yang dikatakan William Eisen (seorang ilmuwan berprofesi dan penulis The English Cabalah), dalam salah satu workshopnya: “Sains memiliki banyak sekali pertanyaan yang membutuhkan jawaban, sementara okultisme memiliki semua jawaban dan menunggu pertanyaannya. Ketika tiba saatnya keduanya bertemu, akan ada kemajuan yang lebih besar dalam sains daripada yang pernah dibuat sebelumnya. Bagi saya, itu membuktikan bahwa tidak mungkin kita dapat memisahkan Tuhan dari sains. Intinya adalah bahwa mereka (Tuhan dan sains) adalah satu dan sama". 
 
I had a thirst for knowledge and a quest for truth. The study of numbers put me on the road to illumination. A whole world opened up to me and life took on new meaning. If this book proves to be as exciting and enlightening to anyone else who is sincerely seeking answers, then my work has been even more worthwhile.“I prayed for wisdom and God gave me numbers. 
 
Terjemahan bebas; 
 
Saya haus akan pengetahuan dan pencarian kebenaran. Studi tentang angka menempatkan saya di jalan menuju pencerahan. Seluruh dunia terbuka untukku dengan demikian saya merasakan bahwa hidup ini memiliki arti baru. Jika buku ini terbukti menarik dan mencerahkan bagi siapa pun yang dengan tulus mencari jawaban, maka pekerjaan saya menjadi lebih berharga. Saya berdoa untuk mendapatkan hikmat, kearifan dan kebijaksanaan dan Tuhan mengabulkan doa saya dengan memberi saya angka.

Tidak ada komentar: