Di kala Anak Domba bersimpuh di kaki Pangeran Langit, dunia berkotbah, itu pertanda banyak jiwa sedang berdesakan di pintu neraka.
Di kala Anak Domba membisiki telinga Bidadari Bumi, dunia bersabda, itu pertanda bumi sedang mengandung Satria Piningit.
Di kala Anak Domba bermimpi menggenggam Matahari, dunia mengigau, itu pertanda terang besar akan segera turun ke bumi.
Di kala Anak Domba bermimpi merangkul bulan di langit ke tujuh, dunia berdebat, itu pertanda si bisu akan diundang ke Istana Abu.
Di kala Anak Domba bercita-cita ingin menjadi Pangeran Matahari, dunia menggugat, si gembel sedang menyalahi kodratnya.
Di kala Anak Domba berkhayal menikahi Ratu Bulan, dunia menuduh, si buruk rupa telah mencuri Cermin Matahari yang gaib.
=================================
Tetapi mengapa ketika gempa mengguncang akar bumi
Tsunami menerjang kaki langit
Abu suci melingkari negeri sejuta pura
Lumpur melumuri perut Ibu Pertiwi yang sedang mengandung
Cincin telah melingkari jari langit
Darah perawan sedang menggenangi Danau Tassi Tolu
Dunia masih berlantai berhala dan beratap sumpah palsu?
=======================================
Wahai segala mahluk ciptaan TUHAN di seluruh negeri
Yang sedang berbaring nyenyak di lorong-lorong bumi
Bermimpi lelap di kolong-kolong langit
Bangunlah dan dengarkanlah dongeng Anak Domba dari Negeri Matahari
Burung memiliki sarang,
Serigala memiliki lubang
Anak Domba sedang berbaring dalam kandang,
Menanti turunnya pedang
Untuk mendirikan palang
Bagi si miskin yang malang,
Yang sedang tertimpa talang
Di hadapan sang penguasa jalang
Yang bertampang garang.
===================================
Karya: Rama Cristo.
Gereja Santo Yosef Kepundung Denpasar Bali.
Rabu, 12 Januari 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar