Dalam dunia demokrasi, kemenangan bukan ditentukan oleh kebenaran, tapi ditentukan oleh kepentingan (mayoritas). Bukan hanya itu, demokrasi juga bisa merubah orang menjadi hipokrit.
Contoh:
Data demografi memperlihatkan bahwa di atas 95% rakyat Timor
Leste beragama Katplik Roma. Tapi kenapa, voting di Parlamen Nasional (PN)
untuk menentukan apakah Presiden Lu-Olo boleh mengunjungi Paus atau tidak,
malah mengalami kekalahan? Apakah Anggota PN yang mengikuti voting, lebih
banyak yang bukan Katolik Roma?
Selain itu, demokrasi itu buta dan kejam. Bayangkan, orang yang bergelar Professor Doktor, bahkan berstatus Akademisi, malah kalah dengan lawan yang hanya tamatan SD, dalam pemilihan presiden.
Kalahnya telak lagi. Jika seorang Professor kalah sama tamatan SD, kenapa bisa terjadi? Jawabannya ada 3:1. Sumber masalah ada pada Professor itu sendiri. Sudah bergelar
Professor Doktor, tetapi kenapa mau diadu sama lawan yang hanya tamatan SD?
2. Sumber masalah ada pada konstituen itu sendiri. Konstituen
yang smart, jika dihadapkan pada dua pilihan, antara memilih Professor atau
memilih tamatan SD, tentu akan memilih Professor. Hanya pemilih yang tidak
smart yang akan memilih seorang tamatan SD. Sebodoh-bodohnya seorang Professor
Doktor, tapi kemampuan mengelola sebuah negara, tentu yang berpendidikan level
Professor Doktor, masih akan lebih baik dari tamatan SD yang paling pintar
sekali pun.
3. Sumber masalah yang ketiga, kemungkinan ada pada "human
error", yaitu terjadi kesalahan penghitungan suara, yang entah disengaja
atau tidak.
Dengan demikian, jika di sebuah negara, penyelenggaraan
pemilihan presiden, seorang tamatan SD sampai mengalahkan seorang yang bergelar
Professor Doktor, apalagi Professor Doktor yang sedang terlibat aktif dalam
kegiatan akademik, maka dunia sudah bisa menarik satu kesimpulan, pemilih
dengan karakter (tingkat peradaban) seperti apakah yang terlibat di dalam
pemilihan tersebut.
Catatan Penutup
Mereka yang kerap kali bersuara lantang bahwa "virtus" (nilai-niliai keutamaan) yang diperoleh dari pendidikan itu sangat amat penting, jangan sampai beromentar bahwa belum tentu yang bergelar Professor Doktor bisa memimpin. Yang berkomentar seperti itu, akan langsung saya block, karena komentar seperti itu, bukan hanya datang dari orang-orang yang tidak menghargai nilai-nilai pendidikan, tetapi mereka yang berkomentar seperti itu adalah kaum hipokrit". Terima-kasih.
https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/?viewas=100000686899395
Tidak ada komentar:
Posting Komentar