SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Kamis, 07 Januari 2021

RDTL PELAN TAPI PASTI SEDANG BERGERAK MENUJU LUBANG HITAM (Catatan Di Luar Nalar)

 


Pengantar Singkat

Tanggal 7 Januari 2020, sekitar pukul 6 sore Waktu Timor Leste, saya dijemput Companheiro Clemente Soares (mantan Atase Perdagangan Timor Leste untuk Indonesia). Hari itu, Komisaun Jurídika Renetil (KJR), ada agenda pertemuan kesekian kalinya, untuk menentukan, kapan  akan menghadap Pak Xanana, guna membahas nasib “Veteranus Renetil” (VR).

Sekadar info, KJR muncul dikarenakan, Pengurus Renetil, dari jaman ke jaman, membiarkan munculnya apa yang saya sebut: “Injustisa Sosial” di dalam tubuh Renetil sendiri.  Masalahnya, sudah bertahun-tahun, ada ribuan VR, yang nasibnya terkatung-katung.

Ada sebagian kecil VR yang telah menikmati status sebagai VR, khususnya mereka yang memenuhi syarat Dedikasaun Ekskluzivu, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (Lei) nomor 3/2006, 12 April. Sementara ada ribuan VR lainnya, yang nasibnya tidak jelas. Mereka terkatung-katung. Saban hari, mereka hidup dalam kondisi “gegana” (gelisah - galau dan merana). Padahal mereka telah mendedikasikan seluruh hidup mereka untuk memperjuangkan Kemerdekaan Timor Leste.  Tapi setelah kemerdekaan tercapai,  mereka malah “termarjinalisasi” menjadi “kaum marjinal”??? Ini sama sekali tidak adil.  

Dari realitas inilah, saya melihat bahwa di dalam tubuh Renetil sendiri, telah tercipta “Injustisa Sosial” (ketidak-adilan sosial). Ketidak-adilan sosial tercipta, karena ada Anggota Renetil yang sudah lama menikmati status sebagai VR, sementara ribuan lainnya tidak. Padahal sama-sama pejuang bangsa? Ini benar-benar tidak adil.

Ketika isu mengenai ribuan Anggota Renetil yang hidup dalam kondisi “gegana”, disampaikan kepada “Pengurus Renetil”, mereka sering berdalih. Perjuangan kita bukan untuk menuntut pengakuan dari negara. Bahkan ada yang mencoba mengutip kalimat terkenal: 

“Jangan bertanya, apa yang negara berikan kepadamu. Tetapi bertanyalah, apa yang telah engkau berikan kepada negara”. Parahnya lagi, yang mengutip ayat terkenal itu, adalah orang “Kuba” (Kurang Baca). Beliau berkata, sang pemilik ayat adalah “John Fitzgerald Kennedy”, Presiden Amerika Serikat ke-35, yang beragama Katolik, yang tertembak pada 22 November 1963 di Dallas Amerika Serikat. Padahal, tokoh yang memiliki hak paten atas ayat terkenal itu adalah tokoh yang berasal dari jaman Romawi Kuno, seorang orator ulung, ahli hukum, yang meninggal pada 7 Desember 43 Sebelum Masehi. Itu artinya, saat Rezim Orde Baru (saya tidak mengatakan Rakyat Indonesia), melakukan invasi militer besar-besaran, pada 7 Desember 1975,  dengan mengangkut Pasukan Linud 501 dari Lapangan Terbang Iswahyudi Madiun Jawa Timur, untuk diterjunkan di Dili, Ibu Kota Portugis, tokoh Romawai Kuno tersebut telah meninggal 2018 tahun lamanya.

Sekadar berpendapat. Menurut saya, jika para Pengurus Renetil berkata, kita berjuang untuk negara, dan tidak perlu menuntut negara harus mengakui perjuangan kita, maka supaya adil (tidak ada “injustisa sosial” di dalam tubuh Renetil), harus diberlakukan aturan yang sama dalam tubuh Renetil. Tidak boleh ada Anggota Renetil yang menikmati status VR dengan DE-nya. Dan Undang-Undang no 3/April 2006, yang mengatur tentang hak-hak para Veteran, harus dihapus (dibatalkan). Dengan demikian, kita semua, para Veteran, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, tidur sama rata. Jangan sampai saat kita tidur, tidak sama rata karena ada yang perutnya buncit.

Setelah saya amati diam-diam, ternyata mereka yang mencoba menggunakan gaya bahasa “eufemisme”, dengan mengatakan: “kita berjuang untuk negara, bukan untuk menuntut pengakuan”, atau “jangan bertanya, apa yang negara berikan kepadamu, tetapi bertanyalah, apa yang telah engkau berikan kepada negara”, mereka rupanya telah hidup mapan sebagai pejabat negara. Mereka tidak hidup dalam kondisi “gegana”. Maka doktrin yang mereka tawarkan adalah “doktrin konvensional”. Doktrin orthodox. Coba saja mereka hidup dalam kondisi “gegana”, pasti gaya bahasa mereka, akan berbeda.


MENGHITUNG KATA MATAHARI

Hari itu, 7 Januari 2020, bertepatan dengan hari ulang tahun Santa Maria Bernardette ke-176 (7 Januari 1844-7 Januari 2020), dari Kampus Unpaz, saya dan Companheiro Clemente meluncur ke Farol, ke tempat tinggal Companheiro Davidson Letobere. Saat tiba di sana, sudah ada beberapa teman. Semuanya “Membru Juradu Renetil”.

Begitu masuk, saya melihat di atas meja ada kartu remi. Tapi jumlahnya sedikit. Setelah saya hitung, ada 9 lembar. Saya tidak tahu, kenapa hanya 9 lembar?

Karena jumlahnya 9, saya teringat dua hal, dan dua hal ini berhubungan erat dengan REVOLUSI KUNING yang akan terjadi di masa depan. REVOLSU KUNING harus terjadi, karena para pemimpin Timor Leste, melakukan apa yang saya sebut: PERAMPOKAN TAKHTA DAUD.

Lalu saya keluarkan map kuning dari tas saya. Kemudian saya keluarkan patung kecil dari kantong baju saya. Patung kecil tersebut adalah Patung Bunda Penolong Abadi. Dalam Bahasa Portugis disebut: “Nossa Senhora Auxiliadora”. Patung kecil ini, selalu saya simpan di kantong baju kemana pun saya pergi. Saya pernah membawa patung kecil itu sampai ke New Delhi India, pada Desember 2019, saat menghadiri undangan dari ICMR (Indian Council of Medical Research).


Patung kecil itu dibawa oleh seorang sahabat (cewek), dari Paris Perancis. Saya menerima patung kecil itu dari tangan Companheiro SBY, di IP Wandan Kuning, pada 22 Oktober 2018. Wandan Kuning yang saya maksudkan di sini, adalah Isterinya Prabu Brawijaya V, di mana Prabu Brawijaya adalah anak dari Raja Hayam Wuruk, Raja ke-4 Kerajaan Majapahit yang sangat kesohor, sebagaimana (catatan) sejarah bercerita kepada kita.

Saya sengaja menyebutkan nama-nama para Bangsawan Majapahit, karena REVOLUSI KUNING harus terjadi di masa depan, berkaitan erat dengan nama-nama Bangsawan Majapahit yang saya sebutkan di atas. Itu artinya, keterlibatan Indonesia atas sejarah Timor Leste yang berdarah-darah (lebih dari 200 ribu jiwa rakyat sipil melayang, lebih dari 9 ribu Falintil gugur, lebih dari 35 ribu Prajurit TNI gugur), bukan karena berlakunya teori koinsidensi.

Kembali ke jalur cerita….7 Januari 2020.

Saya meletakkan map kuning di atas meja. Lalu di atas map kuning, saya letakkan patung Bunda Penolong Abadi. Lalu ke-9 kartu remi, saya meletakkannya di hadapan Bunda Penolong Abadi, dalam formasi: 333. Artinya, ada 3 tumpukan. Masing-masing tumpukan, ada 3 kartu. Ke-9 kartu yang diletakkan dalam formasi 333, dengan posisi tertutup. Lihat foto terlampir.  


Ada beberapa teman yang mulai bertanya; “Untuk apa itu?” Saya jawab sekenanya. Saya bilang; “Nanti di akhir pertemuan, saya minta salah satu rekan, harus membuka salah satu kartu dari 9 kartu yang ada di hadapan kita, karena berhubungan erat dengan nasib Renetil di masa depan”.

Mereka mengaku, tidak berani membuka. Katanya takut, kalau-kalau ada apa-apa jika salah membuka kartu. Tapi puji TUHAN YESUS, untungnya, Companheiro Marcos da Cruz (mantan Wakil Menteri Pertanian), menyatakan bersedia membuka kartu tersebut.

Kami pun mulai berdiskusi. Lagi seru-serunya berdiskusi, tiba-tiba Kakek Misterius (KM) muncul. Saya tahu bahwa hanya saya yang melihat kehadiran KM. Sementara teman-temanku pasti tidak bisa melihat KM.


KM memberikan instruksi. Saya diminta merubah formasi  9 kartu tersebut, dari formasi 333, menjadi  171 (Bilangan 171 ini adalah “Simbol Catur Mobilisasi”). Sekedar info (flash back). Pada 3 Februari 1994, saat saya sedang menjalani (praktek) sebagai dokter muda di Bagian Anestesi, Rumah Sakit Sanglah Denpasar Bali, ALLAH mengutus dua MalaikatNya memanggilku ke Bukit Sio(n) alias Bukit Ratapan yang terletak di Kaki Gunung Ramelau, Timor-Timur, juga karena Catur Mobilisasi yang saat itu ditolak fihak Militer. Jadi jangan anggap remeh Catur Mobilisasi.

Adrenalinku mulai mendidih. Dengan tangan gemetaran (karena KM lagi berdiri tepat di belakangku), saya merubah formasi 333 menjadi 171.

Sebelum menghilang, KM berpesan:

“Nanti, dalam diskusi, teman-temanmu akan mengucapkan kata MATAHARI. Karena mereka mengira, Xanana adalah satu-satunya PANGERAN MATAHARI yang menjadi penyebab utama atas sejarah Timor Leste. Dan kamu harus menghitung, berapa kali mereka mengucapkan kata MATAHARI.  Di bagian akhir diskuis nanti, saat temanmu membuka satu kartu nanti, jika warnanya “merah”, itu artinya: Xanana adalah PANGERAN MATAHARI, dan tujuan kalian untuk bertemu Xanana, akan berhasil. Tapi jika kartu yang dibuka, warnanya “hitam”, maka Xanana bukan “PANGERAN MATAHARI”. Dan katakan kepada teman-temanmu, bahwa jika kartu yang kalian buka, warnanya hitam, itu bukan sekedar menjelaskan bahwa Xanana bukan PANGERAN MATAHARI, tetapi juga kartu hitam tersebut memastikan bahwa “Kalian tidak akan bisa bertemu Xanana untuk membahas nasib Renetil”. Dan katakan kepada teman-temanmu, jika kartu yang dibuka, warnanya hitam, maka HP-mu akan berdering. Dan katakan kepada teman-temanmu, bahwa yang menelfon kamu adalah PANGERAN MATAHARI” yang asli. Bukan PANGERAN MATAHARI paslu. Apalagi Xanana.

Setelah memberikan pesan tersebut, KM menghilang.

Jujur, setelah KM menghilang, adrenalinku mendidih. Saya sangat-sangat kepo. Kepo tingkat dewa. Saya penasaran sekali, kartu apa yang akan dibuka nantinya. Dan bagaimana caranya, HP saya bisa berdering karena panggilan dari dunia lain???

Di saat diskusi berlangsung, tiba-tiba saja, Companheiro João Cardoso “Mau-Riba” (salah satu dari 10 Pendiri Renetil), menyebutkan kata MATAHARI. Saya mulai menghitung: satu. Tidak berselang lama, kembali Companheiro Mau-Riba menyebutkan kata MATAHARI untuk yang kedua kalinya. Saya kembali menghitung: dua. Demikian dan seterusnya, saya menghitung Companheiro Mau-Riba menyebut kata MATAHARI sebanyak 5X.

Setelah itu, tiba-tiba Companheiro José Ave Maria Ximenes Gonçalves (Siak), menyebutkan kata MATAHARI. Saya menghitung: enam. Tak lama berselang, kembali Companheiro Siak menyebutkan kata MATAHARI untuk yang kedua-kalinya. Saya menghitung: tujuh. Lalu gantian, Companheiro Mau-Riba kembali menyebutkan kata MATAHARI. Saya menghitung: delapan.  Tak lama berselang, Companheiro Clemente Soares menyebutkan kata MATAHARI (terbit). Saya menghitung:  sembilan. Lalu, gantian, Companheiro Inacio Leite juga menyebutkan kata MATAHARI (terbit). Saya kembali menghitung: sepuluh. Sampai diskusi berakhir, tidak ada lagi yang menyebut kata MATAHARI. Dengan demikian, jumlah seluruhnya, ada 10X kata MATAHARI disebutkan.

1.     1. Companheiro Mau-Riba 6X.

2.     2. Companheiro Siak 2X

3.     3. Companheiro Clemente Soares 1X

4.     4. Companheiro Inacio Leite 1X

Dari 10X kata MATAHARI yang disebutkan, 8X penyebutan kata MATAHARI tanpa embel-embel. Tapi 2X penyebutkan, ada embel-embel: MATAHARI TERBIT (yang disebutkan Companheiro Clemente Soares dan Companheiro Inacio Leite). Munculnya frase MATAHARI TERBIT, mengingatkan surat saya untuk Pak Xanana, tertanggal 18 Februari 2018. Saya dan Companheiro Clemente menyerahkan surat tersebut di tangan Assesor Prinsipal CNRT, di kantornya, Fomento Dili, pada 18 Februari 2018. Tapi sampai detik ini, saya tidak tahu pasti, bagaimana nasib surat tersebut. Apakah Assesor Prinsipal CNRT (Companheiro Jacinto Rigoberto), menyampaikan surat tersebut kepada Pak Xanana atau tidak?  Hanya ALLAH yang maha mengetahui.

Kembali ke kejadian 7 Januari 2020


KEMUNCULAN KARTU KONDI PAUS

Setelah diskusi berakhir, kami bersiap-siap untuk membuka kartu. Saya meminta Companheiro Marcos untuk berdo’a lebih dulu, sebelum membuka satu kartu. Semuanya diam. Hening.  Companheiro Marcos  terlihat mulai berdo’a sambil memejamkan mata. Saya juga ikutan berdoa. Saya mengucapkan “doa rahasia” yang diajarkan TUHAN YESUS saat bersama Bunda Suci Perawan Maria, menampakkan DiriNya dalam mimpi, 10 Maret 2017. Dalam penampakan melalui mimpi tersebut, TUHAN YESUS mengjarakan “do’a rahasia” yang harus diucapkan, jika ingin membuka kartu remi untuk menanyakan hal-hal yang bersifat fundamental. Sekali lagi, do’a itu hanya diucapkan untuk membuka kartu remi guna menanyakan hal-hal yang sangat fundamental. Jadi tidak sembarang digunakan. Apalagi menanyakan nomor SDSB? Jika terjadi “mis use” (salah menggunakan do’a rahasia tersebut), maka haram hukumnya. Dan neraka adalah jaminannya.

Saya pernah mengucapkan do’a rahasia tersebut pada 12 Mei 2018, di Rumah Prof. Lucas da Costa, untuk mengetahui, apakah ALLAH mengijinkan Prof. Lucas boleh menanda-tangani PERJANJIAN YOSUA atau tidak? Malam itu, Prof. Lucas menangis tersedu-sedu. Boleh tanyakan kisah ini kepada Companheiro SBY yang ikut menyaksikan kejadian aneh malam itu, 12 Mei 2018, hari EA (Eleisaun Antesipada).

Saya kembali mengucapkan do’a rahasia tersebut, saat meminta salah satu Menteri yang saat ini tergabung dalam GOI (Gabinete Oitavu Inkonstitusional), untuk membuka kartu pada 28 Mei 2020, sehari sebelum Menteri tersebut dilantik oleh Presiden Timor Leste, sebagaimana dapat Anda baca di bagian akhir artikel ini.

Karena pertanyaan pada 7 Januari 2020, amat fundamental (“Apakah Pak Xanana itu PANGERAN MATAHARI atau bukan?”), maka saya wajib mengucapkan do’a rahasia tersebut sebelum membuka kartu. Setelah selesai berdo’a, secara perlahan, tangan Companheiro Marcos bergerak kesana kemari, untuk menentukan, kartu mana yang akan dibuka?   

Setelah yakin, akhirnya Companheiro Marcos memutuskan  untuk membuka satu kartu di bagian tengah (tumpukan 7 kartu). Ternyata, kartu yang terpilih adalah KONDI PAUS dan warnanya “hitam”. Artinya apa?

Artinya, selain Pak Xanana bukan PANGERAN MATAHARI yang asli (yang artinya kauza prima dari sejarah Timor Leste yang berdarah-darah, bukan karena Pak Xanana, melainkan karena PANGERAN MATAHARI), juga hasrat kami, Komissaun Jurdika Renetil, yang begitu menggebu-gebu untuk menemui Pak Xanana, guna membahas nasib VR, akan “Gatol” (Gagal Total). Dan faktanya, sampai artikel ini saya tulis hari ini, 7 Januari 2021 (sudah satu tahun), Komisaun Juridika Renetil tidak pernah berhasil menemui Pak Xanana.  Pernah mendatangi Pak Xanana, tapi sayang sekali, Pak Xanana, begitu melihat kehadiran Komissaun Renetil, wajah beliau terlihat asem, kecut, lalu “ngeloyor” pergi begitu saja, tanpa mengucapkan satu aksara pun. Apes nian… Padahal pada masa-masa perjuangan fisik, Renetil memperlakukan Pak Xanana pada level pengkultusan. 

Kembali ke jalur cerita, 7 Januari 2020.

Sesuai pesan Kakek Misterius, bahwa jika kartu yang dibuka bukan warna “merah”, itu artinya, Pak Xanana bukan PANGERAN MATAHARI, maka Hp saya akan berdering. Saat itu kami semua menunggu deringan HP saya. Saya meminta teman-teman untuk diam sebentar. Suasana kembali hening. Kami semua menunggu Hp saya berdering. Dan hanya berselang sekian detik, HP saya benar-benar berdering karena ditelfon dari “dunia lain”. Teman-teman bertanya, nomor teldon??? Saya diam seribu bahasa….Masalahnya..nomor tidak ada nomor muncul. Satu digit pun tidak. Namanya saja, "panggilan dari dunia lain".


KONDI PAUS KEMBALI MENAMPAKKAN DIRINYA PADA 28 MEI 2020 SAAT SEORANG MENTERI MEMINTA NASEHAT

Pada tanggal 28 Mei 2020, sekitar pukul 11 siang, Waktu Timor Leste, salah satu tokoh yang akan dilantik menjadi Menteri, menelfon saya. Tapi karena lagi mandi, saya tidak mengangkat telfon beliau. Lalu beliau mengirim SMS. Isi SMS, beliau meminta saya memberikan nasehat, karena pada keesokan harinya, 29 Mei 2020, beliau akan dilantik Presiden Timor Leste untuk mengemban misi sebagai Menteri dalam Kabinet yang saya namakan GOI (Gabinete Oitavu Inkonstitusional), pimpinan Perdana Menteri Taur Matan Ruak.

Karena “ditodong” tiba-tiba untuk harus memberikan nasehat, saya merasa tidak siap, sekaligus merasa tidak pantas untuk memberikan nasehat kepada orang yang saya tuakan, karena beliau jauh lebih senior dari saya. Melalui SMS, saya cuma meminta maaf karena tidak bisa mengangkat telfon beliau, berhubung lagi mandi, juga meminta maaf karena saya tidak memiliki ide konstruktif untuk disampaikan kepada beliau, sebagai nasehat.

Saat itu, saya cuma bilang begini;

 “Terima saja ‘Sua Ekselensia’. Anggaplah ini rezeki Tuan. Ini sudah takdirnya Tuan. Bersyukurlah kepada ALLAH, karena Tuan diberi kesempatan emas. Jika nanti malam, saya mendapatkan ilham dari yang Di Atas, akan saya hubungi”.    

Nah, pada malam harinya, menjelang jam 10, Kakek Misterius tiba-tiba muncul dan memberi pesan untuk disampaikan kepada Sang Menteri yang akan dilantik pada 29 Mei 2020. Setelah Kakek Misterius menghilang, saya langsung kirim pesan via inbox. Saya sampaikan semua pesan sesuai permintaan Kakek Misterius.

Tadinya saya mengira, Sang Menteri tidak akan mentaatinya. Karena pesannya aneh. Eeh tidak tahunya, beliau menuruti semua yang saya sampaikan. Padahal saya tidak mengatakan bahwa, pesan itu berasal dari Kakek Misterius.

Malam itu, beliau meminta anaknya pergi beli kartu remi satu pack. Malam-malam lagi. Untung ada kios yang masih buka. Lalu beliau membawa kartu remi tersebut masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan membentangkan 52 kartu remi di lantai, hanya menyingkirkan dua jocker. Semua kartu (52) dibentangkan di lantai dalam posisi tertutup. Lihat foto terlampir (foto yang tertulis aksara: 28 Mei 2020).  

Lalu beliau menyalakan “8 lilin”. Kenapa harus “8 lilin?” Karena perintah Kakek Misterius seperti itu. Sebelum dibuka, beliau wajib berdo’a. Saya juga berdo’a dari jauh. Saya mengucapkan “do’a rahasia” yang diajarkan TUHAN YESUS saat menampakkan DiriNya pada 10 Maret 2017, bersama Bunda Suci Perawan Maria.

Ternyata apa yang terjadi? Begitu satu kartu dari 52 kartu yang dibentangkan di lantai, dibuka, kembali muncul kartu KONDI PAUS. Setelah itu, beliau mengirim foto yang memperlihatkan hasil pekerjaannya. Jujur, saya kaget sekali, waktu melihat, kartu yang dibuka adalah (lagi-lagi) KONDI PAUS. Lihat foto terlampir.

Pertanyaannya kini adalah; “Mengapa kartu yang dibuka pada 7 Januari 2020 dan kartu yang dibuka pada 28 Mei 2020, hasilnya sama? Sama-sama KONDI PAUS? Padahal dibuka pada waktu dan tempat yang berbeda, dengan tujuan yang juga berbeda? Tapi kok hasilnya sama???”

Hanya ALLAH yang maha mengetahui segala rahasia. Inilah yang disebut: “ALLAH yang mampu menulis lurus dalam garis bengkok”.

KESIMPULAN

Kemunculan KONDI PAUS pada waktu dan tempat yang berbeda, membawa pesan dari “dunia lain”, mengenai hal-hal di bawah ini:

1. Bahwa PANGERAN MATAHARI itu benar-benar ada, tapi bukan Pak Xanana, meskipun dalam sejumlah kesempatan, khususnya pada forum yang levelnya membuat Pak Xanana merasa nyaman, beliau akan mengklaim bahwa di Timor Leste hanya ada satu matahari. Dan matahari itu adalah Pak Xanana. Pak Xanana mengajukan klaim sebagai satu-satunya matahari di Timor Leste, karena beliau memiliki perspektifnya sendiri bahwa kemerdekaan Timor Leste tercapai karena beliau adalah kausa primanya. Tampaknya Pak Xanana ingin membangun hegemoninya atas terlepasnya Timor-Timur dari bingkai NKRI (Negara Keatuan Republik Indonesia).

2. Kemuculan KONDI PAUS yang begitu aneh, adalah atas Penyelengaraan Ilahi (intervensi ALLAH), untuk mengingatkan kita semua bahwa, RDTL (Republica Democratica Timor Leste), pelan tapi pasti, sedang bergerak menuju Lubang Hitam. Ketegaran tengkuk dan kecongkakan hati kita, akan mendatangkan angka 670.

SARAN

Rakyat Timor Leste perlu berdo’a lebih kencang lagi. Bila perlu melakoni 3B (Bedo’a, Bertobat dan Bertirakat). Saran ini terlalu normatif. Sejatinya, saya ingin menyampaikan saran yang bersifat teknis, khususnya dalam hal menyelesaikan masalah VR. Tapi secara etika, saya merasa tidak pantas menyampaikan saran teknis ini. Saya hanya berharap, para pejabat TL memiliki akal budi, dan terutama memiliki "sense of crise".

Semoga catatan ini bermanfaat. TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amen.   
   

Tidak ada komentar: