Pada tanggal 5 Desember 2020, secara resmi, Rektor Unpaz (Universidade da Paz), Dr. Adolmando Soares Amaral,Lic. Eco.,M.M., mengeluarkan "depacho" (Surat Keputusan), dengan nomor referensi: 112/REITOR/UNPAZ/XII/2020, yang isinya, menugaskan saya (Antoninho Benjamin Monteiro, dalam kapasitas saya sebagai Direktur Ceepaz/Centro Estudo Estratégico da Paz), untuk menulis buku Biografi Prof. Dr. Lucas da Costa,SE.,MSi (mantan Rektor Unpaz, yang meninggal pada 5 Sepember 2019, di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili, setelah 2X menjalani Operasi Laparatomi).
Isi "despacho" tersebut, bisa Anda baca pada foto terlampir.
Akhirnya, setelah mempertimbangkan sejumlah aspek, saya menerima keputusan ini, karena kegiatan "Writing" and "Publishing" termasuk bagian integral dari "Annual Action Plan Ceepaz". Berkaitan dengan isu di atas, maka saya telah menyusun rencana unuk melakukan wawancara khusus dengan beberapa narasumber yang pernah bersama, dan atau mengenal Prof. Lucas semasa hidupnya. Di antara narasumber termaksud, ada sejumlah nama penting yang menurut saya layak diwawancarai, antara lain;
1. Yang Mulia, Uskup Mgr. Dom Carlos Felipe Ximenes Belo,SDB, Pemenang Nobel Perdamaian 1996. Tokoh ini pernah satu sekolah dengan Prof. Lucas, di jaman penjajahan Portugis. Saya pertama kali mendengar kalau Prof. Lucas pernah satu sekolah dengan Mgr. Belo, adalah pada 28 Februari 1998, di Perumahan Babatan Pilang Surabaya Jawa Timur. Prof. Lucas yang bercerita secara langsung.
2. Uskup Mgr. Dom Basilio do Nascimento,Pr. Tokoh ini juga pernah satu sekolah dengan Prof. Lucas, pada jaman Portugis. Sebelumnya, banyak orang Atsabe, termasuk saya, tidak tahu kalau Mgr. Basilio pernah satu sekolah dengan Prof. Lucas. Tapi pada saat meresmikan Gereja St. Yosef Atsabe, barulah banyak orang Astabe tahu, setelah melalui homilinya, Mgr. Basilio bercerita bahwa Mgr. Basilio pernah satu sekolah dengan Prof. Lucas.
3. Maun Bot José Alexandre Kayrala Xanana Gusmão, Pemimpin teringgi perlawanan Timor Leste, yang juga Presiden Timor Leste ke-3 dan juga mantan Perdana Menteri Timor Leste. Tokoh ini, mengenal baik Prof. Lucas da Costa, teruama karena keduanya sama-sama aktif sebagai pejuang kemerdekaan Timor Leste.
4. Prof. Em. José Manuel Ramos Horta, Pemenang Nobel Perdamaian 1996, Presiden Timor Leste ke-4, yang juga mantan Perdana Menteri Timor Leste. Tokoh ini sangat akrab dengan Prof. Lucas, dari semenjak keduanya masih sama-sama berstatus sebagai "pemuda tanggung" di Kecamatan Atsabe (karena ayah kandung beliau, Manuel Horta, pada jaman Portugis, pernah menjabat sebagai Administrador Sub Distrito Atsabe). Keduanya berteman baik dari jaman Portugis, juga selama masa-masa perjuangan fisik, sampai Timor Leste berpisah dengan Indonesia (saya tidak mengatakan; Timor Leste merdeka dari Indonesia), hingga berdirinya Undil (Universidade Dili), sampai berdirinya Unpaz. Bahkan ketika terjadi konflik Undil 2003, Prof. Em. Ramos Horta, ikut terlibat secara aktif untuk menyelesaikan konflik saa itu. Saya masih ingat betul, pada tanggal 5 Agustus 2011, saat meresmikan Aula Nobel da Paz di Kampus Unpaz, dalam sambutannya, Prof. Em. Ramos Horta mengakui bahwa beliau tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki Prof. Lucas, yang mampu merubah lahan perkebunan yang penuh dengan tanaman ubi kayu dan pohon kelapa, menjadi sebuah kampus dengan gedung yang megah. Dalam kesempaan itu juga, Prof. Em. Ramos Horta, mengakui mengenal Prof. Lucas luar dalam, semenjak masih sama-sama berstatus sebagai pemuda tanggung, bahkan semenjak keduanya sama-sama belum tahu cara mengenakan "underwear".
5. Dr. Marí Alkatiri, Mantan Perdana Menteri Timor Leste, yang saat ini menjabat sebagai Sekjen Fretilin. Fretilin adalah partai yang memiliki suara mayoritas di Parlamen Nasional Timor Leste saat ini dan ikut memegang kekuasaan di pemerinahan, bersama PLP (partai pimpinan Perdana Menteri Taur Matan Ruak) dan KHUNTO. Dr. Mari Alkatiri, bersama Prof. Lucas, sama-sama tercatat sebagai Membros CCF (Comité Central Fretilin), juga sama-sama tercatat sebagai Pendiri Falintil (Angkatan Bersenjata Timor Lese) yang ikut memperjuangkan Kemerdekaan Timor Leste. Saat menghadiri Konggres Renetil ke-7, tahun 2017, melalui sambutannya, Dr. Mari Alkatiri menyatakan status Prof. Lucas sebagai Membro CCF.
6. Senhor Filomeno Paixão, salah satu pimpinan Falintil, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Timor Leste. Senhor Filomeno Paixão bersama Prof. Lucas, sama-sama tercatat sebagai Membros Falintil, sama-sama ditangkap TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada tahun 1978. Saat itu, Prof. Lucas yang memimpin satu regu Falintil, melakukan serangan terhadap pos TNI, kemudian tertembak peluru pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), pasukan elit Indonesia (baret merah) yang kini berganti nama menjadi Kopasus (Komando Pasukan Khusus). Setelah tertangkap, keduanya sama-sama ditahan TNI dalam status sebagai "Tahanan Politik" di Dili Timor-Timur.
7. Companheiro Aniceto Longuinhos Guterres Lopes (mantan Ketua Departamen Analisa Politik Renetil), yang saat ini menjabat sebagai Presiden Parlamen Timor Leste. Saya memilih "the rising star" ini sebagai salah satu narasumber, karena beliau mengenal baik Prof. Lucas. Pada saat ikut menghadiri acara peresmian Monumen Prof. Lucas di Kampus Unpaz, pada 12 September 2020, melalui sambutannya, beliau mengakui bahwa Prof. Lucas adalah "Guru Politik beliau".
8. Para Pendiri Renetil (8 orang) yang saat ini masih hidup, akan ikut diwawancarai. Sebagaimana diketahui, Renetil yang didirikan di Denpasar Bali, pada 20 Juni 1988, pendirinya berjumlah 10 orang. Dua di antaranya yang paling senior, yaitu Prof. Lucas dan Maun Bot Fernando La Sama de Araujo (yang pernah menjabat sebagai Presiden Parlamen Timor Leste, juga sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Timor Leste Kabinet V), telah meninggal.
9. Companheiro Mariano Assanami Sabino (mantan Ketua Impettu Malang, juga mantan Ketua Umum DPP Impettu), yang saat ini menjabat sebagai Presiden Partai Demokrat, yang juga tercatat sebagai Anggota Parlamen Nasional dari Parai Demokrat saat ini, ikut terpilih sebagai salah satu narasumber, mengingat Companheiro Assanami, selain mengenal baik Prof. Lucas, juga berdirinya Partai Demokrat, tidak terlepas dari peran sentral Prof Lucas da Costa, sebagai salah satu pendiri.
10. Companheiro Deometrio Carvalho, Membru Jurado Renetil, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Negara Bidang Lingkungan Hidup, termasuk salah satu narasumber yang akan diwawancarai. Saya memasukkan nama Companheiro Deometrio, selain karena Companheiro Deometrio mengenal baik Prof. Lucas (mengingat keduanya sama-sama "orang Reneil"), juga karena berdirinya Haburas, sebuah NGO yang berkecimpung dalam Bidang Lingkungan Hidup, tidak terlepas dari peran sentral Prof. Lucas sebagai salah satu pendiri Haburas.
11. Companheiro Virgilio "Lamukan" Guterres, Presiden AJTL (Asosiasi Jurnalis Timor Leste) saat ini. Saya sengaja memasukkan nama tokoh pers ini sebagai salah satu narasumber, karena beliau mengenal baik Prof. Lucas sebagai tokoh senior Pendiri Renetil. Alasan lainnya, karena saya menghendaki, ada "Wakil Pers Timor Leste", ikut masuk sebagai narasumber dalam Biografi Prof. Lucas. Ada satu peristiwa di masa lalu yang tidak akan bisa saya lupakan. Pada tanggal 20 Desember 1997, saya menelfon dari Kantor Telkom Dili ke Surabaya (SLJJ), untuk mengingatkan Prof. Lucas yang saat itu tercatat sebagai salah satu Mahasiswa Doktoral (S3) di Unair (Universitas Airlangga), Fakultas Ekonomi. Tapi sayangnya, saat saya menelfon, Prof. Lucas sedang ke kampus. Yang menerima telfon saya adalah keponakan Prof. Lucas, Aida Gonçalves. Saya menitipkan pesan kepada Aida, unuk mengingatkan Prof. Lucas agar jangan dulu meninggalkan rumah, setidaknya untuk beberapa hari ke depan. Tapi saat Prof. Lucas kembali dari kampus, Aida lupa menyampaikan pesanku. Berselang 3 hari kemudian, tepatnya pada Selasa, 23 Desember 1997, Prof. Lucas ditangkap aparat keamanan Indonesia dalam perjalanan ke kampus. Saya pertama kali mendengar Prof. Lucas ditangkap, saat sedang berada di Gleno Ermera, menghadiri resepsi pernikahan Sdr. Toto, adiknya Bupati Ermera, Constantino Soares. Yang memberitahu saya kalau Prof. Lucas ditangkap adalah Ibu Eufrasia. Penangkapan Prof. Lucas, berkaitan dengan "bom" di Semarang. Rupanya Prof. Lucas dicurigai ikut terlibat. Tapi karena tidak terbukti, Prof. Lucas dilepas kembali pada 14 Januari 1998, walaupun mobilnya tidak ikut pulang. Setelah kembali ke rumah, barulah Aida menyampaikan pesanku. Mendengar cerita Aida, Prof. Lucas menjadi "kepo". Bagaimana ceritanya, saya yang saat itu sedang berlibur di Dili, bisa tahu kalau Prof. Lucas akan ditangkap. Akhirnya Prof. Lucas menelfon adiknya, Tiu Raimundo Gonçalves, untuk menemui saya, sambil membawa uang Rp 200.000. Saya diminta Prof. Lucas harus ke Surabaya dulu, baru kemudian dari Surabaya kembali ke Bali. Maka pada 25 Februari 1998, saya meninggalkan Dili menumpang kapal Pangrango (berukuran kecil, lebih kecild dari Dobon Solo), menuju Surabaya. Pada 27 Februari 1998 (tengah malam), Pangrango tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Karena sempat kesasar lebih dulu, menjelang jam 2 dini hari, saya baru tiba di rumah Prof. Lucas, yang terletak di Perumahan Babatan Pilang, Wuyung Surabaya. Yang bukakan pintu, puteri sulung Prof. Lucas, Manoca. Saa itu Prof. Lucas sudah tidur. Beliau dibangunkan. Kami berdua "ngobrol" sampai pagi hari. Sekitar jam 6 pagi, tiba-tiba Companheiro Virgilio "Lamukan" Guterres keluar dari kamar. Rupanya malam itu, Companheiro Lamukan menginap di rumah Prof. Lucas. Begitu mantan penghuni hotel prodeo LP Cipinang Jakarta bergabung, Prof. Lucas mohon pamit untuk tidur lagi. Saya meneruskan obrolan bersama Companheiro Lamukan.
Bersambung;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar