“Dalam nama suci PuteraMu TUHAN YESUS KRISTUS, hamba haturkan puji dan syukur
ke hadiratMu BAPA Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas berkat dan
rahmatMulah hamba masih memiliki waktu dan kesempatan untuk menulis pesan ini.
Semoga bermanfaat.”
Agama bisa menciptakan "allah" tapi tidak mampu menciptakan ALLAH
Kita masuk sorga bukan karena agama, tapi karena kasih TUHAN semata. Sementara untuk mereka yang masuk neraka, itu bukan karena kehendak TUHAN, tapi karena kehendak bebas manusia itu sendiri.
Sebab, pada hakekatnya, TUHAN Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menghendaki semua orang selamat. Tapi karena penggunaan kehendak bebas yang tidak bertanggung-jawab, maka pada akhirnya, ada di antara kita (bisa saja termasuk saya yang menulis rtikel ini) harus menghuni api neraka.
ALLAH dengan kasihNya yang tak terbatas dan tak terselami nalar manusia, memiliki kebebasan absolut untuk bertindak sesuai kehendakNya, mengambil prakarsa, untuk menyelamatkan siapa saja yang berkenan kepadaNya, tanpa pandang bulu, pilih kasih, pilih muka, apalagi pilih agama, karena agama bukanlah faktor determinan (jaminan) bagi seseorang untuk masuk sorga.
Agama bisa saja menciptakan dan membentuk “allah”, tapi agama sama sekali tidak mampu menciptakan “ALLAH”. Jika Anda menganut agama yang bisa menciptakan “allah”, maka hati-hatilah. Karena banyak sekali “allah” di bumi ini yang lahir gara-gara diciptakan oleh agama itu sendiri.
Tapi TUHAN yang "asli", itu hanya ada "satu" dan "esa". Yang "satu" dan "esa" itu sama sekali tidak mampu diciptakan oleh agama manapun.
Maka kenalilah wajah TUHAN-mu yang "satu" dan "esa" itu, agar Anda selamat. Apalah artinya kita beragama, kalau pada akhirnya kita tidak selamat. Padahal tujuan utama orang menganut agama itu bukan untuk menjadi orang kaya raya, tapi agar bisa selamat.
“Karena itulah KRISTUS, satu-satunya "Sang Juru Selamat" berkata; “Apalah gunanya seorang memiliki seluruh dunia, tapi ia kehilangan nyawanya” (Markus; 8:36).
APAKAH NABI MUHAMMAD ADALAH JALAN MENUJU KESELAMATAN KEKAL?
Tiba di titik ini muncul pertanyaan krusial; “Apakah Agama Islam itu adalah agama yang akan membawa penganutnya menuju keselamatan kekal?”
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita merujuk kepada “jaminan” yang diberikan oleh “nabi” yang membawa agama tersebut. Apakah “Nabi Muhammad” memberikan jaminan bahwa seluruh Umat Muslim yang mentaati semua pesan Nabi Muhammad akan selamat masuk surga?”
Jika jawabannya YA; maka itu artinya Nabi Muhammad adalah “jalan keselamatan bagi Umat Muslim”. Jika Nabi Muhammad adalah “jalan bagi Umat Muslim untuk menuju keselamatan”, maka saya yang penganut Kristen (Katolik), wajib mempertanyakan pesan KRISTUS berikut ini;
=========================================================
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes; 14:6).
=========================================================
Karena jika “Nabi Muhammad” adalah “merupakan jalan alternatif” di luar KRISTUS untuk menuju keselamatan kekal, maka seharusnya, lebih dari 600 tahun sebelum Nabi Muhammad muncul, KRISTUS akan berkata; “Selain Aku, ada jalan lain, yang bisa kalian lewati untuk mencapai keselamatan kekal”.
Sekali lagi, jika Nabi Muhammad memberikan “jaminan” bagi Umat Muslim untuk masuk sorga, maka itu artinya Nabi Muhammad harus sudah pernah pergi ke sorga. Jika Nabi Muhammad belum pernah pergi ke sorga, bagaimana mungkin Nabi Muhammad bisa memberikan jaminan kepada Umat Muslim untuk masuk sorga?”
Pertanyaannya adalah; “Benarkah Nabi Muhammad telah pernah naik ke sorga dan kemudian turun kembali ke bumi untuk memberikan jaminan kepada pengikutnya dengan berbicara mengenai sorga?” Jika benar demikian, maka saya wajib mempertanyakan kembali sabda KRISTUS berikut ini;
=========================================================
“Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia” (Yohanes; 3:13).
=========================================================
Pertanyaan krusial lainnya adalah; Di antara KRISTUS dan Nabi Muhammad, siapakah yang berasal dari sorga? Dan siapakah yang berasal dari bumi?” Karena dalam Injil, Santo Yohanes bersaksi;
=========================================================
“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihatNya dan yang didengarNya, tetapi tak seorangpun yang mendengar kesaksianNya itu. Siapa yang menerima kesaksianNya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yohanes; 3: 31-36).
======================================================
Renungkanlah pesan-pesan di atas dengan hati melalui kontemplasi yang mendalam. Yang namanya “permenungan” itu, menggunakan “hati”, bukan “otak”.
Karena agama itu, menyangkut masalah “iman”. Dan yang namanya “iman” itu, letaknya di hati, bukan di otak. Karena letaknya di hati, maka kita tidak boleh memaksa otak kita yang kemampuannya terbatas, untuk membuktikan kebenaran iman kita.
“Karena jika iman kita harus selalu bisa dibuktikan dengan otak, maka apalah gunanya pahala?” Padahal yang namanya “pahala” itu disediakan ALLAH khusus untuk orang-orang “beriman”, tapi bukan untuk orang-orang “beragama”. Dan untuk “mengimani KRISTUS” Anda tidak harus menjadi “manusia Kristen”.
Jika menurut ‘iman” yang ada di “hati Umat Mulism” bahwa Nabi Muhammad berbicara tentang sorga dan keselamatan, dikarenakan Nabi Muhammad telah pernah naik ke sorga, dan kemudian terpilih menjadi satu-satunya “jalan menuju keselamatan kekal”, maka silahkan Umat Muslim memeluk erat-erat apa yang Umat Muslim yakini. Karena Alkitab berkata; “Manusia dibenarkan karena imannya”.
DOA ADALAH INFRASTRUKTUR IMAN
Mungkin ada di antara Umat Muslim yang membaca artikel ini berkata; “Imanmu adalah imanmu. Imanku adalah imanku. Oleh karena itu, urus saja imanmu. Jangan ikut campur mengurusi iman kami”.
Jika ada yang berpikir dan berkata demikian, ya kagak salah sih. Tapi simak baik-baik judul utama artikel ini; “ALLAH TELAH MEMULAINYA DARI BANGSA YAHUDI (“HARUSKAH ALLAH MENGAKHIRINYA DENGAN BANGSA ARAB?”).
Saya mengkonstruki kalimat judul ini, bukan berdasarkan “opini” saya, tapi berdasarkan “pengetahuan” saya. Saat ini Umat Muslim di seluruh dunia “marah besar” gara-gara “ulah aki-aki 71 tahun, yang nota benen adalah seorang penganut Kristen”. Dan Umat Muslim memohon-mohon, agar aki-aki 71 tahun ini merubah keputusannya.
Tapi lihatlah, apa kata aki-aki ini. Dia mengutip ucapan John Stuart Mills, Filsuf abad 19, dengan berkata;
“Jika seluruh umat manusia memiliki satu pendapat, dan hanya satu orang yang pendapatnya berlawanan, maka umat manusia tidak berhak membungkam yang satu orang itu. Sama halnya dengan yang satu orang itu, sekiranya dia memiliki kekuasaan, tidak mampu membungkam seluruh umat manusia”.
Lebih runyam lagi, aki-aki 71 tahun itu berkata dengan entengnya; “Saya akan tunggu dan melihat, apa yang akan dilakukan OKI (Organisasi Konferensi Islam)? Mereka boleh saja mengamuk, tapi mereka tidak akan mampu melakukan apapun terhadap Amerika. Sejarah telah mencatat hal paling fenomenal. Pada jaman dulu, semua negara Islam bersatu, untuk melawan Israel sendirian pada tahun 1967. Tapi apa hasilnya? Hanya dalam waktu 6 hari, bangsa pilihan ALLAH itu mampu melumpuhkan seluruh negara Arab? Apakah catatan sejarah itu masih belum cukup bagi OKI?”
Pernyataan aki-aki 71 tahun yang fotonya dibakar di mana-mana ini, semakin membuat Umat Muslim mengamuk. Tapi sayangnya, sebagaimana saya sudah menuliskan sebelumnya bahwa; “amarah tidak menghasilkan kebenaran apapun di hadapan ALLAH”.
Itu artinya, hanya bermodalkan amarah, rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia tidak akan pernah bisa memiliki Yerusalem, karena berbicara mengenai Yerusalem, kita berbicara mengenai EPITATE (Episentrum Tanah Terjanji).
Apalagi Alkitab mencatat sabda KRISTUS ketika berdialog dengan perempuan Samaria begini;
==========================================================
“Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yohanes; 4:22).
==========================================================
Renungkanlah baik-baik teks bebrunyi; “Sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi’. Di situ tidak tertulis; “Keselamatan datang dari bangsa Arab”. “ALLAH memulainya dari bangsa Yahudi. Haruskah ALLAH mengakhirinya dengan bangsa Arab?”
Sejarah mencatat, bahwa untuk pertama kalinya ALLAH memperkenalkan DiriNya kepada “orang Yahudi”, bukan kepada “orang Arab”. Ini fakta sejarah, bukan utopia, apalagi ilusi.
Evolusi jagat raya ini berkembang menurut “hukum lingkaran”. Karena evolusi berkembang menurut “hukum lingkaran”, maka jika titik ALFA adalah “bangsa Yahudi”, maka untuk membentuk lingkaran yang sempurna, maka hukumnya wajib, yang harus menjadi titik OMEGA adalah “bangsa Yahudi” juga. Ini dalil universal dan berlaku absolut. ALLAH memulai dari bangsa Yahudi, maka ALLAH akan mengakhirinya juga dengan bangsa Yahudi pula.
Rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia, berjuang mati-matian untuk memiliki Yerusalem, khususnya “YERUSALEM TIMUR”, karena “terjebak” dengan apa yang tertulis dalam Kitab Yehezkiel, pasal 44, ayat 1-3, yang berbicara mengenai “PINTU GERBANG TIMUR YERUSALEM”.
Padahal bebricara mengenai "parusia" (kedatangan KRISTUS, terutama kedatangan kedua), berdasarkan pengetahuan saya, tapi bukan berdasarkan opini saya, KRISTUS yang oleh Umat Muslim dinamakan Nabi Isa, yang telah 3X menampakkan DiriNya kepadaku, yang semuanya selalu jatuh pada hari Minggu (Minggu, 7 Juli 1996, Minggu, 15 Januari 2006 dan Minggu, 13 April 2008), ketika kembali untuk yang kedua kalinya, tidak akan turun di PINTU GERBANG TIMUR YERUSALEM, sebagaimana diyakini Umat Muslim.
Keyakinan semacam itu, terlalu polos dan lugu. Jika saya boleh sarankan, sebaiknya Umat Muslim memiliki alasan lain, mengapa mati-matian memperjuangkan Yerusalem. Bukan karena terjebak pada keyakinan bahwa Nabi Isa akan turun di Pintu Gerbang Timur Yerusalem.
Oki (oleh karena itu), jika rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia tidak ingin kehilangan Kota Suci Yerusalem, yang harus dilakukan adalah; bukan menonjolkan amarah untuk menghabisi orang Amerika bersama orang Yahudi. Itu akan menjadi sesuatu yang mubazir.
Menghadapi Israel sendirian saja, OKI tidak sanggup. Apalagi menghadapi Israel bersama Amerika. Terlebih lagi, saat ini negara-negara di dunia Arab sedang saling “baku-pukul”, kata orang Menado. Fenomena kekacauan di dunia Arab ini, merupakan bagian dari “tanda jaman”. Termasuk kemunculan aki-aki berumur 71 tahun dengan keputusannya yang fenomenal, juga adalah bagian dari “tanda jaman”.
Maka yang wajib diperlihatkan rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia untuk ikut memiliki Yerusalem adalah bukan mengandalkan amarah yang membuncah, melainkan “rubahlah isi doa kalian”.
“Lex orandi, lex credendi”. Kaidah doa, adalah kaidah kepercayaan. Doa merupakan “infrastruktur iman”. Maka beroalah dengan cara-cara yang berkenan kepada ALLAH.
Jangan berdoa dan meminta kepada ALLAH begini; “ALLAH Akbar…! Habisi orang-orang kafir itu. Lindungi kami Umat Muslim, enyahkan orang Amerika dan orang Yahudi dari muka bumi”.
Orang-orang yang berdoa seperti ini, adalah orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. ALLAH itu bukan “mahkluk partisan” yang secara aktif, ikut mengambil bagian dalam konflik antar Israel dan Palestina. ALLAH itu selalu bersikap imparsial (tidak memihak siapapun). ALLAH selalu mengambil posisi “diametralis” dalam menghadapi konflik di antara ciptaanNya, termasuk konfik Palestina-Israel.
Pada jaman Nabi Musa, lebih dari 1900 tahun sebelum nabi Muhammad lahir, ketika ALLAH harus memutuskan untuk menenggelamkan laskar Firaun di Laut Merah, guna menyelamatkan Umat Israel, jangan ditafsirkan bahwa ALLAH itu memiliki sifat “pemihak” layaknya manusia, memihak orang Israel dan membenci orang Mesir.
Tapi ALLAH terpaksa harus melakukan itu, karena ALLAH harus setia pada “janjiNya”. Karena itulah, ketika pasukan Firaun bersama kuda-kudanya tenggelam di Laut Merah, dan ada Mailaikat yang bertepuk tangan dari langit, ALLAH menegur Malaikat itu dengan berkata;
“Haruskah kamu bergembira, ketika Aku terpaksa menenggelamkan sebagian dari ciptaanKu sendiri hanya karena Aku harus setia pada janjiKu kepada Umat Israel?”
Maka doa dengan penuh amarah dan dendam kesumat, untuk memohon ALLAH menghabisi Amerika dan Yahudi, itu adalah doa dari orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. Orang-orang yang berdoa dan memohon dengan cara seperti itu, mereka bukan hanya tidak tahu persis siapa ALLAH yang sesungguhnya, tapi mereka juga tidak tahu persis apa yang sedang mereka minta kepada ALLAH.
Ini sama saja dengan permintaan Ibunda Yakobus dan Yohanes kepada TUHAN.
==========================================================
“Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. Kata Yesus; “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya; “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu, dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu”. Tetapi Yesus menjawab; “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” (Matius; 20: 20-22).
==========================================================
Oki (oleh karena itu), jika saya tidak dilarang untuk memberikan saran, sebaiknya rakyat Palestina bersama Umat Muslim di seluruh dunia, merubah isi doanya. Bukan berdoa, meminta ALLAH menghabisi Amerika dan Yahudi, tetapi berdoa dan meminta kepada ALLAH begini;
“ALLAH Akbar…!!! ALLAH Akbar…!!! ALLAH Akbar…!!! Bantulah rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia, dengan caraMu yang adi-kodrati, untuk perlihatkan kebenaran dan keadilanMu yang hakiki. Perlihatkanlah kepada seluruh mahkluk ciptaanMu di jagat raya ini, untuk siapakah sebenarnya ENGKAU menyediakan domba jantan di Tanah Moria? Apakah untuk ISMAIL? Atau untuk ISHAK?”
“Jika ENGKAU menyediakan domba jantan di Tanah Moria sebagai pengganti ISMAIL, untuk disembelih leluhur kami, Ibrahim, maka itu artinya, rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia yang berasal dari keturunan ISMAIL, ikut berhak memiliki Kota Suci Yerusalem”.
“Kami juga adalah bagin integral dari ciptaanMu. Bukan hanya orang Amrik dan orang Yahudi”.
Doa dengan konstruksi kata-kata di atas, terdengar (terlihat) sangat sederhana, tapi saya yakin, walau konstruksi kata-katanya sederhana, tapi doa yang disampaikan dengan niat yang tulus, tanpa dicampur-aduk dengan amarah dan dendam kesumat, akan benar-benar menggugah hati ALLAH, untuk memperlihatkan kebenaran dan keadilanNya bagi rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia.
Karena “simpul masalah” yang menjadi “benang merah” yang harus dijadikan sebagai “dasar teologis’ bagi rakyat Palestina untuk ikut memiliki Yerusalem, bukan karena keberadaan “Masjid AL Aqsa” yang bersama Tembok Ratapan dan Gereja Makam Kudus (sama-sama) terletak di Kota Suci Yerusalem.
Tapi klaim rakyat Palestina harus mengacu kepada sesuatu yang terletak di titik “paling hulu”, yaitu “janji TUHAN” kepada Nabi Ibrahim di “Tanah Moria”.
Jika PBB besama pembesar dunia, berkumpul untuk menyelesaikan Yerusalem karena mengacu kepada data dan fakta, di mana letak Masjid Al Aqsa bersama Tembok Ratapan dan Gereja Makam Kudus, sama-sama terletak di Yerusalem, itu namanya “penyelesaian secara teknis-politis”, tapi bukan “penyelesaian secara konsepsi-teologis”.
Ya, kagak salah-salah amat. Untuk kebtuhan jangka pendek, boleh saja menempuh penyelesain secara “teknis-politis”. Tapi penyelesain seperti itu hasilnya semu (maya). Semu karena “pembesar dunia” hanya sebatas mencoba (trial end error) bermain di titik paling hilir”. Bermain di hilir itu “tambal sulam” namnya. Hari ini kita tambal, besoknya bocor lagi, tambal lagi, demikian dan seterusnya.
Kalau ada rumah yang “konstruksi atapnya” tidak memenuhi kaidah-kaidah kearsitekan, atau nilai-nilai estetika, maka saat hujan, rumah pasti kebanjiran. Oki (oleh karena itu), yang kudu dirubah adalah “konstruksi atapnya”. Agar dengan demikian, setiap kali terjadi hujan, kita tidak repot mengurusi banjir.
Tapi yang menjadi pertanyaan terbesar adalah; “Mampukah pembesar dunia saat ini bermain di “hulu” dengan merubah “konstruksi atap rumah?” Jika mereka mampu, maka pertanyaan menggodanya adalah; “harus dari manakah mereka memulainya?”
SOL INVICTUS; “Tidak ada dua matahari. Hanya ada satu matahari yang menyinari bumi”.
Semoga catatan ini bermanaat. Salam “Dua Hati” untuk semua fihak yang telah ikut membaca artikel ini.
Agama bisa menciptakan "allah" tapi tidak mampu menciptakan ALLAH
Kita masuk sorga bukan karena agama, tapi karena kasih TUHAN semata. Sementara untuk mereka yang masuk neraka, itu bukan karena kehendak TUHAN, tapi karena kehendak bebas manusia itu sendiri.
Sebab, pada hakekatnya, TUHAN Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menghendaki semua orang selamat. Tapi karena penggunaan kehendak bebas yang tidak bertanggung-jawab, maka pada akhirnya, ada di antara kita (bisa saja termasuk saya yang menulis rtikel ini) harus menghuni api neraka.
ALLAH dengan kasihNya yang tak terbatas dan tak terselami nalar manusia, memiliki kebebasan absolut untuk bertindak sesuai kehendakNya, mengambil prakarsa, untuk menyelamatkan siapa saja yang berkenan kepadaNya, tanpa pandang bulu, pilih kasih, pilih muka, apalagi pilih agama, karena agama bukanlah faktor determinan (jaminan) bagi seseorang untuk masuk sorga.
Agama bisa saja menciptakan dan membentuk “allah”, tapi agama sama sekali tidak mampu menciptakan “ALLAH”. Jika Anda menganut agama yang bisa menciptakan “allah”, maka hati-hatilah. Karena banyak sekali “allah” di bumi ini yang lahir gara-gara diciptakan oleh agama itu sendiri.
Tapi TUHAN yang "asli", itu hanya ada "satu" dan "esa". Yang "satu" dan "esa" itu sama sekali tidak mampu diciptakan oleh agama manapun.
Maka kenalilah wajah TUHAN-mu yang "satu" dan "esa" itu, agar Anda selamat. Apalah artinya kita beragama, kalau pada akhirnya kita tidak selamat. Padahal tujuan utama orang menganut agama itu bukan untuk menjadi orang kaya raya, tapi agar bisa selamat.
“Karena itulah KRISTUS, satu-satunya "Sang Juru Selamat" berkata; “Apalah gunanya seorang memiliki seluruh dunia, tapi ia kehilangan nyawanya” (Markus; 8:36).
APAKAH NABI MUHAMMAD ADALAH JALAN MENUJU KESELAMATAN KEKAL?
Tiba di titik ini muncul pertanyaan krusial; “Apakah Agama Islam itu adalah agama yang akan membawa penganutnya menuju keselamatan kekal?”
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita merujuk kepada “jaminan” yang diberikan oleh “nabi” yang membawa agama tersebut. Apakah “Nabi Muhammad” memberikan jaminan bahwa seluruh Umat Muslim yang mentaati semua pesan Nabi Muhammad akan selamat masuk surga?”
Jika jawabannya YA; maka itu artinya Nabi Muhammad adalah “jalan keselamatan bagi Umat Muslim”. Jika Nabi Muhammad adalah “jalan bagi Umat Muslim untuk menuju keselamatan”, maka saya yang penganut Kristen (Katolik), wajib mempertanyakan pesan KRISTUS berikut ini;
=========================================================
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes; 14:6).
=========================================================
Karena jika “Nabi Muhammad” adalah “merupakan jalan alternatif” di luar KRISTUS untuk menuju keselamatan kekal, maka seharusnya, lebih dari 600 tahun sebelum Nabi Muhammad muncul, KRISTUS akan berkata; “Selain Aku, ada jalan lain, yang bisa kalian lewati untuk mencapai keselamatan kekal”.
Sekali lagi, jika Nabi Muhammad memberikan “jaminan” bagi Umat Muslim untuk masuk sorga, maka itu artinya Nabi Muhammad harus sudah pernah pergi ke sorga. Jika Nabi Muhammad belum pernah pergi ke sorga, bagaimana mungkin Nabi Muhammad bisa memberikan jaminan kepada Umat Muslim untuk masuk sorga?”
Pertanyaannya adalah; “Benarkah Nabi Muhammad telah pernah naik ke sorga dan kemudian turun kembali ke bumi untuk memberikan jaminan kepada pengikutnya dengan berbicara mengenai sorga?” Jika benar demikian, maka saya wajib mempertanyakan kembali sabda KRISTUS berikut ini;
=========================================================
“Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia” (Yohanes; 3:13).
=========================================================
Pertanyaan krusial lainnya adalah; Di antara KRISTUS dan Nabi Muhammad, siapakah yang berasal dari sorga? Dan siapakah yang berasal dari bumi?” Karena dalam Injil, Santo Yohanes bersaksi;
=========================================================
“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihatNya dan yang didengarNya, tetapi tak seorangpun yang mendengar kesaksianNya itu. Siapa yang menerima kesaksianNya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yohanes; 3: 31-36).
======================================================
Renungkanlah pesan-pesan di atas dengan hati melalui kontemplasi yang mendalam. Yang namanya “permenungan” itu, menggunakan “hati”, bukan “otak”.
Karena agama itu, menyangkut masalah “iman”. Dan yang namanya “iman” itu, letaknya di hati, bukan di otak. Karena letaknya di hati, maka kita tidak boleh memaksa otak kita yang kemampuannya terbatas, untuk membuktikan kebenaran iman kita.
“Karena jika iman kita harus selalu bisa dibuktikan dengan otak, maka apalah gunanya pahala?” Padahal yang namanya “pahala” itu disediakan ALLAH khusus untuk orang-orang “beriman”, tapi bukan untuk orang-orang “beragama”. Dan untuk “mengimani KRISTUS” Anda tidak harus menjadi “manusia Kristen”.
Jika menurut ‘iman” yang ada di “hati Umat Mulism” bahwa Nabi Muhammad berbicara tentang sorga dan keselamatan, dikarenakan Nabi Muhammad telah pernah naik ke sorga, dan kemudian terpilih menjadi satu-satunya “jalan menuju keselamatan kekal”, maka silahkan Umat Muslim memeluk erat-erat apa yang Umat Muslim yakini. Karena Alkitab berkata; “Manusia dibenarkan karena imannya”.
DOA ADALAH INFRASTRUKTUR IMAN
Mungkin ada di antara Umat Muslim yang membaca artikel ini berkata; “Imanmu adalah imanmu. Imanku adalah imanku. Oleh karena itu, urus saja imanmu. Jangan ikut campur mengurusi iman kami”.
Jika ada yang berpikir dan berkata demikian, ya kagak salah sih. Tapi simak baik-baik judul utama artikel ini; “ALLAH TELAH MEMULAINYA DARI BANGSA YAHUDI (“HARUSKAH ALLAH MENGAKHIRINYA DENGAN BANGSA ARAB?”).
Saya mengkonstruki kalimat judul ini, bukan berdasarkan “opini” saya, tapi berdasarkan “pengetahuan” saya. Saat ini Umat Muslim di seluruh dunia “marah besar” gara-gara “ulah aki-aki 71 tahun, yang nota benen adalah seorang penganut Kristen”. Dan Umat Muslim memohon-mohon, agar aki-aki 71 tahun ini merubah keputusannya.
Tapi lihatlah, apa kata aki-aki ini. Dia mengutip ucapan John Stuart Mills, Filsuf abad 19, dengan berkata;
“Jika seluruh umat manusia memiliki satu pendapat, dan hanya satu orang yang pendapatnya berlawanan, maka umat manusia tidak berhak membungkam yang satu orang itu. Sama halnya dengan yang satu orang itu, sekiranya dia memiliki kekuasaan, tidak mampu membungkam seluruh umat manusia”.
Lebih runyam lagi, aki-aki 71 tahun itu berkata dengan entengnya; “Saya akan tunggu dan melihat, apa yang akan dilakukan OKI (Organisasi Konferensi Islam)? Mereka boleh saja mengamuk, tapi mereka tidak akan mampu melakukan apapun terhadap Amerika. Sejarah telah mencatat hal paling fenomenal. Pada jaman dulu, semua negara Islam bersatu, untuk melawan Israel sendirian pada tahun 1967. Tapi apa hasilnya? Hanya dalam waktu 6 hari, bangsa pilihan ALLAH itu mampu melumpuhkan seluruh negara Arab? Apakah catatan sejarah itu masih belum cukup bagi OKI?”
Pernyataan aki-aki 71 tahun yang fotonya dibakar di mana-mana ini, semakin membuat Umat Muslim mengamuk. Tapi sayangnya, sebagaimana saya sudah menuliskan sebelumnya bahwa; “amarah tidak menghasilkan kebenaran apapun di hadapan ALLAH”.
Itu artinya, hanya bermodalkan amarah, rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia tidak akan pernah bisa memiliki Yerusalem, karena berbicara mengenai Yerusalem, kita berbicara mengenai EPITATE (Episentrum Tanah Terjanji).
Apalagi Alkitab mencatat sabda KRISTUS ketika berdialog dengan perempuan Samaria begini;
==========================================================
“Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yohanes; 4:22).
==========================================================
Renungkanlah baik-baik teks bebrunyi; “Sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi’. Di situ tidak tertulis; “Keselamatan datang dari bangsa Arab”. “ALLAH memulainya dari bangsa Yahudi. Haruskah ALLAH mengakhirinya dengan bangsa Arab?”
Sejarah mencatat, bahwa untuk pertama kalinya ALLAH memperkenalkan DiriNya kepada “orang Yahudi”, bukan kepada “orang Arab”. Ini fakta sejarah, bukan utopia, apalagi ilusi.
Evolusi jagat raya ini berkembang menurut “hukum lingkaran”. Karena evolusi berkembang menurut “hukum lingkaran”, maka jika titik ALFA adalah “bangsa Yahudi”, maka untuk membentuk lingkaran yang sempurna, maka hukumnya wajib, yang harus menjadi titik OMEGA adalah “bangsa Yahudi” juga. Ini dalil universal dan berlaku absolut. ALLAH memulai dari bangsa Yahudi, maka ALLAH akan mengakhirinya juga dengan bangsa Yahudi pula.
Rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia, berjuang mati-matian untuk memiliki Yerusalem, khususnya “YERUSALEM TIMUR”, karena “terjebak” dengan apa yang tertulis dalam Kitab Yehezkiel, pasal 44, ayat 1-3, yang berbicara mengenai “PINTU GERBANG TIMUR YERUSALEM”.
Padahal bebricara mengenai "parusia" (kedatangan KRISTUS, terutama kedatangan kedua), berdasarkan pengetahuan saya, tapi bukan berdasarkan opini saya, KRISTUS yang oleh Umat Muslim dinamakan Nabi Isa, yang telah 3X menampakkan DiriNya kepadaku, yang semuanya selalu jatuh pada hari Minggu (Minggu, 7 Juli 1996, Minggu, 15 Januari 2006 dan Minggu, 13 April 2008), ketika kembali untuk yang kedua kalinya, tidak akan turun di PINTU GERBANG TIMUR YERUSALEM, sebagaimana diyakini Umat Muslim.
Keyakinan semacam itu, terlalu polos dan lugu. Jika saya boleh sarankan, sebaiknya Umat Muslim memiliki alasan lain, mengapa mati-matian memperjuangkan Yerusalem. Bukan karena terjebak pada keyakinan bahwa Nabi Isa akan turun di Pintu Gerbang Timur Yerusalem.
Oki (oleh karena itu), jika rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia tidak ingin kehilangan Kota Suci Yerusalem, yang harus dilakukan adalah; bukan menonjolkan amarah untuk menghabisi orang Amerika bersama orang Yahudi. Itu akan menjadi sesuatu yang mubazir.
Menghadapi Israel sendirian saja, OKI tidak sanggup. Apalagi menghadapi Israel bersama Amerika. Terlebih lagi, saat ini negara-negara di dunia Arab sedang saling “baku-pukul”, kata orang Menado. Fenomena kekacauan di dunia Arab ini, merupakan bagian dari “tanda jaman”. Termasuk kemunculan aki-aki berumur 71 tahun dengan keputusannya yang fenomenal, juga adalah bagian dari “tanda jaman”.
Maka yang wajib diperlihatkan rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia untuk ikut memiliki Yerusalem adalah bukan mengandalkan amarah yang membuncah, melainkan “rubahlah isi doa kalian”.
“Lex orandi, lex credendi”. Kaidah doa, adalah kaidah kepercayaan. Doa merupakan “infrastruktur iman”. Maka beroalah dengan cara-cara yang berkenan kepada ALLAH.
Jangan berdoa dan meminta kepada ALLAH begini; “ALLAH Akbar…! Habisi orang-orang kafir itu. Lindungi kami Umat Muslim, enyahkan orang Amerika dan orang Yahudi dari muka bumi”.
Orang-orang yang berdoa seperti ini, adalah orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. ALLAH itu bukan “mahkluk partisan” yang secara aktif, ikut mengambil bagian dalam konflik antar Israel dan Palestina. ALLAH itu selalu bersikap imparsial (tidak memihak siapapun). ALLAH selalu mengambil posisi “diametralis” dalam menghadapi konflik di antara ciptaanNya, termasuk konfik Palestina-Israel.
Pada jaman Nabi Musa, lebih dari 1900 tahun sebelum nabi Muhammad lahir, ketika ALLAH harus memutuskan untuk menenggelamkan laskar Firaun di Laut Merah, guna menyelamatkan Umat Israel, jangan ditafsirkan bahwa ALLAH itu memiliki sifat “pemihak” layaknya manusia, memihak orang Israel dan membenci orang Mesir.
Tapi ALLAH terpaksa harus melakukan itu, karena ALLAH harus setia pada “janjiNya”. Karena itulah, ketika pasukan Firaun bersama kuda-kudanya tenggelam di Laut Merah, dan ada Mailaikat yang bertepuk tangan dari langit, ALLAH menegur Malaikat itu dengan berkata;
“Haruskah kamu bergembira, ketika Aku terpaksa menenggelamkan sebagian dari ciptaanKu sendiri hanya karena Aku harus setia pada janjiKu kepada Umat Israel?”
Maka doa dengan penuh amarah dan dendam kesumat, untuk memohon ALLAH menghabisi Amerika dan Yahudi, itu adalah doa dari orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. Orang-orang yang berdoa dan memohon dengan cara seperti itu, mereka bukan hanya tidak tahu persis siapa ALLAH yang sesungguhnya, tapi mereka juga tidak tahu persis apa yang sedang mereka minta kepada ALLAH.
Ini sama saja dengan permintaan Ibunda Yakobus dan Yohanes kepada TUHAN.
==========================================================
“Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. Kata Yesus; “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya; “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu, dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu”. Tetapi Yesus menjawab; “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” (Matius; 20: 20-22).
==========================================================
Oki (oleh karena itu), jika saya tidak dilarang untuk memberikan saran, sebaiknya rakyat Palestina bersama Umat Muslim di seluruh dunia, merubah isi doanya. Bukan berdoa, meminta ALLAH menghabisi Amerika dan Yahudi, tetapi berdoa dan meminta kepada ALLAH begini;
“ALLAH Akbar…!!! ALLAH Akbar…!!! ALLAH Akbar…!!! Bantulah rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia, dengan caraMu yang adi-kodrati, untuk perlihatkan kebenaran dan keadilanMu yang hakiki. Perlihatkanlah kepada seluruh mahkluk ciptaanMu di jagat raya ini, untuk siapakah sebenarnya ENGKAU menyediakan domba jantan di Tanah Moria? Apakah untuk ISMAIL? Atau untuk ISHAK?”
“Jika ENGKAU menyediakan domba jantan di Tanah Moria sebagai pengganti ISMAIL, untuk disembelih leluhur kami, Ibrahim, maka itu artinya, rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia yang berasal dari keturunan ISMAIL, ikut berhak memiliki Kota Suci Yerusalem”.
“Kami juga adalah bagin integral dari ciptaanMu. Bukan hanya orang Amrik dan orang Yahudi”.
Doa dengan konstruksi kata-kata di atas, terdengar (terlihat) sangat sederhana, tapi saya yakin, walau konstruksi kata-katanya sederhana, tapi doa yang disampaikan dengan niat yang tulus, tanpa dicampur-aduk dengan amarah dan dendam kesumat, akan benar-benar menggugah hati ALLAH, untuk memperlihatkan kebenaran dan keadilanNya bagi rakyat Palestina dan Umat Muslim di seluruh dunia.
Karena “simpul masalah” yang menjadi “benang merah” yang harus dijadikan sebagai “dasar teologis’ bagi rakyat Palestina untuk ikut memiliki Yerusalem, bukan karena keberadaan “Masjid AL Aqsa” yang bersama Tembok Ratapan dan Gereja Makam Kudus (sama-sama) terletak di Kota Suci Yerusalem.
Tapi klaim rakyat Palestina harus mengacu kepada sesuatu yang terletak di titik “paling hulu”, yaitu “janji TUHAN” kepada Nabi Ibrahim di “Tanah Moria”.
Jika PBB besama pembesar dunia, berkumpul untuk menyelesaikan Yerusalem karena mengacu kepada data dan fakta, di mana letak Masjid Al Aqsa bersama Tembok Ratapan dan Gereja Makam Kudus, sama-sama terletak di Yerusalem, itu namanya “penyelesaian secara teknis-politis”, tapi bukan “penyelesaian secara konsepsi-teologis”.
Ya, kagak salah-salah amat. Untuk kebtuhan jangka pendek, boleh saja menempuh penyelesain secara “teknis-politis”. Tapi penyelesain seperti itu hasilnya semu (maya). Semu karena “pembesar dunia” hanya sebatas mencoba (trial end error) bermain di titik paling hilir”. Bermain di hilir itu “tambal sulam” namnya. Hari ini kita tambal, besoknya bocor lagi, tambal lagi, demikian dan seterusnya.
Kalau ada rumah yang “konstruksi atapnya” tidak memenuhi kaidah-kaidah kearsitekan, atau nilai-nilai estetika, maka saat hujan, rumah pasti kebanjiran. Oki (oleh karena itu), yang kudu dirubah adalah “konstruksi atapnya”. Agar dengan demikian, setiap kali terjadi hujan, kita tidak repot mengurusi banjir.
Tapi yang menjadi pertanyaan terbesar adalah; “Mampukah pembesar dunia saat ini bermain di “hulu” dengan merubah “konstruksi atap rumah?” Jika mereka mampu, maka pertanyaan menggodanya adalah; “harus dari manakah mereka memulainya?”
SOL INVICTUS; “Tidak ada dua matahari. Hanya ada satu matahari yang menyinari bumi”.
Semoga catatan ini bermanaat. Salam “Dua Hati” untuk semua fihak yang telah ikut membaca artikel ini.
TUHAN YESUS memberkati,
Bunda Maria merestui,
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam & putih). Amen.
Catatan Kaki:
Artikel ini untuk pertama kalinya diposting di laman face book Antoninho Benjamim Monteiro, pada 16 Desember 2017. Bisa dibaca di sini: https://web.facebook.com/photo.php?fbid=1405149122927333&set=a.108208769288048.14974.100002967777276
Tidak ada komentar:
Posting Komentar