Hari ini, 8 Juni 2018. Pembukaan Piala Dunia edisi ke-21 di Rusia, tinggal 6 hari lagi.
Point Entry: "THE LOSE GENERATION.
Anda yang membaca catatan ini, mungkin seorang tenaga pendidik (guru atau dosen).
Pernahkah Anda, begitu selesai menjelaskan materi tertentu dan mempersilahkan anak didik Anda untuk bertanya, jika ada yang belum dimengerti dan mereka semua diam, maka jangan keburu menyimpulkan bahwa mereka telah mengerti.
Mereka mungkin ingin sekali bertanya. "Tapi mereka tidak tahu harus mulai dari mana dan berakhir di mana?"
Apalagi jika masalahnya ada pada penggunaan bahasa. Misalnya Anda mengajar di Unipaz, menyampaikan materi menggunakan Bahasa Indonesia, sementara mahasiswa Anda adalah orang-orang yang sebelum memasuki Unipaz, telah dididik menggunakan Bahasa Portugis pada saat mereka menempuh pendidikan di level-level sebelumnya.
Maka jika Anda meminta mereka bertanya menggunakan Bahasa Indonesia, Anda bayangkan saja; mereka harus mulai dari mana dan berakhir di mana.
Saya pernah menjadi "dosen pembimbing skripsi" saat masih mengajar di Unipaz. Salah satu kendala terbesar bagi mahasiswa, khsusunya mahasiswa tingkat akhir, ketika menyusun skripsi, adalah masalah "bahasa".
Jika tidak percaya, pergilah ke Unipaz, dan ambillah secara random (acak) salah satu bahan skripsi mahasiswa yang sudah lulus, dan bacalah isinya. Terutama masalah penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Anda percaya atau tidak, jika Anda berasal dari Indonesia, yang setiap hari terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia pada level-level ilmiah dengan standar Bahasa Indonesia EYD = Ejaan Yang Disempurnakan/1972 (bukan "bahasa gaul" yang digunakan di face book seperti yang saat ini saya gunakan), maka dijamin, pasti hampir setiap halaman skripsi yang Anda baca, Anda akan selalu memberi coretan karena ditemukan adanya kesalahan.
"Lalu siapakah yang harus disalahkan? Mahasiswanya atau dosennya?" Menurutku, tidak ada yang perlu harus disalahkan. Kita harus menerima kenyataan itu sebagai bagian dari "sebuah evolusi budaya (peradaban)".
Dalam kehidupan ini, bukan hanya menjawab pertanyaan tertentu yang terasa sulit. Tapi dalam hal membuat pertanyaan, dengan menyusun susunan kata-kata yang baik dan benar, kadang kita sulit untuk melakukannya.
Banyak sahabat yang bertanya pada saya; "ABM pegang negara mana?"
Saya menjawab; "Kalau sekedar mendukung, saya suka. Tapi kalau harus pegang-pegang, saya tidak suka".
Maksudnya, saya tentunya menjagokan negara tertentu untuk menjuarai Piala Dunia edisi ke-21 di Rusia.
Kalau saya beritahu jawabannya dan ternyata salah, itu akan mempermalukan diri sendiri (Shaming my self ).
Tapi kalau saya beritahu dan ternyata benar, juga tidak akan dihadiahi apa-apa oleh yang bertanya.
Maka lebih baik saya berkata begini saja "Kalau tidak ditanya, saya tahu, tapi kalau ditanya, saya tidak tahu".
"Mengutip ucapan siapakah ini?"
Pesan yang sebenarnya ingin saya sampaikan sebagai "point entry" dalam catatan ini adalah; "Jika tidak segera disadari oleh para pengambil kebijakan di negeri mini itu, untuk kemudian melakukan pembenahan (kurikulum pendidikan), maka suka atau tidak suka, Timor Leste akan harus mengalami apa yang disebut; "The Lose Generation" (generasi yang hilang), hanya gara-gara masalah bahasa.
DITEMUI DUA MALAIKAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR
Anyway, sepuluh tahun lalu, tepatnya 8 Juni 2010 (4 hari sebelum “Opening Ceremony” (Upacara Pembukaan) Piala Dunia edisi ke-19 berlangsung di Kota Johannesburg Afrika Selatan, melalui blog “rosapy”, saya menerbitkan sebuah artikel pendek, dengan judul heboh, yang menyebabkan saya menuai badai besar.
Judul artikel tersebut adalah;
“AKAN LAHIR JUARA BARU DARI AFRIKA SELATAN (JUARA BARU TERSEBUT ADALAH SEBUAH NEGARA KERAJAAN)”
Dalam artikel tersebut, saya ajukan sebuah thesis. Bunyi thesis tersebut adalah; “Timor Leste Adalah Negara Kerajaan”.
Dalam artikel tersebut, saya menjelaskan bahwa thesis ini saya angkat, bukan berdasarkan opini saya, tetapi berdasarkan pengetahuan saya.
Pada bulan Februari 1994, saya sedang praktek (stasi) di Bagian Anesthesi RSUP Sanglah Denpasar, dalam status sebagai dokter muda.
Hari itu, Kamis dini hari, 3 Februari 1994, saat melakukan observasi ketat terhadap seorang pasien (pria paruh baya) asal Perancis yang menderita "peritonitis akut" dan baru saja selesai menjalaini "Operasi Laparatomy", karena terlalu capai, akhirnya menjelang dini hari, saya tertidur pulas.
Dalam tidur pulas itulah, saya bermimpi didatangi dua Malaikat. Bukan hanya satu Malaikat.
Dalam mimpi, kedua Malaikat itu menyampaikan pesan bahwa ALLAH meminta saya harus datang ke Bukit Sio(n), karena ALLAH berkenan unuk memberkati Program Catur Mobilisasi yang ditolak fihak Militer Indonesia.
Fihak Militer yang saya maksudkan di sini (secara institusi) adalah “Kodam IX Udayana dan Korem 163/Wira Satya Denpasar”, khususnya dalam kapasitas mereka sebagai Pembina Impettu Bali (Impettu = Ikatan Mahasiswa Pemuda & Pelajar Timor-Timur).
Kebetulan saat itu saya adalah Ketua Terpilih Impettu Bali yang ditolak fihak Militer untuk dilantik secara resmi sebagai Ketua Umum Impettu Bali, hanya gara-gara dua alasan.
Salah satau alasannya adalah karena program yang saya namakan: “Catur Mobilisasi”.
MEMUTUSKAN BERANGKAT KE BUKIT SIO(N)
Berdasarkan pesan yang dibawa 2 Mailkat itulah, maka pada tanggal 7 Februari 1994, saya membooking ticket pesawat.
Pada tanggal 8 Februari 1994, saya meninggalkan Denpasar menuju Dili. Pada tanggal 14 Februari 1994, saya meninggalkan Dili menuju Atsabe, sebuah kota kecil yang terletk sekitar 94 kilometer barat daya Kota Dili.
Pada Hari Jum’at, tanggal 18 Februari 1994, ditemani “anjing gaib” kiriman Santo Yosef, saya berhasil mencapai Bukit Sio(n), yang terletak di Kaki Gunung Matahari alias Gunung Ramelau (gunumg tertinggi di Pulau Timor, yang di puncaknya berdiri dengan megah wanita suci berdarah Ibrani: Bunda Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda).
Dan pada Minggu dini hari, 20 Februari 1994, ALLAH bebricara dari balik takhtaNya: "Bahwa DIA hanya menetapkan Timor Leste sebagai NEGARA KERAJAAN. Bukan Negara Republik".
Dengan demikian, maka jika tidak ada negara kerajaan yang lahir sebagai juara baru dari Afrika Selatan dalam perhelatan Piala Dunia 2010, maka “thesis” ini gugur dan yang berbicara dari balik takhta yang sangat megah dengan suaraNya yang menggelegar bagai desau air bah sambil mengangkat lengan kananNya menjulang tinggi ke atas, itu bukan ALLAH.
ORANG PERTAMA YANG SAYA HUBUNGI ADALAH MAUN BURAS MARTINS
Setelah memposting artikel tersebut, orang pertama yang saya hubungi untuk membaca artikel tersebut adalah “Maun Buras Martins” (mantan Sekretaris Negara Bidang Lingkungan Hidup), yang saat itu sedang mengikuti Program Pendidikan Pascasarjana di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah.
“Mengapa harus Maun Buras Martins yang saya pertama kali saya hubungi untuk membaca artikel tersebut?”
Karena ada hubungan erat dengan “Keturunan Majapahit”.
Setelah itu barulah saya menghubungi teman-teman yang lain untuk ikut membaca dan menyebarkan artikel tersebut. Begitu artikel tersebut dibaca secara luas, badai besar mulai datang menerpa.
==================================
“Oooii peramal gila….. Emangnya kamu pikir, Brazil, Italia, Jerman Argentina, Uruguay, Inggris dan Perancis pergi ke Afrika Selatan untuk jualan pisang goreng dan tahu tempe? Dasar peramal kacangan. Bawa thesis gilamu itu jauh-jauh ke Atsabe sana. Makan tuh thesismu yang tidak masuk di akal”.
=================================
Rupanya "haters" yang menyerang (mem-bully) saya adalah fans berat negara-negara yang memiliki tradisi kuat di bidang sepak bola, seperti Brazil, Jerman, Argentina dan Italia.
Saya hanya bisa pasrah dan berdoa diam-diam, memohon “intervensi ALLAH” dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
“Jika yang berbicara dari balik takhta yang sangat aneh bentuknya, pada Minggu dini hari, 20 Februari 1994 (di Kaki Gunung Ramelau Timor-Timur), dengan suaraNya yang menggelegar bagai desau air bah sambil mengangkat lengan kananNya tinggi-tinggi, itu adalah sungguh-sungguh ALLAH, bukan “allah-allahan”, itu berarti saya sedang tidak mengalami “halusinasi”, baik halusinasi visual maupun halusinasi auditorik”.
Ternyata apa yang terjadi? Dua tim yang berhasil lolos ke final adalah dua “Negara Kerajaan” yang sama-sama belum pernah satu kalipun menjuarai Piala Dunia, yaitu Kerajaan Spanyol dan Kerajaan Belanda.
Barulah saat itu, para “haters” diam membisu seribu bahasa. Para haters mengira saya peramal dan atau paranormal.
Padahal saya hanyalah "seorang misiticus" yang sedang bersaksi mengenai "Firman TUHAN".
Saya tidak akan mungkin tahu negara seperti apakah yang akan menjuarai Piala Dunia di Afrika Selatan saat itu (2010), jika ALLAH tidak pernah mengutus MalaikatNya memanggil saya ke Bukit Sio(n) pada Februari 1994, untuk memberkati Program Catur Mobilisasi.
Akhirnya di partai final, Kerajaan Spanyol mengalahkan Kerajaan Belanda melalui gol semata-wayangnya Andreas Iniesta (pemain tengah Barcelona, yang kini mulai meninggalkan Barcelona).
HARUS MEMENUHI HUKUM 380
Pertanyaan menggodanya kini adalah; “Negara manakah yang akan menjuarai Piala Dunia edisi ke-21 di Rusia?”
Jika Anda ingin tahu jawabannya, ikuti terus artikel ini.
Pada seri kedua nanti, saya akan harus membayar hutangku untuk mulai membahas “Teori 380” yang telah saya ajukan pada 4 tahun lalu tapi belum sempat dibahas.
Kalau pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, saya mengangkat thesis; “Timor Leste adalah Negara Kerajaan”, maka pada perhelatan Piala Dunia edisi ke-20 2014 di Brazil, saya mengangkat “thesis”: Timor Leste adalah TANAH TERJANJI, dengan memastikan bahwa negara yang akan menjuarai Piala Dunia di Brasil harus memenuhi “Hukum 380”.
Apa itu “Hukum 380?” Akan dibahas pada seri kedua artikel ini.
Rekan-rekan face bookers yang pada 4 tahun lalu (2014) menanyakan; “Apa yang dimaksud dengan Hukum 380, sebaiknya ikuti seri kedua artikel ini.
Dilihat dari judul artikel ini (Tidak akan lahir juara baru dari Rusia), berarti hanya ada 7 kemungkinan yang akan terjadi.
Karena dari 32 negara yang lolos ke putaran final di Rusia, hanya 7 negara yang sudah pernah menjuarai Piala Dunia, yaitu;
(1). Inggris 1X pada tahun 1966.
(2). Perancis 1X pada tahun 1998.
(3). Spanyol 1X pada tahun 2010.
(4). Uruguay 2X (cari sendiri tahunnya).
(5). Argentina 2X (cari sendiri tahunnya).
(6). Brasil 5 X (cari sendiri tahunnya).
(7). Jerman 4X (cari sendiri tahunnya).
Setelah 64 tahun, untuk pertama kalinya Italia yang meraih juara Piala Dunia ke 4X tahun 2006, gagal lolos ke putaran final Piala Dunia.
Sambil menunggu seri kedua, saya sarankan Anda untuk membaca kisah (sejarah) mengenai “Negara Qatar” (yang saya letakkan dalam Lampiran di bagian akhir artikel ini), dengan alasan; bukan hanya karena Piala Dunia edisi ke-22 akan diselenggarakan di Qatar (sebagai tuan rumah) pada tahun 2022, tapi juga dikarenakan frasa (nama) QATAR, adalah merupakan salah satu “steganos” penting, yang berhubungan erat dengan negara yang akan menjuarai Piala Dunia edisi ke-21 di Rusia.
Semoga catatan ini bermanfaat.
Salam erat persaudaraan dari “Bukit Sulaiman” Bali Indonesia.
TUHAN YESUS memberkati,
Bunda Maria merestui,
Santo Yosef melindjungi kita semua (baik yang gampang baperan maupun yang tidak gampang baperan). Amen.
LAMPIRAN: Sekilas Tentang Sejarah Qatar
Qatar dalam Bahasa Tetun (Bahasa Persatuan Timor Leste), artinya: gatal. Karena Timor Leste itu merupakan bekas daerah koloni (jajahan) Negara Portugal selama 460 tahun (dari tahun 1515 sampai tahun 1975), maka di Timor Leste saat ini ada perkumpulan yang dinamakan: PORTUGAL, yaitu singkatan dari; “Persatuan Orang Tua Gatal”.
Qatar (dalam bahasa Arab: دولة قطر , Daulah Qatar) adalah sebuah negara emirat di Timur Tengah yang terletak di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab di Asia Barat. Satu-satunya batas darat mereka adalah Arab Saudi di selatan dan sisanya berbatasan dengan Teluk Persia. Teluk ini juga yang memisahkan Qatar dari negara pulau Bahrain.
Setelah berada di bawah kekuasaan Utsmaniyah, Qatar menjadi protektorat Inggris pada awal abad ke-20 hingga merdeka pada tahun 1971. Qatar dipimpin oleh Keluarga Thani sejak awal abad ke-19.
Syekh Jassim bin Mohammed Al Thani adalah pendiri Qatar. Qatar merupakan negara monarki dan kepala negaranya saat ini adalah Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Qatar dapat disebut sebagai negara monarki konstitusional maupun monarki absolut, tergantung opini.
Pada tahun 2003, konstitusi baru disetujui oleh 98% penduduk. Awal tahun 2017, total populasi Qatar mencapai 2,6 juta jiwa: 313.000 warga negara Qatar dan 2.3 juta ekspatriat.
Qatar adalah negara dengan pendapatan ekonomi tinggi, ditopang oleh cadangan gas alam dan minyaknya yang terbesar ketiga sedunia.[12] Negara ini masuk dalam negara berpendapatan per kapita tertinggi sedunia. Qatar digolongkan sebagai negara yang memiliki indeks pembangunan manusia sangat tinggi dan paling baik diantara negara Arab lainnya.
Qatar memiliki pengaruh cukup kuat di Jazirah Arab, mendukung beberapa kelompok pemberontak selama Musim Semi Arab baik secara finansial dan melalui grup media global mereka Jaringan Media Al Jazeera. Untuk ukurannya, Qatar memegang pengaruh yang cukup penting di dunia. Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, menjadi negara Arab pertama yang mendapatkannya.
Pada tahun 2017, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Qatar dan melabeli negara ini sebagai negara teroris, menyebabkan krisis diplomatik Qatar 2017.
Sejarah
Setelah dominasi Inggris dan Kesultanan Utsmaniyah di Qatar, akhirnya Qatar menjadi negara yang merdeka pada 3 September 1971.
Dahulu, Inggris menguasai Qatar sebagai tempat transito kapal dagang sebelum menuju India. Qatar kemudian memperoleh status sebagai dependen dari Inggris, kemudian status protektorat Inggris yang dihentikan pada tahun 1916.
Setelah Perang Dunia Kedua, Qatar berusaha memperoleh kemerdekaannya, terutama setelah India mencapai kemerdekaannya pada tahun 1950-an.
Qatar makin gencar setelah Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kuwait pada tahun 1961. Pemerintah Inggris menyatakan akan menghentikan penguasaan politik tetapi tetap meneruskan penguasaan ekonomi di Qatar. Hal ini tidak dibiarkan oleh Qatar dengan membentuk Federasi Arab Teluk bersama dengan Bahrain.
Politik
Qatar dapat dianggap sebagai negara monarki konstitusional, maupun monarki absolut yang dipimpin oleh keluarga Al Thani. Dinasti Al Thani telah memimpin Qatar sejak 1825.[ Tahun 2003, Qatar mengadopsi konstitusi yang memilih langsung 30 dari 45 anggota Dewan Legislatif. Konstitusi ini disetujui mutlak dalam referendum dengan angka 98%.
Emir kedelapan Qatar adalah Tamim bin Hamad Al Thani, ayahnya adalah Hamad bin Khalifa Al Thani yang menyerahkan kekuasaan padanya 25 Juni 2013. Kanselir tertinggi memiliki kekuasaan eksklusif untuk memilih dan mencopot perdana menteri dan menteri kabinet yang semuanya membentuk Dewan Menteri.
Dewan Menteri adalah otoritas eksekutif tertinggi di negara ini. Dewan Menteri juga memulai legislasi. Hukum dan dekrit yang diusulkan Dewan Menteri akan dirujuk ke Dewan Penasihat (Majilis Al Shura) untuk didiskusikan kemudian diberikan ke Emir untuk diratifikasi.
Majelis Konsultatif memiliki otoritas legislatif terbatas untuk menyusun dan menyetujui hukum, tapi Emir yang menentukan semuanya di akhir.
Anggota dewan saat ini terdiri dari anggota yang ditunjuk oleh Emir, karena tidak ada pemilihan legislatif sejak 1970. Pemilihan legislatif ditunda sampai paling tidak tahun 2019.
Hukum Qatar tidak memperbolehkan pembentukan badan politik atau persatuan dagang.
Hukum Syariat
Menurut konstitusi Qatar, hukum Syariat adalah sumber semua kebijakan Qatar. Dalam prakteknya, sistem hukum Qatar merupakan campuran antara hukum sipil dan hukum Syariat.
Hukum Syariat diberlakukan ke hukum keluarga, keturunan, dan beberapa tindakan kriminal (termasuk zina, perampokan, dan pembunuhan).
Dalam beberapa kasus, sidang pengadilan keluarga memperlakukan testimoni wanita berharga setengah dari testimoni pria. Poligini Islam diperbolehkan.
Judicial corporal punishment adalah seseatu yang umum di Qatar akibat interpretasi Hanbali hukum Syariat. Cambukan diberlakukan sebagai hukuman untuk pengonsumsi alkohol atau hubungan seksual terlarang.
Kitab Pidana Qatar artikel 88 menuliskan bahwa hukuman bagi pelaku zina adalah 100 cambukan, dan pada tahun 2006, seorang wanita Filipina mendapat hukuman ini.
Pada tahun 2010, paling tidak 18 orang (sebagian besar warga asing) dihukum antara 40-100 cambuk akibat hubungan seksual terlarang atau konsumsi alkohol. Tahun 2011, paling tidak 21 orang dihukum, dan tahun 2012, ada 6 ekspatriat dihukum.
Hanya Muslim yang sehat yang akan menjalani hukuman. Tidak diketahui pasti apakah hukuman benar dijalankan. Pada bulan April 2013, seorang ekspatriat Muslim dihukum 40 cambukan karena ketahuan mengonsumsi alkohol, dan bulan Juni 2014, seorang ekspatriat Muslim juga dihukum 40 cambukan karena mengonsumsi alkohol dan mengendarai mobil dibawah pengaruh alkohol.
Rajam adalah hukuman legal di Qatar, dan kemurtadan dan homoseksualitas dapat dijerat dengan hukuman mati. Penistaan dapat berujung hingga 7 tahun penjara, sedangkan menarik orang untuk berpindah agama dapat dijatuhi 10 tahun penjara.
Minuman beralkohol legal sebagian di Qatar; beberapa hotel bintang lima diperbolehkan menjual alkohol pada konsumen non-Muslim. Muslim dilarang mengonsumsi alkohol, dan yang kedapatan mengonsumsi dapat berujung hukuman cambuk atau deportasi. Ekspatriat non-Muslim dapat memperoleh izin untuk membeli alkohol untuk konsumsi pribadi.
Qatar Distribution Company (anak usaha Qatar Airways) diizinkan untuk mengimpor alkohol dan bagi; perusahaan ini mengoperasikan satu-satunya toko alkohol di negara ini, juga menjual babi kepada pemegang lisensi.
Otoritas Qatar kelihatannya juga akan memperbolehkan alkohol di "zona fans" ketika Piala Dunia FIFA 2022.
Tahun 2014, sebuah himbauan kesopanan diluncurkan untuk mengingatkan turis mengenai gaya berpakaian di negara ini. Turis wanita disarankan untuk tidak mengenakan legging, rok mini, atasan tanpa lengan, dan pakaian ketat di publik. Pria diingatkan tidak hanya mengenakan celana pendek dan singlet.
Ekonomi
Fokus pada perikanan dan mutiara, namun industri mutiara jatuh setelah munculnya mutiara yang dibudidayakan dari Jepang pada tahun 1920-an dan 1930-an.
Transformasi ekonomi terjadi pada tahun 1940, yaitu ketika ditemukan minyak bumi di Lapangan Dukhan.
Sekarang, pemasukan utama Qatar adalah dari ekspor minyak dan gas bumi. Simpanan minyak negara ini diperkirakan sebesar 15 miliar barel (2,4 km³). Dengan tidak adanya pajak penghasilan, Qatar (bersama Bahrain) adalah salah satu negara dengan tingkat pajak terendah di dunia. Tingkat pengangguran bulan Juni 2013 adalah 0,1%. Hukum korporat mewajibkan perusahaan Qatar memegang minimum 51% saham perusahaan di negara ini.
Untuk beberapa tahun ke depan, Qatar diperkirakan akan tetap fokus pada minyak dan gas bumi, namun sudah mulai mengembangkan sektor swasta.
Pada 2004, Qatar Science & Technology Park dibuka untuk menarik dan melayani berbagai usaha berbasis teknologi, baik dari dalam maupun luar Qatar.
Per 2016, PDB per kapita Qatar menempati posisi nomor 4 tertinggi di dunia, menurut Dana Moneter Internasional.(IMF) Negara ini sangat mengandalkan tenaga asing untuk pertumbuhan ekonominya, sampai pada taraf pekerja migran mencapai 86% populasi penduduk dan 94% angkatan kerja.
Qatar juga sering dikritik oleh Konfederasi Serikat Dagang Internasional. Pertumbuhan ekonomi Qatar hampir selalu ditopang oleh minyak bumi dan gas alam sejak ditemukan tahun 1940.
Negara ini hampir tidak menerapkan pajak, namun otoritas negara berencana untuk menerapkannya pada makanan siap saji dan barang mewah. Pajak ini akan diimplementasikan pada barang yang membahayakan tubuh - seperti makanan siap saji, rokok, dan minuman ringan.
Awal mula rencana kebijakan ini diperkirakan akibat jatuhnya harga minyak dan menyebabkan negara ini defisit tahun 2016. Selain itu, jumlah pemotongan kerja juga meningkat dari perusahaan minyak dan sektor lembaga negara lainnya.
Sumber kutipan; “Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas”. Dikutip pada 8 Juni 2018.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar