Pada seri ke-4 ini, topik utama yang ingin saya bahas adalah: "(kausa prima) kegagalan Italia lolos ke Rusia".
Diharapkan, para sahabat dan handai taulan, termasuk para "haters" (tukang hujat), membaca baik-baik seri ini.
Karena di seri ini, saya mulai menyinggung kembali thesis untuk Piala Dunia 2018 di Rusia, di mana thesis tersebut telah saya umumkan pada 4 tahun lalu, tepatnya diumumkan sehari sebelum laga semifinal; Argentina berhadapan dengan Belanda, yang kemudian dimenangkan Argentina dengan skor "Cawan" (4:2), melalui drama adu penalti.
BUFFON MENYESAL SEUMUR HIDUP
Salah satu liga profesional terbaik di dunia adalah Seri A (Italia), selain La Liga (Spanyol) dan Primer League (Inggris).
Kiper Juventus Gianluigi Buffon mengaku sangat sedih atas kegagalan Timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Ia menyatakan bahwa akan menyesali hal tersebut seumur hidupnya. Gli Azzurri harus menelan pil pahit tidak lolos ke Piala Dunia 2018 setelah kalah agregat 0-1 dari Swedia di babak play-off. Kegagalan tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Italia sejak 1958.
Buffon sendiri merupakan salah satu pemain senior yang ikut bermain melawan Swedia. Ia merasa sangat terpukul karena tidak bisa meloloskan Italia ke Rusia tahun depan.
“Saya akan menyesalkan kegagalan Italia lolos ke Rusia selama sisa hidup saya,” ungkap Buffon dikutip Der Spiegel.
“Kami tidak bisa memberikan kegembiraan bagi anak-anak Italia. Mereka tidak dapat merasakan betapa mendebarkannya menonton Italia tampil dalam ajang Piala Dunia,” kata Buffon.
PIALA DUNIA TANPA ITALIA ADALAH TRAGEDI
Presiden FIFA, yang masih keturunan Italia, Gianni Infantino mengatakan, tidak memungkiri bahwa Italia adalah bagian penting dari sepakbola dunia. Peran Italia sangat penting. Bahkan, ia menyebut; Piala Dunia tanpa Italia adalah sebuah tragedi (https://www.bola.net/…/presiden-fifa-piala-dunia-tanpa-ital…).
.
Italia gagal lolos lantaran menuai banyak kegagalan di babak penyisihan grup zona Eropa. Kalah bersaing dengan Spanyol.
Italia punya peluang lolos dari jalur play off. Tapi, lagi-lagi Gli Azurri tersingkir oleh perlawanan sengit dari Swedia. Jadilah Piala Dunia 2018 tanpa Gianluigi Buffon dan kolega.
"Sebelum saya menjadi direktur UEFA, saya adalah seorang fans Italia, dan saya harus mengakui bahwa sebuah Piala Dunia tanpa Italia adalah sebuah tragedi," kata Infantino.
Infantino memang berasal dari Swiss, tapi pria berusia 47 tahun tersebut memiliki darah Italia dari orang tuanya.
Menurut Infantino, Italia sebenarnya punya potensi yang bagus untuk menjadi poros kekuatan sepakbola dunia. Tapi, hal tersebut tidak akan bisa diwujudkan dengan mudah. Butuh usaha keras untuk bisa membawa sepakbola Italia lebih maju lagi di masa depan.
"Dibutuhkan keinginan untuk bekerja dengan baik agar bisa membawa Italia kembali ke tempat yang seharusnya, di pucuk persepakbolaan dunia," tandas Infantino.
"APA KATA JURGEN KLINSMANN?"
.
Eks penyerang timnas Jerman (yang bersama tim panser menjuarai Piala Dunia1990 di Italia ketika mengalahkan Argentina di final, melalui gol penalti Andreas Breme), menyebut; kegagalan timnas Italia ke Piala Dunia terjadi karena tidak adanya kerjasama yang harmonis di antara semua elemen persepakbolaan negara tersebut.
Italia gagal menjadi juara grup G di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu. Mereka kalah bersaing dengan Spanyol.
Italia lantas harus menjalani laga play off. Di babak tersebut mereka harus bermain melawan Swedia. Di leg pertama, Swedia menang tipis dengan skor 1-0. Di leg kedua di kandang sendiri, Italia hanya bisa bermain imbang 0-0.
Alhasil Azzurri pun terpaksa harus menerima pil pahit: Gagal lolos untuk pertama kalinya dalam 60 tahun ke putaran final Piala Dunia.
Jurgen Klinsmann bilang; "Kegagalan Italia untuk lolos sangat menyedihkan. Tapi ini adalah bukti bahwa Anda tidak akan pernah bisa bersantai di sepakbola. Di atas segalanya, ini menunjukkan bahwa setiap orang - pelatih, pemain, sutradara dan federasi - harus mendayung di kapal yang sama untuk berhasil," katanya kepada Corriere della Sera.
"Melihat dari luar, jelas bahwa ini tidak terjadi di Italia, dan ini sangat memalukan. Sebuah pertandingan tidak bisa membuat semuanya salah, bahkan ini adalah bencana bagi Italia yang tidak lolos ke Piala Dunia," cetus Klinsmann.
"Kini orang yang bertanggung jawab memiliki kesempatan besar untuk memikirkan kembali dan merestrukturisasi hal-hal yang belum pernah berjalan. Namun, tidak lolos ke Piala Dunia adalah tamparan yang luar biasa untuk seluruh negara," tegas eks pemain Inter Milan ini. (cor/dim)
https://www.bola.net/…/italia-gagal-lolos-ke-piala-dunia-20….
"KENAPA DI DETIK-DETIK TERAKHIR ITALIA SELALU TAKLUK DI TANGAN NEGARA-NEGARA KERAJAAN?"
Setelah saya cermati baik-baik, ternyata saya temukan adanya sebuah polarisasi (kecenderungan alias trend) yang unik, yang berhubungan dengan kegagalan (persepak-bolaan) Italia, setidaknya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.
"Apa polarisasi itu?"
Ternyata akhir-akhir ini, berdasarkan data dan fakta 6 tahun terakhir, persepak-bolaan Italia, baik di level timnas maupun di tingkat klub, selalu takluk di tangan negara-negara kerajaan, terutama pada detik-detik terakhir (babak-babak krusial).
Coba simak data dan fakta (empiris) berikut ini;
(1). Di Euro Cup 2012, setelah mengalahkan Jerman di semifinal melalui skor 2:0 yang diborong Mario Ballotelli, tapi sayangnya, di partai puncak, Italia harus takluk di tangan Kerajaan Spanyol dengan skor telak; 0:4 (Spanyol lolos ke final setelah mengalahkan Portugal di semifinal).
Saat itu bukan hanya air mata Mario Ballotelli dan kolega yang tumpah di Ukraina, tapi juga air mata rakyat Italia tumpah di seantero negeri Azzuri, Italia.
(2). Pada tahun 2015, Juventus (yang merupakan klub papan atas Italia), berhasil lolos ke final Liga Champions. Tapi sayangnya, di partai puncak yang diselenggarakan di Berlin Jerman, Juventus harus kembali takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (Spanyol): Barcelona.
(3). Pada tahun 2017, Juventus yang kembali berhasil lolos ke partai puncak Liga Champions, tapi lagi-lagi harus takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (Spanyol): Real Madrid.
(4). Pada tahun 2018, di babak semifinal, lagi-lagi Juventus harus takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (spanyol): Real Madrid.
Bahkan di leg pertama yang diselenggarakan di Turin Italia, di hadapan pendukungnya sendiri, Juventius harus takluk dengan skor telak: 3:0, sampai-sampai pemain muda Juventus berdarah Argentina, Paulo Dybala, kehilangan kendalai dan harus mendapat kartu merah.
(5). Dalam rangka "road to Russian" (babak kualifikasi Piala Dunia 2018), Italia yang satu grup dengan Kerajaan Spanyol, kalah bersaing dengan negara kerajaan Spanyol dan harus menjalani babak play off.
(6) Di babak play off, akhirnya, setelah 60 tahun, Italia benar-benar tersingkir dari Piala Dunia. Dan lagi-lagi, yang menyebabkan Italia tersingkir, adalah sebuah negara kerajaan (Swedia). Di leg pertama, Italia kalah dengan skor tipis; 1:0.
Saat kalah 0:1 di leg pertama, timnas Italia dan seluruh rakyat Italia masih tetap merangkai mimpi-mimpi indah untuk lolos ke Rusia, karena di leg kedua, Italia akan bertindak sebagai tuan rumah.
Tapi apa yang terjadi?
"The nice-mare" berubah menjadi "'The nightmare" (Mimpi indah Italia berubah menjadi mimpi buruk).
Walau bermain di hadapan pendukungnya sendiri, Italia harus mengubur harapannya untuk tampil di Rusia, karena hanya mampu bermain imbang tanpa gol.
Sebuah negara kecil, dengan status Negara Kerajaan, dengan persepak-bolaannya yang kalah jauh jika dibandingkan dengan Italia, harus menghadirkan mimpi buruk untuk Italia, dengan persepak-bolaannya yang hebat, yang bahkan telah menjuarai Piala Dunia sebanyak 4X. Terakhir kali, Italia melakukan itu di Jerman tahun 2006.
Dari data dan fakta di atas, dapat kita temukan adanya sebuah pola(risasi) yang menarik untuk dikaji: "Mengapa persepakbolaan Italia harus selalu takluk di tangan negara-negara kerajaan, setidaknya untuk 6 tahun terakhir?"
GARA-GARA THESIS: "SI TANGAN SABAT"
Interpretasi (asumsi) bodohnya adalah;
"Apaka itu artinya bahwa Italia harus melakukan amandamen Konstusi, untuk merubah status Italia menjadi sebuah negara Kerajaan, agar bisa kembali ke puncak keemasan?"
Masing-masing dari kita tentu memiliki perspektif (sudut pandang) yang berbeda, mengapa negara dengan tradisi sepak bolanya yang kuat seperti Italia harus gagal lolos ke pesta akbar Piala Dunia.
Karena saya adalah seorang "misticus" dan juga "peneliti bilangan" (tapi bukan ahli bilangan), maka jika saya ditanya; "Apa causa prima yang menyebabkan Italia lolos ke Rusia?"
Jawabannya adalah karena thesis: "SI TANGAN SABAT".
Pada Piala Dunia 2014 di Brasil, sehari sebelum laga semifinal (Argentina vs Belanda), melalui salah satu artikel, saya menuliskan di sana bahwa jika Argentina berhasil mengalahkan Belanda dan lolos ke final, maka thesis di Piala Dunia 2018 di Rusia adalah; "SI TANGAN SABAT".
Ternyata saat itu Argentina berhasil mengalahkan Belanda melalui drama adu pinalti, dengan skor: 4:2.
Pertanyaan bodohnya adalah; "Apa hubungan antara thesis SI TANGAN SABAT dengan kegagalan Italia lolos ke Rusia?"
Jawabannya sederhana sekali. Karena ada rahasia di balik thesis: SI TANGAN SABAT. Apa maksudnya?
Formasi kalimat dari thesis di Piala Dunia 2018 yang telah saya umumkan 4 tahun lalu (2014), seharusnya cukup saya tuliskan dengan konstruksi kalimat: "TANGAN SABAT".
Tapi mengapa saya harus menempatkan kata sandang: "SI" di depan frasa "TANGAN SABAT".
Anda tentu tahu 7 tangga nada khan? Apa bunyi tangga nada ke-7? Bukankah bunyinya SI? (1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=SI).
Nah, kalau saja Italia harus lolos ke Rusia, itu artinya thesis SI TANGAN SABAT harus gugur, karena jumlah negara-negara yang telah pernah menjuarai Piala Dunia yang lolos ke Rusia, bukanlagi 7 negara, tapi 8 negara (Inggris, Perancis, Spanyol, Uruguay, Argentina, Italia, Jerman dan Brazil).
Tapi dengan tidak lolosnya Italia ke Rusia, maka terpenuhilah frasa SI yang ada dalam kalimat (thesis): SI TANGAN SABAT.
Maka kesimpulan saya adalah; "Causa prima yang menyebabkan Italia harus gagal lolos ke final World Cup 2018 di Rusia, karena thesis: SI TANGAN SABAT".
Pertanyaan menggoda lainnya adalah;
"Tapi kenapa harus Italia? Kenapa bukan negara lain saja yang gagal, untuk memenuhi kuota SI (7 negara)?"
Satu-satuya jawaban yang saya miliki adalah: "Harus Italia yang gagal lolos, karena Italia berhubungan erat dengan (pwrubahan) Hukum SABAT, yaitu salah satu Perintah ALLAH dari Sepuluh Perintah ALLAH yang diterima Nabi Musa di Gunung Sinai.
Hukum Sabat adalah perintah ALLAH untuk harus menguduskan "Hari Sabat", yaitu "Hari ke-7".
Ini hanyalah masalah sudut pandang. Anda yang membaca artikel ii boleh memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai "causa prima" yang menyebabkan Italia gagal lolos ke Rusia. Tidak ada seorangpun yang menyalahkan Anda atas berbedanya sudut pandang Anda, sejauh Anda bisa mengajukan argumen yang kuat untuk mendukungnya.
Tiba di sini muncul pertanyaan ("confusing" = membingungkan).
Jika 4 tahun lalu, saya telah mengumumkan bahwa thesis untuk Piala Dunia 2018 di Rusia adalah SI TANGAN SABAT, mengapa di seri kedua artikel ini (bisa dibaca di sini: https://web.facebook.com/liobeino/posts/1571576156284628), saya malah menuliskan di sana bahwa pada 9 Juni 2018, Kakek Misterius kembali menampakkan DiriNya dan memberikan thesis yang terdiri dari 8 kata, di mana 4 di antara 8 kata itu adalah BATSYEBA dan PUTERI WANDAN KUNING?" Apakah sayalah yang tidak konsisten?" Ataukah thesis: SI TANGAN SABAT mengalami perubahan?"
Akan dibahas dalam seri mendatang;
BERSAMBUNG;
Diharapkan, para sahabat dan handai taulan, termasuk para "haters" (tukang hujat), membaca baik-baik seri ini.
Karena di seri ini, saya mulai menyinggung kembali thesis untuk Piala Dunia 2018 di Rusia, di mana thesis tersebut telah saya umumkan pada 4 tahun lalu, tepatnya diumumkan sehari sebelum laga semifinal; Argentina berhadapan dengan Belanda, yang kemudian dimenangkan Argentina dengan skor "Cawan" (4:2), melalui drama adu penalti.
BUFFON MENYESAL SEUMUR HIDUP
Salah satu liga profesional terbaik di dunia adalah Seri A (Italia), selain La Liga (Spanyol) dan Primer League (Inggris).
Kiper Juventus Gianluigi Buffon mengaku sangat sedih atas kegagalan Timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Ia menyatakan bahwa akan menyesali hal tersebut seumur hidupnya. Gli Azzurri harus menelan pil pahit tidak lolos ke Piala Dunia 2018 setelah kalah agregat 0-1 dari Swedia di babak play-off. Kegagalan tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Italia sejak 1958.
Buffon sendiri merupakan salah satu pemain senior yang ikut bermain melawan Swedia. Ia merasa sangat terpukul karena tidak bisa meloloskan Italia ke Rusia tahun depan.
“Saya akan menyesalkan kegagalan Italia lolos ke Rusia selama sisa hidup saya,” ungkap Buffon dikutip Der Spiegel.
“Kami tidak bisa memberikan kegembiraan bagi anak-anak Italia. Mereka tidak dapat merasakan betapa mendebarkannya menonton Italia tampil dalam ajang Piala Dunia,” kata Buffon.
PIALA DUNIA TANPA ITALIA ADALAH TRAGEDI
Presiden FIFA, yang masih keturunan Italia, Gianni Infantino mengatakan, tidak memungkiri bahwa Italia adalah bagian penting dari sepakbola dunia. Peran Italia sangat penting. Bahkan, ia menyebut; Piala Dunia tanpa Italia adalah sebuah tragedi (https://www.bola.net/…/presiden-fifa-piala-dunia-tanpa-ital…).
.
Italia gagal lolos lantaran menuai banyak kegagalan di babak penyisihan grup zona Eropa. Kalah bersaing dengan Spanyol.
Italia punya peluang lolos dari jalur play off. Tapi, lagi-lagi Gli Azurri tersingkir oleh perlawanan sengit dari Swedia. Jadilah Piala Dunia 2018 tanpa Gianluigi Buffon dan kolega.
"Sebelum saya menjadi direktur UEFA, saya adalah seorang fans Italia, dan saya harus mengakui bahwa sebuah Piala Dunia tanpa Italia adalah sebuah tragedi," kata Infantino.
Infantino memang berasal dari Swiss, tapi pria berusia 47 tahun tersebut memiliki darah Italia dari orang tuanya.
Menurut Infantino, Italia sebenarnya punya potensi yang bagus untuk menjadi poros kekuatan sepakbola dunia. Tapi, hal tersebut tidak akan bisa diwujudkan dengan mudah. Butuh usaha keras untuk bisa membawa sepakbola Italia lebih maju lagi di masa depan.
"Dibutuhkan keinginan untuk bekerja dengan baik agar bisa membawa Italia kembali ke tempat yang seharusnya, di pucuk persepakbolaan dunia," tandas Infantino.
"APA KATA JURGEN KLINSMANN?"
.
Eks penyerang timnas Jerman (yang bersama tim panser menjuarai Piala Dunia1990 di Italia ketika mengalahkan Argentina di final, melalui gol penalti Andreas Breme), menyebut; kegagalan timnas Italia ke Piala Dunia terjadi karena tidak adanya kerjasama yang harmonis di antara semua elemen persepakbolaan negara tersebut.
Italia gagal menjadi juara grup G di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu. Mereka kalah bersaing dengan Spanyol.
Italia lantas harus menjalani laga play off. Di babak tersebut mereka harus bermain melawan Swedia. Di leg pertama, Swedia menang tipis dengan skor 1-0. Di leg kedua di kandang sendiri, Italia hanya bisa bermain imbang 0-0.
Alhasil Azzurri pun terpaksa harus menerima pil pahit: Gagal lolos untuk pertama kalinya dalam 60 tahun ke putaran final Piala Dunia.
Jurgen Klinsmann bilang; "Kegagalan Italia untuk lolos sangat menyedihkan. Tapi ini adalah bukti bahwa Anda tidak akan pernah bisa bersantai di sepakbola. Di atas segalanya, ini menunjukkan bahwa setiap orang - pelatih, pemain, sutradara dan federasi - harus mendayung di kapal yang sama untuk berhasil," katanya kepada Corriere della Sera.
"Melihat dari luar, jelas bahwa ini tidak terjadi di Italia, dan ini sangat memalukan. Sebuah pertandingan tidak bisa membuat semuanya salah, bahkan ini adalah bencana bagi Italia yang tidak lolos ke Piala Dunia," cetus Klinsmann.
"Kini orang yang bertanggung jawab memiliki kesempatan besar untuk memikirkan kembali dan merestrukturisasi hal-hal yang belum pernah berjalan. Namun, tidak lolos ke Piala Dunia adalah tamparan yang luar biasa untuk seluruh negara," tegas eks pemain Inter Milan ini. (cor/dim)
https://www.bola.net/…/italia-gagal-lolos-ke-piala-dunia-20….
"KENAPA DI DETIK-DETIK TERAKHIR ITALIA SELALU TAKLUK DI TANGAN NEGARA-NEGARA KERAJAAN?"
Setelah saya cermati baik-baik, ternyata saya temukan adanya sebuah polarisasi (kecenderungan alias trend) yang unik, yang berhubungan dengan kegagalan (persepak-bolaan) Italia, setidaknya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.
"Apa polarisasi itu?"
Ternyata akhir-akhir ini, berdasarkan data dan fakta 6 tahun terakhir, persepak-bolaan Italia, baik di level timnas maupun di tingkat klub, selalu takluk di tangan negara-negara kerajaan, terutama pada detik-detik terakhir (babak-babak krusial).
Coba simak data dan fakta (empiris) berikut ini;
(1). Di Euro Cup 2012, setelah mengalahkan Jerman di semifinal melalui skor 2:0 yang diborong Mario Ballotelli, tapi sayangnya, di partai puncak, Italia harus takluk di tangan Kerajaan Spanyol dengan skor telak; 0:4 (Spanyol lolos ke final setelah mengalahkan Portugal di semifinal).
Saat itu bukan hanya air mata Mario Ballotelli dan kolega yang tumpah di Ukraina, tapi juga air mata rakyat Italia tumpah di seantero negeri Azzuri, Italia.
(2). Pada tahun 2015, Juventus (yang merupakan klub papan atas Italia), berhasil lolos ke final Liga Champions. Tapi sayangnya, di partai puncak yang diselenggarakan di Berlin Jerman, Juventus harus kembali takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (Spanyol): Barcelona.
(3). Pada tahun 2017, Juventus yang kembali berhasil lolos ke partai puncak Liga Champions, tapi lagi-lagi harus takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (Spanyol): Real Madrid.
(4). Pada tahun 2018, di babak semifinal, lagi-lagi Juventus harus takluk di tangan klub yang berasal dari negara kerajaan (spanyol): Real Madrid.
Bahkan di leg pertama yang diselenggarakan di Turin Italia, di hadapan pendukungnya sendiri, Juventius harus takluk dengan skor telak: 3:0, sampai-sampai pemain muda Juventus berdarah Argentina, Paulo Dybala, kehilangan kendalai dan harus mendapat kartu merah.
(5). Dalam rangka "road to Russian" (babak kualifikasi Piala Dunia 2018), Italia yang satu grup dengan Kerajaan Spanyol, kalah bersaing dengan negara kerajaan Spanyol dan harus menjalani babak play off.
(6) Di babak play off, akhirnya, setelah 60 tahun, Italia benar-benar tersingkir dari Piala Dunia. Dan lagi-lagi, yang menyebabkan Italia tersingkir, adalah sebuah negara kerajaan (Swedia). Di leg pertama, Italia kalah dengan skor tipis; 1:0.
Saat kalah 0:1 di leg pertama, timnas Italia dan seluruh rakyat Italia masih tetap merangkai mimpi-mimpi indah untuk lolos ke Rusia, karena di leg kedua, Italia akan bertindak sebagai tuan rumah.
Tapi apa yang terjadi?
"The nice-mare" berubah menjadi "'The nightmare" (Mimpi indah Italia berubah menjadi mimpi buruk).
Walau bermain di hadapan pendukungnya sendiri, Italia harus mengubur harapannya untuk tampil di Rusia, karena hanya mampu bermain imbang tanpa gol.
Sebuah negara kecil, dengan status Negara Kerajaan, dengan persepak-bolaannya yang kalah jauh jika dibandingkan dengan Italia, harus menghadirkan mimpi buruk untuk Italia, dengan persepak-bolaannya yang hebat, yang bahkan telah menjuarai Piala Dunia sebanyak 4X. Terakhir kali, Italia melakukan itu di Jerman tahun 2006.
Dari data dan fakta di atas, dapat kita temukan adanya sebuah pola(risasi) yang menarik untuk dikaji: "Mengapa persepakbolaan Italia harus selalu takluk di tangan negara-negara kerajaan, setidaknya untuk 6 tahun terakhir?"
GARA-GARA THESIS: "SI TANGAN SABAT"
Interpretasi (asumsi) bodohnya adalah;
"Apaka itu artinya bahwa Italia harus melakukan amandamen Konstusi, untuk merubah status Italia menjadi sebuah negara Kerajaan, agar bisa kembali ke puncak keemasan?"
Masing-masing dari kita tentu memiliki perspektif (sudut pandang) yang berbeda, mengapa negara dengan tradisi sepak bolanya yang kuat seperti Italia harus gagal lolos ke pesta akbar Piala Dunia.
Karena saya adalah seorang "misticus" dan juga "peneliti bilangan" (tapi bukan ahli bilangan), maka jika saya ditanya; "Apa causa prima yang menyebabkan Italia lolos ke Rusia?"
Jawabannya adalah karena thesis: "SI TANGAN SABAT".
Pada Piala Dunia 2014 di Brasil, sehari sebelum laga semifinal (Argentina vs Belanda), melalui salah satu artikel, saya menuliskan di sana bahwa jika Argentina berhasil mengalahkan Belanda dan lolos ke final, maka thesis di Piala Dunia 2018 di Rusia adalah; "SI TANGAN SABAT".
Ternyata saat itu Argentina berhasil mengalahkan Belanda melalui drama adu pinalti, dengan skor: 4:2.
Pertanyaan bodohnya adalah; "Apa hubungan antara thesis SI TANGAN SABAT dengan kegagalan Italia lolos ke Rusia?"
Jawabannya sederhana sekali. Karena ada rahasia di balik thesis: SI TANGAN SABAT. Apa maksudnya?
Formasi kalimat dari thesis di Piala Dunia 2018 yang telah saya umumkan 4 tahun lalu (2014), seharusnya cukup saya tuliskan dengan konstruksi kalimat: "TANGAN SABAT".
Tapi mengapa saya harus menempatkan kata sandang: "SI" di depan frasa "TANGAN SABAT".
Anda tentu tahu 7 tangga nada khan? Apa bunyi tangga nada ke-7? Bukankah bunyinya SI? (1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=SI).
Nah, kalau saja Italia harus lolos ke Rusia, itu artinya thesis SI TANGAN SABAT harus gugur, karena jumlah negara-negara yang telah pernah menjuarai Piala Dunia yang lolos ke Rusia, bukanlagi 7 negara, tapi 8 negara (Inggris, Perancis, Spanyol, Uruguay, Argentina, Italia, Jerman dan Brazil).
Tapi dengan tidak lolosnya Italia ke Rusia, maka terpenuhilah frasa SI yang ada dalam kalimat (thesis): SI TANGAN SABAT.
Maka kesimpulan saya adalah; "Causa prima yang menyebabkan Italia harus gagal lolos ke final World Cup 2018 di Rusia, karena thesis: SI TANGAN SABAT".
Pertanyaan menggoda lainnya adalah;
"Tapi kenapa harus Italia? Kenapa bukan negara lain saja yang gagal, untuk memenuhi kuota SI (7 negara)?"
Satu-satuya jawaban yang saya miliki adalah: "Harus Italia yang gagal lolos, karena Italia berhubungan erat dengan (pwrubahan) Hukum SABAT, yaitu salah satu Perintah ALLAH dari Sepuluh Perintah ALLAH yang diterima Nabi Musa di Gunung Sinai.
Hukum Sabat adalah perintah ALLAH untuk harus menguduskan "Hari Sabat", yaitu "Hari ke-7".
Ini hanyalah masalah sudut pandang. Anda yang membaca artikel ii boleh memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai "causa prima" yang menyebabkan Italia gagal lolos ke Rusia. Tidak ada seorangpun yang menyalahkan Anda atas berbedanya sudut pandang Anda, sejauh Anda bisa mengajukan argumen yang kuat untuk mendukungnya.
Saya mengajukan sudut pandnag ini, karena saya mengikuti pakem (hukum) yang berlaku dalam dunia trasnportasi "delman", bahwa: "Manusia harus duduk di dalam kereta dan mengendalikan kuda untuk menarik kereta. Bukan sebaliknya; duduk atas kuda dan mengendalikan kereta menarik kuda".
Saya memiliki sudut pandang ini, karena 4 tahun sebelum Italia tidak hadir di Rusia, saya telah mengumumkan bahwa thesis di Piala Dunia 2018 di Rusia adalah; SI TANGAN SABAT.
Tiba di sini muncul pertanyaan ("confusing" = membingungkan).
Jika 4 tahun lalu, saya telah mengumumkan bahwa thesis untuk Piala Dunia 2018 di Rusia adalah SI TANGAN SABAT, mengapa di seri kedua artikel ini (bisa dibaca di sini: https://web.facebook.com/liobeino/posts/1571576156284628), saya malah menuliskan di sana bahwa pada 9 Juni 2018, Kakek Misterius kembali menampakkan DiriNya dan memberikan thesis yang terdiri dari 8 kata, di mana 4 di antara 8 kata itu adalah BATSYEBA dan PUTERI WANDAN KUNING?" Apakah sayalah yang tidak konsisten?" Ataukah thesis: SI TANGAN SABAT mengalami perubahan?"
Akan dibahas dalam seri mendatang;
BERSAMBUNG;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar