Oleh: Rama Cristo.
A. Prefasi
=======
Pada 21 Juli 2022, Tim dari Unpaz (Universidade da Paz)
melakukan kunjungan kerja ke Kupang, dengan dua tujuan, yaitu
1. Menanda-tangani kerja-sama dengan Undana (Universitas Nusa
Cendana) Kupang NTT.
2. Mengikuti Seminar Internasional (Membedah Buku Falsafah Uma Lulik), di Institut Ilmu Hukum Yohanes Usfunan, Penfui Kupang, pada 22 Juli 2022.
Setelah acara di Kupang kelar, rekan-rekan lainnya kembali ke
Dili, sementara saya meneruskan perjalanan ke Denpasar Bali, pada 25 Juli 2022,
dengan dua tujuan utama, yakni:
1. Meneruskan Penelitian mengenai Harga Obat yang dijual di
sejumlah apotek yang berada di kawasan Denpasar dan sekitarnya. Sebelumnya saya
telah menyelesaikan penelitian mengenai harga obat yang dijual di sejumlah
apotek yang berada di Kota Dili.
2. Melakukan wawancara dengan sejumlah narasumber yang tinggal
di Denpasar, berkaitan dengan rencana penulisan buku Biografi Rektor I Unpaz,
Pof. Dr. Lucas da Costa SE.,MSi.
Tanggal 17 Agustus 2022, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun
Kemerdekan NKRI ke-77, saya meninggalkan Denpasar, kembali ke Dili, melalui
Kupang, menumpang pesawat Lion Air. Dan keesokan harinya, 18 Agustus 2022, saya
meneruskan perjalanan ke Dili.
B. Karena Ada Anak Daud Di Timor Leste
==========================
Apakah Anda yang membaca artikel ini masih ingat thesisku di
Piala Dunia 2022 di Qatar? Thesis tersebut diterbitkan 15 hari sebelum Opening
Ceremony World Cup 2022 Qatar, tepatnya thesis tersebut ditayangkan di laman
face book saya, pada 5 November 2022. Thesis tersebut terdiri dari 6 kata. Ke-6
kata tersebut terdiri dari 23 huruf. Bunyinya adalah: ADA ANAK DAUD DI TIMOR
LESTE.
Melalui thesis tersebut, saya menuliskan pernyataan di sana
bahwa: "Tidak akan lahir juara barau dari Qatar, karena di Timor Leste ada
Anak Daud. Jika lahir juara baru dari Qatar, maka thesis tersebut gugur, dan
itu artinya, tidak ada Anak Daud di Timor Leste".
Dan ternyata, hasil Piala Dunia 2022 di Qatar, tidak melahirkan
juara baru. Itu artinya thesis tersebut diberkati ALLAH karena benar-benar
"Ada Anak Daud di Timor Leste".
Tidak lahirnya juara baru dari Qatar, paralel dengan tidak
lahirnya "muka baru" dalam Pemilihan Presiden Timor Leste 2022.
Sekedar flash back: Pada 5 Desember 2019, saat berada di Bandara
Internasional Mahatma Gandhi New Delhi India, sambil menunggu penerbangan
(India - Thailand- Indonesia), saya menuliskan pesan dari sana, bahwa tidak
akan muncul "muka baru" di Pilpres Timor Leste 2022.
Saat artikel tersebut diterbitkan, banyak sekali haters yang
membully saya. Mereka mencaci maki habis-habisan. Para haters bilang;
"Tidak pernah ada dalam sejarah Pemilihan Presiden Timor Leste, tidak
muncul muka baru. Setiap pilpres di Timor Leste, selalu muncul muka baru".
Saat itu, Desember 2019, kita semua belum tahu, Pak Xanana akan
memberikan berkat magisnya untuk siapa? Karena secara resmi, CNRT dan Pak
Xanana baru mempublikasikan dukungannya secara resmi untuk DR. Jose Manuel
Ramos Horta, pada 23 Januari 2022. Walau demikian, ketika itu, Desember 2019,
banyak orang menjagokan, Jenderal Lere Anan Timur (LAT), akan muncul sebagai
pemenang Pemilihan Presiden 2022.
Orang-orang berkaca pada sejarah.
Xanana, Jenderal Falintil, telah jadi Preisden.
Taur Matan Ruak, Jenderal Falintil, telah jadi Presiden.
Lu-Olo juga sama. Lalu kenapa Jenderal Lere tidak bisa?
Waktu itu, orang-orang memperkirakan bahwa Pak Xanana akan
"tula liman" (menumpangkan tangan) untuk Jenderal LAT, Panglima
Angkatan Bersenjata Timor Leste, salah satu Jenderal Falintil yang bertahan di
hutan selama 24 tahun, tidak pernah turun gunung.
Karena melihat fenomena di mana banyak orang menjagokan Jenderal
Lere akan memenangkan Pemilihan Presiden 2022, maka pada tanggal 2 Februari
2022, saya mengajak Presiden ADDD-XARA (Companheiro Lucas Soares), untuk
bertemu di salah satu Cafe yang terletak di kawasan Farol Dili. Di sana saya
mengajak Presiden ADDD-XARA meletakkan tangan di atas meja, dalam posisi
melakukan panco. Padahal itu bukan panco. Tapi itu mengandung (simbol) pesan
bahwa Jenderal Lere tidak akan memenangkan Pemilihan Presiden 2022. Bukan
karena saya yang tidak menghendaki. Melainkan karena "rancangan
ALLAH", disebabkan "Ada Anak Daud di Timor Leste".
Mengapa pertemuan tersebut harus berlangsung pada 2 Februari?
Jawabannya simpel. Karena yang saya tahu, Jenderal Lere, lahir pada 2 Februari.
Para Ahli Bilangan berkata; "Dilahirkan pada waktu tertentu, dengan
memperoleh nama tertentu, itu bukan suatu kebetulan". Atas dasar (teori)
itulah, mengapa saya harus mengajak Presiden ADDD-XARA untuk bertemu pada hari
kelahiran Jenderal Lere, guna menyatukan energi.
Mengacu kepada Teori para Ahli Bilangan di atas, coba Anda satukan namaku (Antoninho Benjamim Monteiro) dengan nama Presiden ADDD-XARA (Lucas Soares). Jumlahnya pasti = 419.
Lucas Soares = 133
Antoninho Benjamim Monteiro = 286
Total: 133 + 286 = 419.
Nah, pertanyaannya adalah; "Apa hubungan antara angka 419
ini dengan tidak bisa munculnya muka baru di Pilpres 2022?"
Angka 419 ini ada hubungan erat dengan thesis saya di Piala
Dunia 2022 di Qatar (Ada Anak Daud di Timor Leste).
Belum saatnya berkisah mengenai hubungan antara angka 419 dengan
thesis: Ada Anak Daud di Timor Leste. Membutuhkan sebuah buku tebal untuk
menjelaskannya. Oleh karena itu belum saatnya berkisah. Karena orang bijak
bilang: "Setiap iisah ada masanya. Setiap masa ada kisahnya".
Dan bukan hanya itu. Setelah Presiden ADDD-XARA meninggalkan Cafe, hari itu juga, 2 Februari 2022, masih di tempat yang sama. saya mengajak Rektor UNTL (Universidade Nacional Timor Lorosa'e), Prof. dr. Joao Soares Martins,PhD., MPH., untuk bertemu. Anda bisa melihat foto-foto pertemuan kami, dalam artikel edisi 3 Februari 2022. Saya memposting artikel tersebut, sehari setelah pertemuan dengan dua sahabatku, sesama Alumni Aitana 88.
"Mengapa harus Prof. Joao Soares Martins?"
Belum saatnya berkisah. Orang bijak bilang: "Setiap kisah
ada masanya. Setiap masa ada kisahnya".
Dan ternyata apa yang terjadi? Dalam pemilihan presiden 2022,
Jenderal Lere mengalami kekalahan yang menyedihkan.
"Kenapa menyedihkan?"
Bagi saya, kegagalan Jenderal Lere dalam Pilpres 2022, memberikan
sebuah pesan moral yang perlu kita renungkan. Mengapa tokoh nasionalis sekelas
Jenderal Lere, yang berjuang selama 24 tahun di hutan, tidak pernah turun
gunung, tidak pernah memiliki KTP Indonesia, tapi harus kalah bersaing dengan
tokoh politik sekelas Mana Berta? Pada masa-masa perjuangan fisik, banyak orang
tidak mengenal Mana Berta. Siapakah Armanda Berta? Tidak dikenal secara luas
karena bukan tokoh populis jaman itu. Tapi dalam pilpres 2022, Mana Berta mampu
mengalahkan tokoh-tokoh penting.
Perolehan suara Mana Berta, berada jauh di atas perolehan suara Jenderal Lere. Bukan hanya itu. Mana Berta yang sering dibullly netizen di media sosial, karena kerap kali blepotan saat berbicara, ternyata mampu mengalahkan seorang Pastor smart (Amu Dispensadu) DR. Martinho Gusmao, yang fasih menguasai 9 bahasa asing. Bagi saya, DR. Martinho Gusmao, adalah salah satu Tokoh Intelektual Timor Leste yang sangat smart. Ini menurutku. Tapi sayangnya, tokoh intelektual yang menguasai sembilan (9) bahasa asing, harus kalah dengan tokoh yang berbicara bahasa Tetun saja, blibet.. blepotan,...! Ini pelajaran besar bagi kita semua.
"Kenapa tidak muncul muka baru di Pilpres 2022?"
Jawabannya sama dengan jawaban terhadap pertanyaan lainnya; "Kenapa tidak
muncul juara baru dari kejuaraan Piala Dunia Qatar 2022?
"Karena ada Anak Daud di Timor Leste". Ini kalimat
kuncinya. Kalimat kunci ini untuk menjelaskan 2 peristiwa penting, yaitu
1. Peristiwa politik: Tidak munculnya muka baru di Pemilihan
Presiden Timor Leste 2022.
2. Peristiwa Olahraga: Tidak lahirnya juara baru dalam
perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar.
"Siapakah Anak Daud yang saat ini ada di Timor Leste?"
Belum saatnya berkisah. Karena orang bijak bilang; "Setiap
kisah ada masanya. Setiap masa ada kisahnya".
C. Mengjunjungi Gereja St. Yosef Untuk Memohon Berkat ALLAH
============================
Coba Anda perhatikan foto-foto yang saya lampirkan dalam artikel ini. Selain foto Prof. Joao Martins, Rektor UNTL dan foto Companheiro Lucas Soares, Presiden ADDD-XARA (yang diabadikan pada 2 Februari 2022), semua foto yang saya
lampirkan dalam artikel ini adalah foto-foto yang dibuat di Gereja Santo Yosef
Kepundung Denpasar Bali, sepama 2 hari, yaitu Hari Sabtu 13 Agustus 2022 dan
Hari Minggu, 14 Agustus 2022.
Khusus untuk foto lembaran Rp 20 ribu yang diketakkan di atas
Jas Almamater Unpaz, itu adalah foto yang dibuat pada Hari Minggu sore,
menjelang pukul 15 Waktu Denpasar.
Di antara semua foto yang dilampirkan dalam artikel ini, ada
satu (1) foto yang menjelaskan, kenapa harus Argentina dan Perancis yang
bertemu di final Piala Dunia, yaitu foto lembaran uang Rp 20.000 (dua puluh
ribu rupiah), yang di dalamnya terdapat nomor seri berupa aksara (huruf dan
angka), yang saya letakkan di atas Jas Almamater UNPAZ (Universidade da Paz),
di mana nomor seri yang tertera di dalam lembaran uang Rp 20 ribu tersebut
(YDA739402), melambangkan nama Argentina dan Perancis.
Jika kita menghitung Nilai Z (rentang waktu), dari 14 Agustus
2022 (saat saya berdoa di Gereja Santo Yosef Kepundung Denpasar, memohon berkat
ALLAH untuk mempertemukan Argentina dan Perancis di final Piala Dunia), sampai
19 Desember 2022, saat pertandingan final yang mempertemukan Argentina dan
Perancis, jumlha nilai Z-nya adalah 127 hari. Ini artinya, 127 hari sebelum
pertandingan final antara Argentina dan Perancis berlangsung, negara mana yang
harus bertemu di final, sudah disegel ALLAH. Bukan disegel oleh Rama Cristo.
Rama Cristo hanya mengemban misi memperkenalkan perbuatan-perbuatan ALLAH yang
ajaib. Rama Cristo hanya mengerjakan bagian termudah dan terkecil. ALLAH yang
menyelesaikan bagian terbesar dan tersulit, karena hanya ALLAH yang mampu
menulis lurus dalam garis bengkok.
Foto yang memperlihatkan uang lembaran Rp 20 ribu yang di dalamnya tertera aksara: YDA739402, yang diletakkan di atas Jas Almamater UNPAZ, sudah beberapa kali saya tayangkan sebelum pertandingan final antara Argentina dan Perancis berlangsung.
Hari ini, 12 Januari 2023. Artikel ini disampaikan dalam rangka,
selain untuk mengenang kejadian misterius yang terjadi di Gereja Santo Yosef,
Kepundung Denpasar Bali, pada 18 tahun lalu, tepatnya kejadian 12 Januari 2005
ketika saya diminta harus meninggalkan Rumah Sakit Sanglah Denpasar, hanya
gara-gara angka "3500", juga artikel ini disampaikan dalam rangka
untuk menjelaskan dua isu penting, yaitu:
a. Kenapa tidak muncul muka baru di Pilpres 2022?
b. Kenapa tidak lahir Juara Baru di Piala Dunia 2022 di Qatar?
Lalu kenapa artikel ini diberi judul seperti terbaca di atas?
Nanti saja saya jelaskan di seri berikutnya. Karena lampu mati,
terpaksa saya hentikan dulu sampai di sini.
Terima-kasih sudah membaca sampai kata terakhir.
TUHAN YESUS memberkati kita semua (hitam dan putih). Amen.
Bersambung:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar