Oleh: Rama Cristo.
A. Prefasi
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di laman face book saya (Antoninho Benjamin Monteiro), pada 13 Oktober 2022.
Artikel ini berkisah mengenai satu peristiwa yang sulit
dijelaskan secara logika, kecuali hanya bisa direnungkan dengan hati. Kisah
misteri ini adalah mengenai sebutir telur ayam kampung dan kisah Darah Pieta di
Pulau Bali serta hubungannya dengan Darah Dinasti, yang sudah pernah
berkali-kali saya kisahkan melalui akun lama (Rama Cristo)..
Semenjak 22 Juni 2009 saya pindah dari Sanglah Denpasar dan numpang tinggal di rumah keluarga di
Puri Gading Jimbaran Bali. Setelah tinggal di sana, selang 3 bulan, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2009, tetangga di sebelah rumah mengundang saya untuk ikut acara "Doa Roasari". Kebetulan tanggal 12 Oktober adalah HUT ke-7 putera sulungnya. Anak itu lahir pada 12 Oktober 2002, bertepatan dengan Bom Bali pertama. Malam itu setelah berdoa, saya balik ke rumah sekitar tengah malam. Lalu tidur. Dalam tidur itulah saya bermimpi aneh. Karena kisah mimpinya agak kepanjangan, maka saya tidak usah bercerita mengenai mimpi itu.Begitu tersadar dari mimpi, jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi.
Saya bergegas mandi dan tidak lupa memakai jas abu-abu sesuai pesan dalam
mimpi. Saya mulai berjalan meninggalkan rumah. Saya asal jalan saja sesuai apa
yang muncul di hati kecil saya. Saya terus berjalan dan berjalan, karena dalam
mimpi, saya dilarang menumpang kendaraan. Biasanya saya keluar, ke Denpasar
misalnya, selalu menggunakan motor. Tapi karena dilarang, terpaksa saya jalan
kaki.
Setelah sekitar setengah jam berjalan, akhirnya saya tiba di
depan sebuah rumah yang terletak persis di tepi jalan raya, dekat tanjakan
Wuluwatu Jimbaran. Dari arah Perum Puri Gading Jimbaran, rumah tersebut berada
di sisi kiri jalan. Berarti dari tanjakan Uluwatu, rumah tersebut berada di
sisi kanan jalan, berjarak sekitar 200-an meter dari tanjakan Uluwatu. Bagi
yang tahu tanjakan Uluwatu Jimbaran, ya syukurlah. Tapi bagi yang tidak tahu,
bisa dibayangkan saja. Saya agak sulit menjelaskannya.
Saat lewat persis di depan rumah tersebut, tiba-tiba saja ada
bisikan dari hati kecil saya bahwa inilah rumah yang diperlihatkan dalam
mimpiku. Saya lalu memperhatikan rumah tersebut. Setelah memastikan bahwa
itulah rumah yang diperlihatkan dalam mimpi, saya pun mampir. Kebetulan di
depan rumah ada semacam dipan yang bisa dipakai untuk "duduk
bengong". Saya mampir dan duduk di dipan tersebut. Di beranda rumah, ada
jual air galon dan juga pulsa. Tapi tidak tampak satu orang pun di situ. Dari
dalam rumah terdengar bunyi lagu dengan volume yang lumayan tinggi. Setelah
saya menduduki dipan itu kurang lebih 15 menit, keluarlah seorang pemuda.
Begitu melihat saya, pemuda yang belakangan mengaku bernama Ketut itu menyapa
saya sambil tersenyum ramah;
"Belanja bli?" (belanja ya mas?). Saya jawab;
"Inggeh, tiang mau beli pulsa" (ya, saya mau beli pulsa). Tiang,
adalah Bahasa Bali, yang artinya saya).
Setelah membeli pulsa, saya masih terus duduk di dipan tersebut.
Pria muda itu juga ikut nimbrung duduk di samping saya. Kami saling mengulurkan
untuk berkenalan.
Tiang Ketut (saya Ketut).
Tiang Rio (saya Rio).
Kami terlibat obrolan ringan”. Dari situ lah saya tahu kalau Bli
Ketut, asli Jimbaran (saya kemudian memanggilnya dengan sebutan; "tuan
tanah"). Sepanjang obrolan kami, saya terus bertanya-tanya dalam hati;
"Katanya saya akan mendapatkan sebutir telur di rumah ini, tapi kok tidak
ada yang memberi saya telur?" Setelah ngobrol sekitar 1 jam, tiba-tiba Bli
Ketut masuk ke dalam rumah dan keluar dengan sebutir telur di tangannya. Jujur,
saya kaget begitu melihat telur dalam genggaman Bli Ketut. Setelah duduk di
sampingku, Bli Ketut langsung memberikan telur itu ke saya sambil berkata; "Ini
sebagai kenang-kenangan karena bli Rio sudah mau mampir".
Dengan perasaan bercampur aduk, saya menerima telur ayam kampung
itu dari tangan Bli Ketut, dan langsung menyimpannya ke dalam saku jas sebelah
kanan (dalam mimpi, telur itu di suruh simpan di saku jas sebelah kanan, jadi
saya ikuti saja perintah yang disampaikan dalam mimpi). Setelah menerima telur
aneh tersebut, saya pun pamit. Saya mulai berjalan menuju Kampus Pusat
Jimbaran. Capainya minta ampun, karena jarak antara rumah Bli Ketut dengan
Kampus Bukit Jimbaran lumayan jauh. Selain itu, saya sudah lama tidak berjalan
kaki. Belum lagi berjalan di bawah terik matahari. Pokoknya benar-benar
menderita lahir bathin.
Tapi akhirnya saya tiba juga di Kampus Pusat. Saya duduk di sana
sambil membaca buku yang sudah saya siapkan dari rumah sebagai "killing
time" (isi waktu), sambil menunggu tepat pukul 3 sore, di mana telur itu
akan pecah dalam kantong jas sesuai pesan dalam mimpi.
Detik-detik menjelang jam 3 sore, saya cukup tegang. Tegang
karena memikirkan, bagaimana telur itu bisa pecah sendiri tanpa saya menyentuhnya?
Apakah akan ada satu kekuatan yang saya tidak tahu dari mana datangnya, untuk
memecahkan telur tersebut?
Saat itu saya menunggu di gedung yang berada di samping gedung
Rektorat. Tepat jam 3 sore, saat saya mulia berdoa Koronka kepada KERAHIMAN
ILAHI, saya melihat saku jas kanan saya mulai terlihat basah. Ada semacam
rembesan cairan yang membasahi saku jas saya.
Rupanya telur tersebut telah pecah dan cairan putih telur mulai
merembes keluar membasahi saku jas. Perasaan saya saat itu sulit digambarkan dengan
kata-kata. Bulu kuduk saya berdiri, karena saya merasa seakan-akan tokoh suci
yang muncul dalam mimpi, sedang berada di samping saya, memperhatikan saya dari
jarak yang saya sendiri tidak tahu. Doa saya mulai kacau, karena lidah saya
sulit mengucapkan penggalan doa. Tapi saya terus berusaha keras menyelesaikan
Doa Koronka. Setelah berdoa, saya harus bersabar menunggu sampai saku jas yang
basah itu mengering. Akhirnya sekitar pukul 18.00 (jam 6 petang), saya
meninggalkan Kampus, berjalan dengan langkah gontai kembali ke rumah yang
lumayan jauh.
Tiba di rumah, saya meminta keponakanku menggoreng "kuning
telur" tersebut dan saya memakannya. Karena perintah dalam mimpi seperti
itu (kuning telur harus saya makan). Sementara putih telur yang telah membasahi
saku jas saya, telah mengering dan ternyata tercetak (muncul) kepala dua ekor
binatang yang bentuknya sanga-sangat ajaib. Posisi kedua kepala binatang
tersebut berdempetan.
Kepala binatang yang satu berbentuk Ayam Jantan. Sementara
kepala binatang yang satu, berbentuk S… (saya rahasiakan dulu, setidaknya untuk
saat ini). Pada malam harinya saya kembali memperoleh mimpi yang sangat aneh,
mengenai DARAH PIETA yang ada di rumah tetangga yang mengundang saya untuk
berdoa Rosari. Rupanya di rumah tetangga yang baik hati, yang pernah mengunungi
Dili ini, ada sebuah Patung PIETA yang mengeluarkan Darah, sebagaimana saya
pernah kisahkan melalui sejumlah artikel sebelumnya. Dan saya pertama kali
melihat DARAH PIETA tersbeut pada tanggal 17 Oktober 2009. DARAH PIETA membasahi
hampir seluruh Patung PIETA, bahkan merembes sampai ke bawah meja. Ini
benar-benar aneh tapi nyata. Dan entah kebetulan atau tidak, jika frasa DARAH
PIETA ini dikonversikan ke dalam “Gematria Yahudi”, nilai numerik yang muncul,
paralel dengan nilai Gematria frasa TIMOR. Sama-sama 269. Artinya, antara frasa
DARAH PIETA dan nama TIMOR, sama-sama menghasilkan nilai numerik “269”. Dan
entah kebetulan atau tidak, nilai Gematria Yahudi frasa FRETILIN juga,sama
dengan 269. Apakah kesamaan nilai numerik (269) antara DARAH PIETA, TIMOR dan
FRETILIN, memiliki hubungan kausalitas? Kita tunggu saja pencerahan dari Yang
Maha mengetahui segala rahasia semesta.
KEMBALI KE BALI DENGAN MISI UNTUK MENEMUKAN "RAN"
Saya menayangkan kembali artikel mengenai DARAH PIETA ini,
karena berdasarkan orientasi dari “Atas”, saya akan harus kembali ke Bali di
tahun 2023 nanti, untuk melacak sesuatu yang berkaitan erat dengan kata RAN,
yang ada hubungannya dengan Pemilihan Parlamen Timor Leste di tahun 2023.
FRETILIN akan memenangkan Pemilu Parlamen 2023, tapi dengan satu prasyarat
mutlak, yaitu jika saya berhasil menemukan uang lembaran Rp 100 ribu (seratus
ribu rupiah), yang di dalamnya, tertulis nomor seri dengan frasa RAN. Yang
artinya pula, jika saya tidak menemukan 3 huruf RAN yang tertulis di lembaran
uang Rp 100 ribu, berarti DARAH PIETA yang saya kisahkan di sini, tidak ada
hubungannya dengan TIMOR dan FRETILIN, dan dengan demikian, FRETILIN akan harus
mengalami kekalahan dramatis di Pemilu Parlamen 2023. Jika FRETILIN kalah, itu
artinya, ada keniscayaan, Pak Xanana akan bersanding dengan Presiden Jose
Manuel Ramos Horta, sebagai pasangan ideal yang diharapkan banyak fans XARA.
Tapi seandainya, saya berhasil menemukan lembaran uang satuan Rp 100 ribu yang
di dalamnya tertulis frasa RAN, maka itu bisa dipastikan bahwa Pak Xanana dan
CNRT akan mengalami kekalahan dramatis di Pemilu Parlamen 2023. Kita lihat
saja, apa yang akan terjadi??
RAN adalah Bahasa Tetun, yang artinya DARAH. Pertanyaannya adalah; “Bagaimana mungkin, di lembaran uang Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) produk Indonesia, bisa tertulis frasa RAN yang adalah Bahasa Tetun, Bahasanya orang Timor Leste? Bukan Bahasa Indonesia??” Kalau toh, di lembaran uang Rp 100 ribu tertulis frasa RAN, lalu bagaimana caranya, agar uang lembaran Rp 100 ribu yang tertulis RAN itu bisa saya temukan? Ada sekitar 275 juta populasi penduduk Indonesia saat ini. Dari 275 juta populasi penduduk Indonesia ini, kita kurangi, katakanlah 75 juta anak-anak Indonesia yang tidak pernah pegang uang Rp 100 ribu. Berarti tersisa 200 juta penduduk Indonesia, yang memiliki peluang menemukan uang Rp 100 ribu rupiah dengan kata RAN di dalamnya. Ini artinya, peluang saya untuk menemukan uang lembaran Rp 100 ribu yang di dalamnya tertulis kata RAN adalah 1 berbanding 200 juta. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya, saya bisa bersaing dengan 200 juta penduduk Indonesia untuk menemukan uang lembaran Rp 100 ribu yang di dalamnya ada kata RAN alias DARAH? Sambil menunggu berita dari Bali, kita serahkan saja segala sesuatunya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Que sera..seraa….!!!
Terima-kasih banyak, untuk mereka yang sudah meluangkan waktunya
membaca artikel ini sampai di titik ini. TUHAN YESUS memberkati kita semua
(hitam dan putih). Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar