Pada 13 Januari 2017, saya menyampaikan proposal terbuka kepada Partai Demokrat. Proposal terbuka tersebut ditayangkan di laman face book saya yang lama (Rama Cristo). Isi proposal termaksud, mengusulkan kepada Otoritas Partai Demokrat, agar sebaiknya, melalui Kongres ke-3 yang diselenggrakan pada Februari 2017, diupayakan untuk mencapai satu konsensus politik di tingkat internal Partai Demokrat, guna memberikan dukungan penuh kepada calon Presiden yang telah diajukan Fretilin (Senhor Lu-Olo). Hitung-hitung, anggaplah ini sebagai “tanam jasa politik”. Siapa tahu, suatu saat, Fretelin berniat membalasnya.
Proposal ini lahir, berdasarkan referensi. Bukan berdasarkan preferensi. Referensinya adalah “Perjanjian Cawan Kristus”, yang diadakan pada 5 Maret 2016. Tapi ternyata proposalku ditolak. Karena hanya berselang 10 hari, tepatnya pada 23 Januari 2017, Partai Demokrat mengumumkan capresnya sendiri, yaitu Companheiro Antonio da Conceição “Kalohan”.
Di medsos edisi 23 Januari 2017, muncul foto para kader Partai Demokrat yang saya lampirkan di sini. Ya sudah, apa mau dikata. Yang terpenting, saya sudah menunaikan kewajiban saya: “bersaksi mengenai rancangan Allah”. Bukan bersaksi mengenai rancangan saya. Dunia percaya atau tidak, saya tetap berada pada posisi “nothing to lose”.
Proposalku diterima, saya syukuri. Ditolak pun, saya maklumi.
KILAS BALIK TENTANG PERJANJIAN CAWAN KRISTUS
Perjanjian Cawan Kristus diadakan pada Hari Sabat, 5 Maret 2016. Saat Perjanjian Cawan Kristus lahir, belum ada satu tokoh politik pun yang mencalonkan diri menjadi capres. Atau belum ada satu parpol pun yang mengajukan calon presiden. Presiden Republik belum mengeluarkan dekrit mengenai tanggal pilpres. Semuanya masih gelap gulita.
Termasuk saat itu, tidak ada satu orang pun yang tahu, siapakah tokoh politik yang akan dipromotori Pak Xanana. Berdasarkan catatan sejarah pemilihan presiden di Timor Leste, tokoh mana pun yang dipromotori Pak Xanana, ada keniscayaaan, selalu menang. Nama besar Pak Xanana adalah jaminannya
Hari itu, Sabat, 5 Maret 2016, Companheiro SBY mentransfer dana sebesar 40 dolar melalui Bank Mandiri Cabang Dili. Sebagai tanda sahnya “Perjanjian Cawan kristus”. Dan dari Denpasar, saya menyetor nama pemenang pilpres 2017 (Senhor Lu-Olo).
MENELFON PROF. LUCAS
Hari itu, setelah pembicaraanku dengan SBY kelar, saya langsung menelfon Prof. Lucas (Rektor Unpaz). Saya telfon ke Dili, HP beliau tidak aktif. Saya mencoba menghubungi nomor Indonesia. Ternyata tersambung. Rupanya beliau sedang berada di Atambua NTT. Begitu beliau mengangkat telfon, tanpa tedeng aling-aling, saya langsung sampaikan khabar bahwa pemenang pilpres 2017 sudah ditetapkan.
Beliau sempat bertanya; “Siapa?” Saya menjawab pendek: “Lu-Olo”. Prof. Lucas langsung menutup telfon. Tujuan saya menelfon beliau, untuk mencegah agar beliau tidak perlu buang-buang tenga, waktu dan terutama beaya, maju bertarung di pilpres 2017. Karena Perjanjian Cawan Kristus tidak mungkin dibatalkan.
Setelah menelfon Prof. Lucas, saya menulis artikel berjudul “Perjanjian Cawan Kristus Tidak Bisa Dibatalkan”. Artikel tersebut ditayangkan hari itu juga (5 Maret 2016). Karena di kemudian hari, Pilpres diselenggarakan pada 20 Maret 2017, maka itu artinya Perjanjian Cawan Kristus, diadakan 380 hari sebelum pemilihan presiden berlangsung. Angka 380 adalah angka istimewa.
Tapi begitu artikel tersebut naik cetak, bukan hanya menjadi bahan tertawaan banyak orang, tapi saya malah di-bully. Ada face booker berkomentar begini; “Pak Xanana akan mengirim kamu pulang ke Atsabe dengan menggugurkan Perjanjian Cawan Kristus”. Ternyata memasuki awal tahun 2017, Pak Xanana bersama CNRT malah mendukung Senhor Lu-Olo.
3X PENAMPAKAN KRISTUS BUKAN LELUCON KOSONG ATAU KOMEDI BASI
Nomenklatur (penamaan) terhadap peerjanjian 5 Maret 2016, dengan sebutan “Perjanjian Cawan Kristus”, sejatinya mengacu (berakar) pada “3X penampakan Kristrus”. Sebagaimana sudah kerap kali saya tuliskan melalui sejumlah artikel sebelumnya, bahwa Kristus menampakkan DiriNya sebanayk 3X. Dan anehnya, seluruh penampakan itu, selalu jatuh pada Hari Minggu dini hari, yaitu:
Penampakan I: Minggu, 7 Juli 1996. Saya sempat pingsan.
Penampakan II: Minggu, 15 Maret 2006. Saya sempat pingsan.
Penampakan III: Minggu, 13 april 2008. Saya tidak pingsan.
Jika kita mengkonversikan semua huruf dalam frasa “Perjanjian Cawan Kristus”, hasilnya = 257. Demikian pula, jika kita melafalkan tanggal penampakan Kristus yang kedua, yakni 15 Januari 2006, menjadi LIMA BELAS JANUARI DUA RIBU ENAM, lalu menjumlahkan seluruh huruf dalam kalimat: LIMA BELAS JANUARI DUA RIBU ENAM, hasilnya juga = 257.
Perjanjian Cawan Kristus = 257.
Lima belas Januari 2006 = 257.
Khusus untuk frasa “Cawan Kristus” yang digunakan dalam “Perjanjian Cawan Kristus”, diadopsi dari dua sumber, yaitu: sumber visual dan sumber leteral. Sumber visual berdasarkan Cawan yang diperlihatkan Kristus pada “Penampakan Kristus yang pertama”, 7 Juli 1996. Dan sumber leteralnya ada pada buku The Da Vinci Code, karya Dan Brown. Di dalam buku tersebut, frasa Cawan Kristus disebutkan sebanyak 5X. Buku The Da Vinci Code, diperkenalkan Kristus pada penampakan keduaNya, 15 Januari 2006, sebagaimana dapat Anda baca kisahnya di bawah. Pada penampakan pertama 7 Juli 1996, saya sempat jatuh pingsan, gara-gara, saat akan berpisah dengan Kristus, tiba-tiba langit terbuka, dan ada tangga raksasa yang menghubungkan bumi dan langit. Karena saking kagetnya, saya jatuh pingsan. Dalam keadaan trance, saya masih sempat melihat Kristus berjalan naik melewati tangga raksasa tersebut, diikuti banyak sekali Malaikat.
Pada penampakan pertama, Kristus mengenakan jubah merah, mantel biru, sama persis dengan foto terlampir. Hanya bedanya, dalam penampakan itu, Kristus tersenyum. Karena itulah, sebelumnya saya pernah menulis artikel berjudul: “Saya menulis karena senyuman Tuhan, bukan karena senyuman dunia”.
Kapan dunia pernah tersenyum kepada saya? Apalagi senyuman para politisi. Politisi yang mengenal saya, begitu melihat mukaku, muka mereka akan langsung berubah kecut. Tidak tahu kenapa?
Pada penampakan kedua, 15 Januari 2006, Kristus muncul bersama 12 RasuNya. Kristus mengenakan jubah kuning keemasan, sama persis foto-foto Kerahiman Ilahi (terlampir). Sementara 12 Rasul mengenakan jubah coklat tua. Formasi 12 Rasul dalam penampakan tersebut; mereka duduk berhadapan. 6 Rasul duduk di sebelah Barat, menghadap ke Timur dan 6 Rasul duduk di sebelah Timur, menghadap ke Barat. Tidak satu Rasul pun yang mengeluarkan suara. Semuanya diam membisu.
Lalu Kristus berjalan turun dari sebuah Istana megah bertingkat, berjalan melewati depan para Rasul, menuju ke arahku. Dari jarak sekitar 3 meter(an), Kristus berhenti. Lalu tiba-tiba saya melihat buku The Da Vinci Code terletak di lantai, di antara saya dan Kristus. Kristus mengarahkan Tangan KananNya ke buku The Da Vinci Code. Dari Tangan Kanan Kristus, saya melihat, keluar sinar aneh. Sinar tersebut menimpa buku The Da Vinci Code. Lalu seluruh halaman buku aneh itu terbuka, mengeluarkan bunyi bagaikana Teller di bank menghitung uang lembaran kertas menggunakan mesin hitung.
Sinar yang keluar dari Tangan Kanan Kristus, setelah menimpa buku The Da Vinci Code, lalu sinar aneh itu berbelok arah membentuk garis lurus, menembus persis ke dada saya. Saat itu, karena merasa tidak kuat menahan sinar yang memantul dari buku The Da Vinci Code, saya jatuh pingsan.
Saya ingin sekali mengatakan bahwa 3X penampakan Kristus, bukanlah lelucon kosong atau komedi basi. Maka di masa lalu, 3X saya mengumumkan ID(entitas) pemenang pilpres, sebelum pelaksanaan pilpres, itu saya lakukan bukan karena saya peramal atau paranormal. Apalagi dukun cabul. Apatah lagi broker (calo) yang lagi cari untung. Saya lakukan itu semua sebagai bagian dari “kesaksian iman”. Sepanjang saya mengumumkan 3 ID(entitas) pemenang pilpres di masa lalu, tidak satu kali pun saya bertemu muka dengan ketiga presiden ( https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/528361361701648 ).
1. Pada November 2006, saya mengumumkan ID(entitas) pemenang pilpres 2007, melalui makalah berjudul: Krygma Dalam Cincin matahari Yang Gaib”. Makalah tersebut terdiri dari 7 bab, dengan tebal 77 halaman.
2. Pada Desember 2011, saya mengumkan ID(entitas) pemenang pilpres 2012, melalui artikel berseri, berjudul: PANGERAN MATAHARI DARI NEGERI AYAM. Artikel tersebut terdiri dari 9 seri. Nama Presiden Taur Matan Ruak, saya umumkan di seri ke-5, yang ditayangkan pada 29 Desember 2011.
3. Pada Maret 2016, saya mengumumkan (ID(entitas) pemenang pilpres 2017, melalui apa yang dikenal dengan “Perjanjian Cawan Kristus”.
4. Sayangnya, untuk pilpres 2022, saya tidak mengumumkan apapun, karena batas waktu untuk menjawab quiz kedua sudah berakhir. Apa boleh buat. Kita tunggu saja apa yang akan terjadi di pilpres 2022. Semoga muncul pemenang yang layak memimpin negeri ini. Ya, semoga saja.
Sebagaimana sudah saya sampaikan sebelumnya, bagi saya, tidak mengumumkan ID(etnitas) pemenang pilpres, itu akan lebih baik. Mengurangi beban hidup. Diumumkan juga, tidak ada untungnya. Yang memenangkan pemilihan presiden pun tidak mengenal saya. Sampai detik ini, saya tidak pernah bertemu muka (face to face), dengan 3 pemenang pillpres 2007, 2012 dan 2016. Malah para broker yang ketiban rezeki nomplok.
Saya hanya berharap, semoga yang memenangkan pilpres 2022, tidak jumawa. Dan yang kalah pun tidak kecewa. Menang akan jadi arang. Kalah akan jadi abu. Karena sejatinya, berdasarkan pengetahuan saya, tapi bukan berdasarkan opini saya, takdir Timor Leste adalah “Negara Monarki”. Bukan Negara Republik. Jika Allah mentakdirkan Timor Leste sebagai "Negara Republik", "ngapain" juga Otoritas Indonesia dan Otoritas Amerika Serikat harus bersepakat untuk melakukan invasi besar-besaran atas sebuah wilayah setengah pulau kecil yang kering-kerontang dan penuh batu karang. (Sebagian sumber pengetahuanku untuk memastikan bahwa takdir Timor Leste itu adalah Negara Monarki, ada di link ini: https://www.facebook.com/antoninho.rego.1/posts/518091356061982).
Apalagi Alkitab berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari Sorga” (Yohanes 3:27). “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Markus 8:36).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar