Oleh: Rama Cristo.
===============
2. Dosen Senior Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat & Ilmu Kedokteran Universidade da Paz (UNPAZ), pengampu 3 Matakuliah, yaitu: Fisika Kesehatan, Anatomi Fisiologi Manusia dan Kesehatan Reproduksi Manusia.
Prefasi.
=====
Pada tanggal 9 Agustus 2024, saya ditugaskan Rektor Universidade da Paz (UNPAZ), untuk mewakili Rektor UNPAZ, menghadiri pertemuan di Kantor Kementerian Pendidikan Tinggi Timor Leste di Dili. Pertemuan tersebut diikuti oleh wakil dari 19 Perguruan Tinggi di Timor Leste. Pertemuan tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikan Tinggi Timor Leste.
Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk membentuk apa yang disebut: "Rede Nasional Akademiku ba Peskiza". Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kira-kira: Jaringan Akademisi Nasional Untuk Penelitian.
Pertemuan tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikan Tinggi Timor Leste. Setelah sambutan Menteri Pendidikan Tinggi selesai, dilanjutkan dengan sambutan dari Diretur Nasional Exekutif UNMICS (Unidade ba Misaun Combate Stunting = Unit Nasional yang mengemban misi memerangi masalah stunting).
Setelah sambutan Direktur UNMICS berakhir, dilanjutkan dengan presentasi dari Tim UNMICS mengenai isu Malnutrisi. Setelah itu dilanjutkan dengan sesion diskusi. Setiap peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan ide, pemikiran dan atau perspektifnya masing-masing. Entah bagaimana ceritanya, saya justeru mendapat kesempatan pertama untuk berbicara, sebelum dilanjutkan senior saya, Dr. Sergio Lobo,Sp.B. (mantan Menteri Kesehatan Timor Leste).
Setelah memperkenaljan diri, saya melanjutkan dengan menyampaikan informasi mengenai profil UNPAZ, khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang ada kaitannya dengan isu Malnutrisi. Karena sejatinya, Rede Akademiku Nasional ba Peskiza, memang dibentuk dengan misi utama, membantu penerintah Timor Leste memerangi masalah malnutrisi.
Saya menyampaikan kepada forum bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAZ memiliki banyak mahasiswa yang mengambil Jurusan (Departamen) Nutrisi. Bahkan penggemar Kelas Nutrisi sangat banyak. Saking banyaknya, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAZ memiliki harus membuka banyak kelas paralel (sampai 6 kelas paralel, untuk Departamen Nutrisi.
Selain itu saya sampaikan juga mengenai aktivitas saat ini yang ada kaitannya dengan isu malnutrisi. Bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAZ saat ini bersama Tim Peneliti dari Nagoya City University (NCU) Jepang, sedang melakukan penelitian tentang malnutrisi di 19 desa yang ada di kawasaki Dili. Ini asalah Join Research. Dan saya sampaikan juga bahwa UNPAZ siap untuk terlibat dalam "Rede Nasional Akademiku ba Peskiza". Rencananya minggu depan, para Rektor dari 19 Perguruan Tinggi di Timor Leste akan diundang oleh Menteri Pendidikan Tinggi Timor Leste unruk menanda-tangani akta mengenai berdirinya "Rede Nasional Akademiku ba Peskiza".
======================================
Pada bagian lain dari intervensi saya hari itu, saya menyoroti keabsahan (nilai realibilitas dan validitas) data yang merupakan hasil penelitian tahun 2020. Karena hasil penelitian tahun 2020 (sudah 4 tahun berlalu), yang memunculkan angka 47% stunting di Timor Leste, selalu menjadi materi rujukan dari para pemangku kebijakan unruk merancang berbagai program (baik program pencegahan maupun program penanggulangan) malnutrisi, khususnya stunting, di Timor Leste.
Dari aspek keilmuan, khususnya dari perspektif bidang penelitian, terutama di bidang kesehatan, jika data yang telah berusia 4 tahun, selalu menjadi referensi sentral untuk merancang kebijakan publik, ini akan menimbulkan masalah tersendiri.
Anda bayangkan saja. Yang namanya demografi penyakit, itu sesuatu yang sangat dinamis. Akan selalu berubah setiap tahun. Coba Anda lakukan estimasi sendiri. Timor Leste, berdasarkan data statistik WHO 2023, merupakan negara dengan tingkat kelahiran tertinggi di ASEAN. Akan saya tampilkan datanya di seri kedua artikel ini. Dengan status sebagai negara dengan angka kelahiran tertinggi, berapa anak yang telah lahir di Timor Leste dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, dan telah mengalami status gizi buruk, mengingat Timor Leste sebagai negara termiskin di ASEAN.
Maka pertanyaannya adalah: "Apakah para Akademisi yang akan tergabung di dalam Redi Nasional Akademiku ba Peskiza, akan mengandalkan data hasil penelitian 4 tahun lalu untuk mengadvokasi pemerintah dalam memerangi malnutrisi di Timor Leste?"
Saya rasa tidak. Kalangan akademisi jangan sampai "menuangkan anggur yang baru ke dalam kantong yang lama". Jika Rede Akademiku ba Peskiza jadi dibentuk, maka rede tersebut, wajib hukumnya membutuhkan data yang fresh, untuk membantu pemerintah dan fihak-fihak terkait, guna merancang program-program baru (baik program pencegahan maupun program penanggulangan) malnutrisi. Isu ini (data fresh) menjadi fokus utama saya, saat melakukan intervensi hari itu.
Saat saya mempertanyakan keabsahan data produk penelitian tahun 2020 yang memunculkan angka sakti 47% stunting, saya tidak mengatakan bahwa hasil penelitian tahun 2020 bermasalah jika diukur dengan kaidah-kaidah penelitian. Karena saya sendiri belum membaca laporan penelitian tahun 2020. Saya hanya mempermasalahkan bahwa data hasil penelitian tahun 2020, sudah kurang relevan lagi kalau digunakan sebagai acuan referensi untuk merancang program. Dari petspektif saya, kita butih data fresh untuk merancangcprogram baru ke depan.
D. Bukan Data Primer
==============
Tapi begitu Dr. Sergio Lobo menyampaikan perspektifnya, saya agak kaget. Karena ternyata beliau juga mengemukakan hal yang sama. Bahkan Ahli Bedah senior itu mengatakan bahwa sejatinya hasil penelitian tahun 2020 yang memunculkan angka stunting 47% itu, bukan karena para peneliti memperoleh data primer dari lapangan. Melainkan angka 47% itu merupakan hasil asumsi dan estimasi dengan menggunakan metode-metode tertentu.
E. Perspektif CEE-Paz Jika Pemerintah Menggunakan Data Lama Sebagai Referensi Untuk Mengambil Kebijakan Publik
=======================
Tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap para peneliti tabun 2020 yang memunculkan angka sakti 47% stunting, saya ingin mengatakan, jika Kabinet IX Pimpinan Perdana Menteri Xanana Gusmao, melalui Kementerian Kesehatan Timor Leste dan atau fihak-fihak terkait, termasuk dalam hal ini Organisasi seperti SUN (Scaling up Nutrition) dan UNMICS, mencoba menggunakan data hasil survei yang telah berusia 4 tahun untuk merancang program penanggulangan malnutrisi di Timor Leste (baik itu program pencegahan maupun program penanggulangan malnutrisi), maka ada kemungkinan besar akan memunculkan beberapa kelemahan dan bias, dengan segala konsekuensinya.
Berikut adalah beberapa poin penting hasil kajian dan elaborasi CEE-Paz (Centro Estudos Estrategicos da Paz) Universidade da Paz (UNPAZ), yang perlu dipertimbangkan:
1. Kelemahan dan Bias
===================
a. Perubahan Demografi dan Epidemiologi
===================================
• Kelemahan: Populasi anak-anak dan ibu hamil mengalami perubahan signifikan dari tahun ke tahun. Apalagi berdasarkan data statistik dari WHO menetapkan bahwa angka kelahiran Timor Leste adalah yang tertinggi di kawasan ASEAN. Dengan tingkat kelahiran tertinggi di ASEAN, maka dalam 4 tahun, perubahan seperti apa yang sebenarnya telah terjadi. Selin itu, faktor-faktor seperti urbanisasi, migrasi, terlebih lagi perubahan tingkat kelahiran, dan kematian dapat memengaruhi data demografi dan epidemiologi malnutrisi.
• Bias: Data yang sudah lama mungkin tidak mencerminkan distribusi populasi saat ini, sehingga program yang dirancang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok target yang terbaru.
b. Perubahan Ekonomi dan Sosial
============================
• Kelemahan: Perubahan kondisi ekonomi, seperti peningkatan atau penurunan pendapatan, akses terhadap pangan, dan kebijakan sosial dapat mempengaruhi tingkat malnutrisi.
• Bias: Data lama dengan usia 4 tahun, mungkin tidak mempertimbangkan perubahan dalam determinan sosial kesehatan, seperti ketidaksetaraan ekonomi atau akses terhadap layanan kesehatan, yang telah berubah dalam empat tahun terakhir.
c. Perubahan Pola Penyakit dan Status Gizi
====================================
• Kelemahan: Pola penyakit, status gizi, dan prevalensi penyakit infeksi dan non-infeksi dapat berubah dalam empat tahun, terutama dengan adanya wabah penyakit atau intervensi kesehatan baru.
• Bias: Hasil survei 4 tahun, mungkin sudah tidak lagi mencerminkan situasi terkini terkait penyakit menular, kondisi gizi, atau intervensi kesehatan yang sudah pernah dilakukan pemerintahan Kabinet VIII pimpinan Perdana Menteri Taur Matan Ruak, sehingga program baru yang dirancang pemerintah Kabinet IX dengan hanya berdasarkan data lama, mungkin kurang efektif.
d. Kebijakan dan Intervensi yang Sudah Berjalan
========================================
• Kelemahan: Dalam empat tahun terakhir, pemerintah atau organisasi lain mungkin telah meluncurkan program intervensi baru yang sudah memengaruhi status gizi anak-anak. Mungin pada era Kabinet VIII Pimpinan Perdana Menteri Taur Matan Ruak, telah dilakukan banyak intervensi, sehingga telah menimbulkan banyak perubahan.
• Bias: Penggunaan data lama dapat mengabaikan dampak dari program-program pemerintah sebelumnya (baca: Kabinet VIII), dan akibat lebih lanjut dapat menyebabkan duplikasi upaya alias penggunaaan sumber daya yang tidak tepat sasaran, dan ini bisa menyebabkan pemerintah kurang fokus pada area yang sejatinya masih sangat membutuhkan perhatian dan intervensi nyata dari pemerintah.
e. Ketidakakuratan Prediksi
=======================
• Kelemahan: Jika pemerintah dan atau fihak UNMIC dan SUN berencana menggunakan data lama untuk membuat prediksi tentang prevalensi dan insidensi malnutrisi saat ini, dapat menghasilkan “estimasi” dan “asumsi” yang tidak akurat. Saya sengaja memberikan tanda kutip pada kata “estimasi” dan “asumsi”, karena kedua dixi ini sempat digunakan dr. Sergio Lobo, Sp.B, dalam intervensinya pada 9 Agustus 2024.
• Bias: Kesalahan dalam prediksi ini bisa mengarah pada alokasi sumber daya yang tidak tepat atau pengabaian daerah yang saat ini paling membutuhkan intervensi.
2. Akibat-akibat Lain Yang Mungkin Timbul
===================================
a. Program yang Tidak Tepat Sasaran
• Program penanggulangan malnutrisi yang dirancang berdasarkan data 4 tahun, ada kemungkinan besar tidak akan tepat sasaran, karena tidak mencerminkan kebutuhan dan kondisi saat ini. Hal ini dapat mengakibatkan alokasi sumber daya yang tidak efisien dan hasil yang kurang optimal. Misalnya dari data yang ditampilkan fihak UNMICS dengan mengacu kepada data hasil survey 4 tahun lalu, menempatkan Kabupaten Ermera sebagai wilayah dengan angka stunting tertinggi (78%). Pertanyaannya adalah; “Apakah setelah 4 tahun berlalu, Kabupaten Ermera masih tetap menempati urutan tertinggi?” Saya mempertanyakan hal ini, bukan karena saya berasal dari Ermera. Melainkan pertanyaan ini semoga dapat menggugah pemerintah untuk lebih bijak menggunakan data lama dalam merancang program-program penanggulangan malnutrisi.
b. Tidak Mencapai Kelompok Rentan
• Jika pemerintahan Pak Xanana dan atau fihak UNMICS atau fihak SUN merancang program penanggulangan malnutrisi dengan tidak memperhitungkan perubahan demografi dan epidemiologi berdasarkan data fresh, maka kelompok anak-anak yang paling rentan, mungkin tidak terjangkau. Hal ini dapat memperburuk ketidaksetaraan kesehatan dan gagal menurunkan prevalensi malnutrisi secara signifikan.
c. Ketidakmampuan Mengukur Dampak Intervensi
• Jika pemerintah menggunakan data lama untuk melakukan evaluasi, maka data lama tidak memungkinkan evaluasi yang tepat terhadap dampak intervensi yang telah dilakukan selama empat tahun terakhir, khususnya upaya-upaya penaggulangan yang dilakukan Kabinet VIII pimpinan Perdana Menteri Taur Matan Ruak. Tanpa data yang mutakhir (mutakhir dalam konteks, data itu baru, fresh, reliabel dan valid), maka sulit untuk menilai apakah program-program yang sudah berjalan setelah tahun 2020, efektif atau harus memerlukan penyesuaian?
d. Meningkatnya Ketidakpercayaan Publik
• Jika Pemerintah Kabinet IX merancang program memerangi malnutrisi hanya berdasarkan data lama, maka akan gagal mencapai hasil yang diinginkan, dan hal ini bisa menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah Kabinet IX, termasuk ketidak percayaan publik terhadap program kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Kepercayaan yang menurun dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam program-program masa depan.
e. Potensi Pemborosan Anggaran
============================
• Jika pemerintah Kabinet IX berencana mengalokasikan anggaran untuk mengatasi malnutrisi (baik program pencegahan maupun program penanggulangan), dengan hanya berpegang pada data 4 tahun lalu yang sudah tidak relevan, maka bisa mengarah pada pemborosan anggaran, di mana sumber daya dialokasikan untuk program yang tidak lagi diperlukan atau tidak memiliki dampak yang signifikan.
Bibliografi
1. Bhutta, Z. A., Das, J. K., Rizvi, A., Gaffey, M. F., Walker, N., Horton, S., Webb, P., Lartey, A., & Black, R. E. (2013). Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition: what can be done and at what cost? The Lancet, 382(9890), 452-477.
2. Black, R. E., Victora, C. G., Walker, S. P., Bhutta, Z. A., Christian, P., de Onis, M., Ezzati, M., Grantham-McGregor, S., Katz, J., Martorell, R., & Uauy, R. (2013). Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427-451.
3. Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2017). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
4. Indonesia Ministry of Health. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Ministerio da Saude Timor Leste. (2016). Relatoriu Estatistika Saude. Ministerio da Saude Timor Leste.
6. Ministerio da Saude Timor Leste. (2019). Relatoriu Annual Nutrisaun. Ministerio da Saude Timor Leste.
7. Nugroho, MR, Rambut N. Sasongko & Muhammad Kristiawan. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak Usia Dini Di Indonesia, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol.5,2 (2021), p.2269 - 2276.
8. Patton, M. Q. (2015). Qualitative research & evaluation methods (4th ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
9. Raza, A et al (2020). Conceptual Frame Work of Food Systems for Children and Adolescents. Elsevier.
10. Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. (2021). Laporan Baseline Program Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Sekretariat Wakil Presdien Republik Indonesia.
11. UNICEF. (2020). The State of the World's Children 2020: Children, Food and Nutrition. UNICEF.
12. UNICEF Timor Leste (2022). Unicef National Health Sector Nutrition Strategic Plan 2022-2026. UNICEF Timor Lsete.
13. World Health Organization (WHO). (2006). WHO Child Growth Standards: Length/Height-for-Age, Weight-for-Age, Weight-for-Length, Weight-for-Height and Body Mass Index-for-Age. WHO Press.
14. Yin, R. K. (2018). Case study research and applications: Design and methods (6th ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
Bersambung;
Catatan Kaki:
Artikel ini sudah ditayangkan di laman facebook saya pada tanggal 11 Agustus 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar