SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Senin, 21 Oktober 2019

APA KATA ILMUWAN INGGRIS RAYA TENTANG MORALITAS ORANG TIMOR PORTUGIS?



Di seri ke-2 artikel berjudul: Teatrum Gloriam Dei & Nasib Rektor UNPAZ", saya menyisipkan frasa "Selesaun Natureza" (Seleksi Alam).

Penyisipan frasa (terminologi) "Seleksi Alam", sengaja saya lakukan dengan tujuan untuk mengantarkan pembaca masuk ke seri ke-3 yang akan membahas thema sentral "Otoritas Moral", berkaitan dengan pemilihan pengganti (suksesor) Prof. Rama Metan.

Nah, sebelum menerbitkan seri ke-3 artikel tersebut, saya lebih dulu mengajak pembaca untuk mengenal sosok Alfred Russel Wallace, Ilmuwan Inggris Raya, yang memiliki "impresi" (kesan) tersendiri mengenai "moralitas orang Timor Portugis". Karena berbicara tentang terminologi "Seleksi Alam", kita tidak bisa mengabaikan peran sentral seorang Alfred Russel Wallace.


Alfred Russel Wallace pernah mengunjungi Kota Dili, Timor Portugis, pada tahun 1861. Tepatnya, ilmuwan yang pernah berada di Nusantara selama 8 tahun tersebut, pertama kali menapakkan kakinya di Kota Dili, pada 12 Januari 1861.

Selama 4 bulan tinggal di Dili, teman karib dr. Charles Darwin (yang menyatakan leluhur manusia berasal dari kera) itu memiliki kesan tersendiri mengenai "moralitas orang Timor Portugis", sebagaimana dituliskan dalam buku tebalnya yang berjudul; "The Malay Archipelago".

Saya menemukan buku tersebut di Toko Buku Gramedia Matahari Denpasar, pada 11 Januari 2010, saat saya mendapat mimpi aneh untuk harus mencari sebuah buku yang berkaitan dengan isu "Darah Pieta" di Bukit Jimbaran Bali, di mana "Darah Pieta" ini, akan menjadi referensi acuan untuk membahas thema sentral "Darah Dinasti" dan hubungannya dengan "nasib Rektor UNPAZ".

"Apa kata Tuan Wallace tentang moralitas orang Timor?"

Baca saja dulu biografi singkat Tuan Wallace berikut ini.

Siapa penemu teori evolusi? Semua pasti akan menjawab, Charles Darwin. Tak ayal, di negaranya, Darwin dianggap sebagai ilmuwan terbesar Inggris Raya. Padahal, ada lagi sosok yang amat berjasa membangun teori soal asal-usul manusia itu, yaitu: Alfred Russel Wallace.

Banyak orang yang meyakini, ilmuwan abad ke-19 itu, punya peran penting, bahkan menemukan frase "origin of spesies" -- atau asal-usul spesies, yang menjadi judul buku Darwin yang menggemparkan dunia. Wallace adalah "bapak evolusi yang terlupakan".

Ia juga dikenal dengan dengan konsep keanekaragaman warna dalam dunia fauna. Juga "efek Wallace", sebuah kesimpulan tentang bagaimana seleksi alam dapat memberikan kontribusi pada keanekaragaman dunia hewani.

Pria Inggris itu adalah seorang petualang, rajin melakukan penelitian lapangan. Di lembah Sungai Amazon, hingga Malay Archipelago, Kepulauan Melayu. Dari hasil penelitiannya, Wallace memulis buku berjudul, "The Malay Archipelago: The Land of The Orang-Utan, and The Bird of Paradise. A Narrative of Travel, With Sketches of Man and Nature".


Ia membagi Indonesia, yang bernama Hindia Belanda (Nusantara) kala itu, dengan Garis Wallace, ke dalam dua bagian berbeda.  Sekian lama diabaikan. Dan pada tahun 2013, hasil kerja keras Wallace dirayakan besar-besaran, dalam serangkaian acara yang berlangsung di Museum Sejarah Alam London, untuk memperingati 100 tahun setelah kematiannya, di tahun 1913.

Potret besarnya dipajang, dekat patung Darwin yang terkenal. Korespondensinya diunggah di internet. Tak ketinggalan, sejumlah spesimen penting dipamerkan.

Wallace dan Darwin sama-sama menjadi penulis artikel ilmiah yang pertama kali mengajukan teori seleksi alam pada tahun 1858, setahun sebelum buku Darwin "On the Origin of Species" terbit.
Kurator museum sekaligus ahli Wallace, Dr George Beccaloni mengatakan, ini momentum tepat untuk kembali mengingatkan atas jasa Wallace pada ilmu pengetahuan.

"Prestasi luar biasa Wallace tidak dihargai, ketika ia hidup bahkan hingga saat ini. Ia bahkan kerap dibayang-bayangi nama besar Darwin," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, (23/1/2013).

Terserang Demam di Halmahera. Lahir pada tahun 8 Januari1823, Alfred Russel Wallace adalah salah satu ilmuwan besar abad ke-19.

Bukan hanya karena ia ikut menemukan proses evolusi melalui seleksi alam bersama Charles Darwin pada tahun 1858, tapi kontribusi besarnya pada biologi, glasiologi, land reform, antropologi, etnografi , epidemiologi, dan astrobiologi.

Karya rintisannya soal biogeografi evolusi, studi tentang bagaimana tumbuhan dan hewan terdistribusi, membuatnya menjadi "Bapak Biogeografi Evolusi".

Suatu hari di bulan Februari 1858, ketika Wallace terkena serangan demam di Desa Dodinga di Pulau Halamahera yang terpencil, tiba-tiba ide tentang seleksi alam sebagai mekanisme perubahan evolusioner, terlintas di benaknya. Setelah cukup kuat, Wallace menulis esai rinci yang menjelaskan teori itu, lalu mengirimnya disertai surat pengantar kepada Charles Darwin, yang ia tahu dari korespondensi tertarik pada subjek evolusi.

Ia meminta Darwin untuk menyerahkan esai itu ke pengacara sekaligus geologi terkenal saat itu, Charles Lyell --jika Darwin menilainya pantas diterbitkan di jurnal terkemuka. Pemikiran itu menunjang teori evolusi yang dipopulerkan Darwin melalui bukunya "The Origin of Species" tahun 1859, satu tahun setelah penulisan makalah Wallace.

Pada tanggal 1 Juli 1858, kawan-kawan Darwin, Charles Lyell dan Joseph Hooker, merekayasa pertemuan ilmiah di Linnean Society dan mendeklarasikan Darwin dan Wallace sebagai penemu dasar evolusi.

Disadur dari sejumlah sumber.

Artikel di atas dapat diakses di laman face book saya. Klik saja link berikut ini;




Tidak ada komentar: