SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Jumat, 25 Februari 2022

DD

INVASI INDONESIA DEMI KITAB SUCI (BUKAN DEMI KONSTITUSI) 1


“Apakah Di Dalam Tubuh Partai Demokrat Ada Keturunan Daud-155?”

Pengantar Singkat

Judul utama tulisan ini adalah: INVASI INDONESIA DEMI KITAB SUCI (BUKAN DEMI KONSTITUSI), dengan sub judul: "Apakah Di Dalam Tubuh Partai Demokrat Ada Keturunan Daud-155?"

Sebagian dari tulisan ini berada berada di luar orbit, alias berada di luar nalar. Oleh karena itu, jika ada sebagian isi tulisan ini, kurang berkenan di hati dan pikiran Anda, maka hal itu terjadi bukan karena Bunda kita salah mengandung, tapi karena selera (perspektif) kita yang berbeda. Tulisan ini ingin menyoroti keterlibatan Indonesia atas Timor Leste, dari sudut yang berbeda, yang berhubungan erat dengan rancangan Allah. Tapi bukan rancangan manusia.

Artinya, ada sisi lain dari keterlibatan Indonesia atas sejarah Timor Leste, di mana invasi 7 Desember 1975 memang harus terjadi, karena berkaitan dengan rancangan Allah demi Kitab Suci. Tapi bukan rancangan manusia demi Konstitusi. Jika perspektif ini dipakai, maka pertanyaannya adalah; “Haruskah kita orang Timor Leste menyalahkan Indonesia atas invasi 7 Desember 1975?”

Pesan sentral dari tulisan ini adalah; “Keterlibatan Indonesia atas Timor Leste, karena Timor Leste ditakdirkan Allah sebagai “negara kerajaan”. Jika takdir Timor Leste adalah “negara republik”, maka Allah tidak akan mengijinkan invasi 7 Desember terjadi. Logika sederhananya adalah, tidak mungkin Allah tidak tahu saat Otoritas Jakarta (bersama Otoritas Amerika) merencanakan invasi 7 Desember. Allah pasti tahu. “Tapi kenapa Allah membiarkan invasi berdarah itu harus terjadi?” Dan jika benar bahwa invasi berdarah 7 Desember itu harus terjadi demi Kitab Suci, maka hasil Pemilihan Presiden 19 Maret 2022, tidak akan muncul figur baru. Percaya atau tidak, kita akan menyaksikannya bersama-sama.

==================================

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55: 8-9).

==================================

Hari ini, 21 Januari 2022. Tepat 5 tahun lalu, 21 Januari 2017, terjadi peristiwa aneh di Denpasar Bali. Peristiwa aneh tersebut berada di luar nalar. Karena sulit untuk menjelaskannya. Saya share kembali kejadian aneh 21 Januari 2017, dalam rangka ikut meramaikan “Konvensi Partai Demokrat” (PD), yang akan berlangsung besok, 22 Januari 2022, di mana Companheiro Mariano Assanami akan bertarung dengan Companheiro Adriano Loro-Mau, untuk memperebutkan “Kursi Capres”. Pemenang Konvensi, akan maju sebagai Kandidat Presiden dari Partai Demokrat, untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden Timor Leste, 19 Maret 2022.

APAKAH DI DALAM TUBUH PARTAI DEMOKRAT ADA KETURUNAN DAUD-155?

Hari itu, 21 Januari 2017, saya masih kos di Jl. Sidakarya Denpasar Selatan. Sekitar jam 3 sore Waktu Denpasar, saya sedang baringan di kos, setelah selesai berdo’a Koronka. Do’a Koronka, selalu saya jalani setiap pukul 3 sore. Di saat sedang berbaring itulah, saya tiba-tiba jatuh ke dalam keadaan “trance”. Dalam keadaan “trance”, saya melihat patung kecil Bunda Suci Perawan Maria seperti bergerak-gerak dan memancarkan sinar. Saya mengucek-ucek mataku. Saya berpikir, mungkin saya salah lihat, atau saya sedang mengalami halusinasi visual. Tapi anehnya patung kecil yang dibawa Suster Rosa dari Spanyol (tahun 2000) itu bergerak makin kencang dan cahaya yang dipancarkan dari patung kecil itu makin terang. Lalu tiba-tiba terjadilah sesuatu yang tidak perlu saya ceritakan di sini.

Setelah semuanya kembali normal, dan saya kembali sadar sepenuhnya, saya langsung mengambil patung kecil itu dan Kitab Suci, memasukkannya ke dalam tas. Lalu saya menelfon sahabatku, Companheiro Clemente Soares, Atase Perdagangan Timor Leste untuk Indonesia, yang kebetulan saat itu sedang berada di Denpasar. Setelah menelfon Companheiro Clemente, saya menelfon Companheiro Leonito Ribeiro, Atase Pendidikan Timor Leste untuk Indonesia, yang saat itu tinggal di Denpasar dan sedang mengikuti Pendidikan Doktoral/S3 Hukum, di Program Pascasarjana Universitas Udayana (UNUD).

Kami bertiga janjian bertemu di Rumah Makan TEMAN, yang terletak di kawasan Panjer Denpasar. Tak lama berselang, Companheiro Clemente tiba di kosku dan kami berdua langsung meluncur ke Rumah Makan TEMAN. Tiba di sana, Companheiro Leonito pun bergabung. Saat itu Rumah Makan TEMAN sedang sepi. Saya mengeluarkan patung kecil dan Kitab Suci dari tas dan meletakknya di atas meja. Melihat saya meletakkan patung kecil dan Kitab Suci di meja, kedua temanku bertanya; “Untuk apa ini?” Saya lalu menjelaskan bahwa, saya ingin menghadiri Kongres III Partai Demokrat yang akan diselenggarakan di Dili, tapi dengan syarat, jika di dalam tubuh Partai Demokrat, ada “KETURUNAN DAUD-155”. Jika tidak ada “KETURUNAN DAUD-155” di dalam tubuh Partai Demokrat, maka saya tidak diijinkan untuk menghadiri Kongres III Partai Demokrat.

Mendengar penjelasanku, kedua temanku saling menatap. Mungkin keduanya bergumam dalam hati, “Orang ini belum sembuh-sembuh juga”.

Lalu keduanya nyaris bersamaan bertanya; ”Tapi bagaimana caranya kita bisa tahu, apakah dalam tubuh Partai Demokrat, ada “KETURUNAN DAUD-155” atau tidak?”

“Nah, untuk mengetahui, apakah ada KETURUNAN DAUD-155 di tubuh Partai Demokrat atau tidak, maka saya membawa patung kecil ini dan Kitab Suci ini”. Jawab saya sambil menatap keduanya.

Saya membuka Kitab Suci bersampul hitam itu. Sampulnya terlihat sangat lusuh. Kitab tersebut terbitan tahun 1986. Diterbitkan oleh LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), TB (Terjemahan Baru). Kebetulan saya menemukan Kitab itu pada bulan Desember 2012, di sebuah gudang di Dili setelah mendapat petunjuk melalui mimpi aneh. Kitab itu berada di antara tumpukan buku-buku yang penuh debu. Saya langsung membuka Kitab ke-13, yaitu Kitab 1 Tawarikh, tepat di halaman 452. Dan membaca bagian sub judul yang berbunyi: “KETURUNAN DAUD-155”. Anda bisa melihat copy naskahnya dalam foto terlampir. Saya membacakan bagian KETURUNAN DAUD-155 secara utuh kepada kedua temanku. Mereka berdua mendengarkannya dengan seksama. Setelah selesai membaca, saya meletakkan kembali Kitab itu di atas meja, lalu saya mengambil patung kecil Bunda Suci Perawan Maria, meletakkannya di atas Kitab lusuh itu.

Setelah itu, saya mengeluarkan sebuah koin dari kantong bajuku. Saya memperlihatkan koin aneh itu kepada kedua sahabatku, yang tampak makin kepo. Saya memungut koin aneh itu di Apotik Kimia Farma yang terletak di Lampu Merah Sanglah Denpasar, pada 24 Februari 2009, dini hari. Juga karena mendapatkan pesan melalui mimpi. Saya menjelaskan kedua sisi koin itu kepada dua sahabatku. Sisi koin yang satu, tertera huruf “D”. Sementara sisi yang lain tidak tertulis huruf “D”. Nah, huruf “D” tersebut melambangkan nama “DAUD”.

Saya mengatakan kepada kedua sahabatku bahwa kami bertiga akan harus melemparkan koin itu sebanyak “444X” untuk mengetahui, apakah di dalam tubuh Partai Demokrat, ada KETURUNAN DAUD-155 atau tidak? Mendengar “444X”, kedua sahabatku mengernyitkan dahi mereka. Mungkin keduanya berpikir, “melemparkan sebanyak 444X itu ribet sekali. Kapan kelarnya?”

Saya lalu menjelaskan bahwa kami bertiga tidak harus melemparkan koin itu sebanyak “444X”. Tetapi masing-masing dari kami, akan mendapat giliran untuk melempar koin itu sebanyak 4X. Companheiro Leonito 4X, Companheiro Clemente 4X, dan saya sendiri 4X. Dengan demikian, terbentuklah formasi (triple) 444.

Nah, untuk memastikan bahwa di dalam tubuh Partai Demokrat, benar-benar ada “KETURUNAN DAUD-155”, maka hasil lemparan harus membentuk konfigurasi bilangan: 124, sesuai yang tertulis dalam Kitab Suci. Coba Anda perhatikan copy naskah Kitab Suci dalam foto terlampir. Di sana ada tertulis sub-judul KETURUNAN DAUD, lalu ada deretan angka-angka 3:124.

Angka 3 itu melambangkan kami bertiga. Sementara angka 124, adalah target yang harus kami penuhi. Artinya, orang pertama yang mendapat giliran melempar, harus memunculkan sisi yang tertulis huruf D 1X. Tidak boleh lebih dari 1X. Kalau huruf D muncul lebih dari 1X, maka lemparan tidak bisa diteruskan lagi, karena sudah langsung gagal.

Jika sisi koin yang tertulis huruf D muncul 1X, maka lemparan akan diteruskan. Orang kedua yang mendapat giliran melempar, harus memunculkan huruf D sebanyak 2X. Jika gagal memunculkan huruf D sebanyak 2X, maka lemparan tidak bisa diteruskan lagi. Tapi jika orang kedua berhasil memunculkan huruf D sebanyak 2X, maka lemparan dapat diteruskan orang ketiga. Orang ketiga yang mendapat giliran melempar, harus bisa memunculkan sisi yang tertulis huruf D sebanyak 4X. Dengan demikian, seluruh hasil lemparan sebanyak 444X, harus membentuk formasi 124. Jika hasil lemparan tidak membentuk konfigurasi bilangan 124, maka itu artinya, di dalam tubuh Partai Demokrat, tidak ada “KETURUNAN DAUD-155”. Jika tidak ada KETURUNAN DAUD-155, maka saya dilarang menghadiri Kongres III Partai Demokrat.

Mendengar penjelasanku, kedua sahabatku menarik nafas dalam dan memperlihatkan ekspresi pesimis. Rasanya nyaris mustahil, hal itu bisa terwujud. Bagaimana mungkin hasil lemparan 3 orang itu bisa membentuk formasi 124?? Kita tidak bisa mengendalikan jatuhnya koin. Lalu bagaimana memunculkan 124?

Saya mengajak kami berdoa dalam hati masing-masing, tetapi dengan mengajukan pertanyaan (sentral) yang sama kepada Allah; “Apakah di dalam tubuh Partai Demokrat, benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155?”

Setelah selesai berdo’a, saya mempersilahkan Companheiro Leonito Ribeiro yang melempar duluan. Dengan menarik nafas panjang, sahabatku itu, yang kini menjalani peran sebagai Dekan Fakultas Hukum Universidade da Paz (UNPAZ), mulai melakukan lemparan. Ternyata hasilnya mengejutkan. Sisi dengan huruf D muncul 1X, dan sisi yang bukan huruf D, muncul 3X. Terbentuklah formasi 1-3.

Lalu saya persilahkan temanku Companheiro Clemente untuk melakukan lemparan. Temanku itu menarik nafas panjang dan mulai melakukan lemparan sebanyak 4X. Dan ternyata hasilnya juga mengejutkan. Sisi yang tertulis hurud D, muncul 2X, sisi yang bukan tertulis huruf D, muncul 2X. Terbentuklah formasi 2-2.

Situasinya saat itu benar-benar menegangkan. Kami saling menatap tanpa suara. Saya yang paling tegang karena saya belum melakukan lemparan, dan nantinya saat melakukan 4X lemparan, hasil lemparanku harus memunculkan huruf D sebanyak 4X. Sisi yang bukan huruf D, tidak boleh satu kali pun muncul. Benar-benar nyaris mustahil. Ini sama saja dengan mengemban misi: “Impossible”.

Saya menggenggam koin itu erat-erat. Saya kembali mengucapkan doa dalam hati, sambil bertanya: “Ya Allah Yang Maha mengetahui segala rahasia. Apakah di dalam tubuh Partai Demokrat benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155?”

Setelah itu saya mulai melakukan lemparan. Saat itu saya merasakan jantungku berdegup makin kencang. Lemparan pertama, ternyata muncul sisi yang tertulis D. Puji TUHAN YESUS, gumamku dalam hati. Lemparan kedua, lagi-lagi muncul sisi yang tertulis huruf D. Puji TUHAN YESUS…Jantungku makin kencang berdenyut. Lemparan ketiga, lagi-lagi muncul sisi yang tertulis huruf D. Puji TUHAN YESUS…Jantungku makin kencang denyutannya. Hentakannya keras sekali. Tersisa satu kali lemparan lagi. Jika huruf D tidak muncul, habislah sudah. Ternyata….lemparan keempat, lagi-lagi muncul sisi yang tertulis huruf D. Puji TUHAN YESUS. Ternyata muncul huruf D sebanyak 4X.

Ini benar-benar mujizat. Pasti ada satu kekuatan supra (natural) di luar kami bertiga yang telah mengendalikan jatuhnya koin. Jika tidak, bagaimana mungkin muncul konfigurasi yang sama persis dengan formasi bilangan yang tertulis dalam Kitab Suci (124)?

Berdasarkan hasil lemparan di atas, maka dapat dipastikan bahwa di dalam tubuh Partai Demokrat, benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155. Jika tidak ada KETURUNAN DAUD-155 di negeri ini, maka Indonesia (Bersama Amerika), tidak akan memutuskan bersama-sama untuk melakukan invasi (berdarah) pada 7 Desember 1975. Dan berhubung ada KETURUNAN DAUD-155 di dalam tubuh Partai Demokrat, maka dapat dipastikan bahwa (maaf seribu maaf), pada Pilpres 19 Maret 2022, figur baru, alias figur yang belum pernah menjabat sebagai Presiden Republik, tidak akan berhasil muncul sebagai pemenang.

Maka pesanku kepada para Capres (muka baru) yang memiliki nyali untuk bertarung di Pilpres 19 Maret 2022, Anda sekalian harus berjuang keras untuk memastikan bahwa hasil lemparan di atas muncul karena Allah bermain dadu.

Pertanyaannya kini adalah; “Jika di dalam tubuh Partai Demokrat benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155, lalu siapakah orang itu sebenarnya?”

Bersambung;

Artikel ini sudah pernah ditayangkan di akun face book Antoninho Benjamim Monteiro, pada 21 Januari 2022. Bisa diklik di link berikut ini: https://www.facebook.com/search/top/?q=INVASI%20INDONESIA%20DEMI%20KITAB%20SUCI%20(BUKAN%20DEMI%20KONSTITUSI)

Rabu, 23 Februari 2022

BOLU AMU "MAUN" DEIT TAMBA LA-KOÑESE


Horiseik, 22 Fevereiru 2022, hau ba tuir Workshop iha Edifisiu INCT (Institutu Nasional Siensia & Teknolojia). Tuir loos laos hau mak ba tuir. Tamba konvite husi Sua Exelensia Prezidente INCT, Senhor Jose Cornelio Guterres, PhD, enkamiña ba Diretur APTA (Assosiasaun Peskizador Timor Anan), Dr. Julio Xavier. Mas komu Diretur APTA okupadu ho atividades seluk (preparasaun ba hala'o peskiza iha Munisipiu tolu: Dili, Likisa, no Ainaro, Koika husi Korea du Sul mak Funder), entaun hau mak tenki "cover" fali Diretur APTA nia fatin.

Ajenda Workshop hahuu tuku tolu lorokraik. Mas tuku rua ho balu deit, hau iha tiha ona Edifisiu Ian Martin Balide. Hau too iha neba, hau haree salaun Ian Martin nakonu ho Membrus STAE sira. Pur-volta de dez minutus, "Maun" ida ho nia karreta mutin tama ba area "parkiran". Maun nee tuun husi nia karreta, hakbesik aan ba hau hodi husu; "Fatin Workshop INCT mak nebe?" Hau hatudu ba Salaun Ian Martin nebe ema nakonu hela iha laran.

"Fatin Workshop mak nee Maun, mas STAE sira sei uza hela".


Afinal hau hatudu sala hela. Tamba fatin Workshop la'os iha neba, maibe iha Sala Enkontru INCT. Durante nee hau ba tuir atividades INCT, sempre iha Salaun Ian Martin. Nebe hau hau hanoin, fatin Workshop mak ne'e. Depois de hatudu tiha fatin ne ba Maun nee, hau mos la liga tiha Maun ne'e. Hau "sibuk" ho hau nia HP. Tamba hau la koñese Maun nee see los?

La kleur, Maun nee hakbesiak aan fali mai hau hodi dehan, "Fatin Workshop la'os iha nee karik?"

Maun dehan nune tamba falta deit ona sinku minutus Workshop atu komesa, mas ema sira atu tuir Workshop ladauk mosu, "selain" hau ho "Maun" nee. Entaun amirua komesa preokupa buka fatin. Hau ho "Maun" nee la'o fali ba sorin, hakat uitoan ba leten, amirua haree DR. Valentim Ximenes (Dosente Senior UNTL) hamriik hela, telfone hela. Hau fo tiha "boa tarde" ba DR. Valentim, sambil husu: "Deskulpa enkomoda. Atu husu lai, fatin Workshop mak nebe?"

DR. Valentim hatudu loos odamatan ida ba hau ("Fatin Workshop mak nee. Tama deit husi odamatan nee").

Prontu hau ho "Amaun" dudu odamatan, hakat tama ba. Ami rua la'o ba to iha Sala Enkontru INCT, asin-ke dudu odamatan, haree ba, Prof. Dionisio Babo,PhD ho Prof. Aurelio Guterres,PhD (Eis Reitor UNTL) tuur hela iha laran. Professor nain rua ne'e aleinde Akademikus, sira rua mos Eis MNEK hotu. Hau ho "Maun" kaer liman tiha ho DR. Dionisio Babo no DR. Aurelio, hau rona ba sa, DR. Dionisio Babo dehan fali nune'e ba "Maun" ne'e: "Boa tarde Amu". Hau hakfodak loos. Heera...afinal "Maun" nee "Amu" ida.


Depois DR. Dionisio "persilahkan ami-rua tuur. "Ami rua tuur "berdampingan" tiha. Hau "sitting nicely" loos iha Amu nia sorin. Bele haree iha fotografia anexu. Mas hau nia laran sa "gado-gado" loos. La kleur Reitor UNTL, Prof. dr. João Soares Martins,PhD.,MPH, to'o. La kleur Reitor JSU (João Saldanha University), Prof. João Saldanha,PhD ho DR. João Noronha to'o.

Pas tuku tolu, Workshop komesa. DR. Dionisio mak loke. Partisipantes malae sira, inklui Key Speakers sira hanesan: Prof. Paula Morais, Prof. Amitav Rath, Prof. Ron Dekker, sira tuir via "daring". Inklui Prof. Benjamin de Araujo Corte Real,PhD (Eis Reitor UNTL) tuir via "daring".


DR. Dionisio loke tiha, no fo oportunidade ba parteripantes sira marka presenza iha Sala Enkontru INCT, ida-idak introduz nia aan ba forum uza Lian Kemak. To'o hau nia "giliran", hau mos introduz hau nia aan uza micophone. Tuir lolos hau labele uza microphone. Tamba durante Virus SARS-CoV2 espalla iha mundu tomak, no kauza moras bolu naran COVID-19 (Corona Virus Disease 2019), hau la uza microphone ho razaun, hau ladauk vasina. Ladauk vasina, risku mak ne;e, iha possibilidade hau bele transmite Virus (SARS-CoV-2) ba ema seluk, ou ema seluk bele transmitee Virus (SARS-CoV-2) mai hau, tamba iha momentu ema uza microphone, sira nia "droplet" (percikan air liur) menempel hela iha microphone nia lolon. Bazeia ba estudus balun, deteta katak, "Sharing microphone (berbagi mike) bele sai hanesan medium nebe potensia transmite Virus SARS-CoV-2". Mas problema ne'e, se hau la uza microphone, oinsa ema sira tuir Workshop "secara daring" bele rona hau nia lian? "Terpaksa" hau uza deit ona microphone. Ladiak mak ladiak ba.

Nah, iha momentu ida-idak introduz nia aan ho Lian Kemak ne'e mak, hau foin hatene, afinal "Amaun" ne;e, la'os "Amu" deit, maibee "Amaun" nee mak Reitor UCT (Universidade Católica Timorense). Heeraa kai...Hau rona tiha Amu nee mak Reitor UCT, hau nia laran "semakin gado-gado".

Karik Magnifiku Reitor UCT le'e artigu ida ne'e, hau husu deskulpa. "Deskula Amu. Hau beik sala...hau beik sala la diak liu".

Ami atu fila, DR. Dionisio Babo husu loos hau: "Antoninho, bain rua, 24 Fevereiru, mai fali hodi tuir Workshop kona-ba Repository".

Hau hatan, diak. Workshop dia 24 Fevereiru ne'e ho thema "National Digital Repository". Karik Maginifiku Reitor UCT mak aban tuir hotu fali, kala "Beliau" haree hau sente oinsa loss e??

SUJESTAUN

Hau nia impresaun pesoal, depois de tuir Workshop horisek, sente onradu tebes, tamba sikat aan loos iha "Komunidade PhD sira nia leet". Ema mesak VVIP tan-tanan deit iha area Akedemika Timor Leste mak horiseik nakonu iha Sala Enkontru INCT. "Kaya'nya so hau mesak deit mak la ho gelar PhD".

Aproveita oportunidade ida ne'e, atan hau atu fo sujestaun deit. Deskulpa-la Sua Exelensia Prezidente INCT. Karik bele, aloka hela orsamentu uitoan hodi loke tan espasu ba "Sala Enkontru INCT".

Ba hau, INCT ne'e Instituisaun importante ida, iha nasaun Timor Leste. Mas ninia Sala Enkontru kloot loos. Ita tuur sena malu fali hanesan ikan iha bote laran. Ne'e ita atu halo tuir protokolu Misnisteriu Saude, hanesan: physical distancing, la hetan. Ainda mais, iha Timor Leste ne'e, moras TBC mos barak. Prof. Nelson Martins,PhD (Eis Ministru Saude + Guru Besar UNPAZ) dehan; "Iha Timor Leste, kada loron, ema nain 3 mate tamba moras TBC". TBC ne'e klasifikadu nudar "Airborne disease" (penyakit yang ditularkan melalui udara").


Tuur sena malu ne'e risku boot, la'os deit bele transmite Virus SARS CoV-2, bele mos transmite moras TBC. Pulmaun fraku hanesan ami sira ne'e risku boot tebe-tebes. Sorte emar sira horiseik halo parte iha Workshop ne'e, mai husi klasse sosial mediu ba leten. See mai husi klasse sosial grass root (akar rumput), nee risku boot, tamba moras TBC nee dominante emar kiak sira. Entretantu, atu kombate moras TBC iha Timor Leste, la'os prepara deit aimoruk hodi kombate TBC iha nivel Kurativu, maibee iha nivel promosaun no prevensaun, oinsa governu no estadu Timor Leste tenki kria politik diak ida hoti kombate kiak iha sosiedade Timor Leste. Kombate kiak hanesan mos parte intgeral ida husi prevene moras TBC.

Horiseik nee, so Prof. João Martins ho hau mak uza maskara. Bele haree iha foto "miring" ida hau anexu iha nee. "La hatene tamba saida? Sera-ke tamba amirua nia background estudus iha area Medisina? Ou tamba amirua tauk moras COVID 19? Nobody knows. Only God knows.

"Peace...Mr. President......!!!"






Senin, 21 Februari 2022

XANANA BUKAN RAMOS HORTA - RAMOS HORTA BUKAN XANANA

Sampai detik ini, saya masih konsisten menjaga "imparsialitas" saya di antara Capres nomor urut 6 dan 14. Maka dengan segala kerendahan hati, saya ingatkan teman-teman yang membaca artikel-artikel saya, khususnya artikel yang berkaitan dengan Pilpres 2022, untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan.

Tadi, saya posting artikel berjudul: "Mampukah Pak Xanana dan CNRT membawa Prof. Ramos Horta menduduki Istana Aitarak Laran". Ada beberapa sahabat yang setelah membaca artikel tersebut, langsung menarik kesimpulan bahwa Presiden Lu Olo lah yang akan memenangkan Pilpres 2022. Padahal dalam artikel tersebut, saya tidak mengeluarkan pernyataan defenitif, tentang pemenang Pilpres 2022.

Pak Xanana itu bukan Prof. Ramos Horta. Prof. Ramos Horta juga bukan Pak Xanana. Keduanya beda nama dan beda nasib. Dengan demikian, jika Pak Xanana tidak bersedia menandatangani Perjanjian Yosua pada 12 Mei 2018, lalu kenapa Prof. Ramos Horta yang harus dihukum untuk tidak memenangkan Pilpres 2022.

Lagi pula, jika Pak Xanana tidak menandatangani Perjanjian Yosua, mengapa Presiden Lu Olo yang harus menikmati kemenangan Pilpres 2022? Apakah Presiden Lu Olo yang telah menandatangani Perjanjian Yosua? Jangankan menandatangani Perjanjian Yosua, membaca saja pun, Presiden Lu Olo tidak pernah melakukannya. Sementara, Pak Xanana, walau tidak bersedia menandatangani Perjanjian Yosua, tetapi Beliau "bela-belain" mengunjungi Rumah Tua Yosua sebanyak 2X (kunjungan pertama, 28 April 2018 dan kunjungan kedua, 12 Mei 2018), dan membaca berulang-ulang naskah Perjanjian Yosua. Ini perbedaannya. Dan perbedaan ini, akan menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi ALLAH.

Seandainya, sekali lagi seandainya, ALLAH harus menghukum Pak Xanana karena tidak bersedia menandatangani Perjanjian Yosua, maka bukan dengan cara "menghukum Prof. Ramos Horta harus kalah di Pilpres 2022". Tetapi menghukum dengan cara lain, misalnya, Fretilin yang memenangkan Pemilihan Parlamen 2023, dan bukan CNRT, sebagai konsekuensi karena Pak Xanana menolak menandatangani Perjanjian Yosua.

"Masa yang menolak menandatangani Perjanjian Yosua adalah Pak Xanana, yang harus dihukum Prof. Ramos Horta yang tidak tahu apa-apa tentang perjanjian itu?"

CAPRES BARU TIDAK MASUK DALAM RANCANGAN ALLAH

Ada sahabat yang menanyakan, kenapa nomor urut yang dibahas, dan bahkan dikait-kaitkan dengan Kitab Suci, hanya nomor urut Presiden Lu Olo dan Prof. Ramos Horta (614). Sementara nomor urut Capres lain tidak dibahas?"

Maaf beribu maaf. Para Capres baru, tidak masuk dalam "Rancangan ALLAH". Lagi pula, nomor urut yang terletak di atas meja Xefe Gabinete Ministeriu Asuntus Kombatentes Libertasaun Nasional (MAKLN), hanya nomor urut 614. Sementara nomor urut para Capres baru, berada jauh di luar orbit.

Pada 7 Juli 2020 (bukan 7 Juli 2021), saya telah menyinggung mengenai "Perjanjian Bintang Daud". Itu artinya, melalui atribusi kalimat judul "Perjanjian Bintang Daud" yang diterbitkan pada 7 Juli 2020 (sebagaimana dapat Anda baca di artikel yang saya share kembali di laman face book saya hari ini), saya telah menyampaikan pesan (implisit) bahwa di pilpres 2022, tidak akan muncul pemenang pilpres berwajah baru.

Bintang Daud itu hanya memiliki "6 sudut" dan "enam sisi" (Hexagonal). Maka jika pemenang Pilpres 2022 adalah wajah baru, itu artinya muncul orang ke-7. Lalu di sudut dan sisi Bintang Daud yang manakah, Presiden ke-7 harus mendapatkan tempat?

Kesimpulannya: "Keikut-sertaan para capres baru di Pilpres 2022, adalah karena Konstitusi. Bukan karena Kitab Suci". Terima-kasih.