Dalam dunia demokrasi, kemenangan bukan ditentukan oleh kebenaran, tapi ditentukan oleh kepentingan (mayoritas). Bukan hanya itu, demokrasi juga bisa merubah orang menjadi hipokrit.
Contoh:
Data demografi memperlihatkan bahwa di atas 95% rakyat Timor
Leste beragama Katplik Roma. Tapi kenapa, voting di Parlamen Nasional (PN)
untuk menentukan apakah Presiden Lu-Olo boleh mengunjungi Paus atau tidak,
malah mengalami kekalahan? Apakah Anggota PN yang mengikuti voting, lebih
banyak yang bukan Katolik Roma?
Selain itu, demokrasi itu buta dan kejam. Bayangkan, orang yang bergelar Professor Doktor, bahkan berstatus Akademisi, malah kalah dengan lawan yang hanya tamatan SD, dalam pemilihan presiden.