SELAMAT DATANG
Cari Blog ini
Formulir Kontak
Halaman
Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling
Rabu, 09 Maret 2022
Sabtu, 05 Maret 2022
PERJANJIAN CAWAN KRISTUS NE'EBE LORI DR. LU-OLO BA TÚR IHA PALÁSIU AITARAK LARAN NE'E NAI MAROMAK NIA OBRAS ("Rama Cristo Hetan Buat Rahun Ruma Husi Dr. Lu-Olo Kalae?")
Ohin, 5 Marsu 2022. Iha tinan neen (6) liu ba, 5 Marsu 2016, "Perjanjian Cawan Kristus" moris iha Bali. Kerdizerke, ohin, 5 Marsu 2022, aniversariu "Perjanjian Cawan Kristus" ba dala neen (6). Entretantu "Perjanjian Cawan Kristus" ne'e, moris tinan ida antes Eleisoens Prezidensial 20 Marsu 2017.
Perguntas mak ne'e; "Iha Marsu 2016 ne'e, seloos mak hatene
ona katak Dr. Lu-Olo mak atu sai manan nain iha Eleisoens Prezidensial 2017?
Nein ema ida hatene? Nein nada. Iha Marsu 2016 ne'e, seloos mak hatene ona
katak Maun Boot Kayrala Xanana atu tula liman ba Dr. Lu-Olo?" Nein ema ida
mak hatene. Nein nada. Tamba iha momentu neba buat hotu sei iha nakukun laran.
Tamba nee mak asinke hau publika Perjanjian Cawan Kristus iha 5 Marsu 2016, ema barak insulta no tolok hau rahun didiak. Imajina deit, distansia tempu husi 5 Marsu 2016, mai to'o iha loron votasaun, 20 Marsu 2017, ne'e lori loron atus tolu ualu nulu (380). Tinan ida resin kedan. Buat hotu sei iha hela nakukun laran hela. Ne'ebe ema tolok mos kala hau pasiensia simu deit ona.
Rabu, 02 Maret 2022
Jumat, 25 Februari 2022
INVASI INDONESIA DEMI KITAB SUCI (BUKAN DEMI KONSTITUSI) 1
“Apakah Di Dalam Tubuh Partai Demokrat Ada Keturunan Daud-155?”
Pengantar
Singkat
Judul utama
tulisan ini adalah: INVASI INDONESIA DEMI KITAB SUCI (BUKAN DEMI KONSTITUSI),
dengan sub judul: "Apakah Di Dalam Tubuh Partai Demokrat Ada Keturunan
Daud-155?"
Sebagian dari
tulisan ini berada berada di luar orbit, alias berada di luar nalar. Oleh
karena itu, jika ada sebagian isi tulisan ini, kurang berkenan di hati dan
pikiran Anda, maka hal itu terjadi bukan karena Bunda kita salah mengandung,
tapi karena selera (perspektif) kita yang berbeda. Tulisan ini ingin menyoroti
keterlibatan Indonesia atas Timor Leste, dari sudut yang berbeda, yang
berhubungan erat dengan rancangan Allah. Tapi bukan rancangan manusia.
Artinya, ada
sisi lain dari keterlibatan Indonesia atas sejarah Timor Leste, di mana invasi
7 Desember 1975 memang harus terjadi, karena berkaitan dengan rancangan Allah
demi Kitab Suci. Tapi bukan rancangan manusia demi Konstitusi. Jika perspektif
ini dipakai, maka pertanyaannya adalah; “Haruskah kita orang Timor Leste
menyalahkan Indonesia atas invasi 7 Desember 1975?”
Pesan sentral
dari tulisan ini adalah; “Keterlibatan Indonesia atas Timor Leste, karena Timor
Leste ditakdirkan Allah sebagai “negara kerajaan”. Jika takdir Timor Leste
adalah “negara republik”, maka Allah tidak akan mengijinkan invasi 7 Desember
terjadi. Logika sederhananya adalah, tidak mungkin Allah tidak tahu saat
Otoritas Jakarta (bersama Otoritas Amerika) merencanakan invasi 7 Desember.
Allah pasti tahu. “Tapi kenapa Allah membiarkan invasi berdarah itu harus
terjadi?” Dan jika benar bahwa invasi berdarah 7 Desember itu harus terjadi
demi Kitab Suci, maka hasil Pemilihan Presiden 19 Maret 2022, tidak akan muncul
figur baru. Percaya atau tidak, kita akan menyaksikannya bersama-sama.
==================================
“Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55: 8-9).
==================================
Hari ini, 21
Januari 2022. Tepat 5 tahun lalu, 21 Januari 2017, terjadi peristiwa aneh di
Denpasar Bali. Peristiwa aneh tersebut berada di luar nalar. Karena sulit untuk
menjelaskannya. Saya share kembali kejadian aneh 21 Januari 2017, dalam rangka
ikut meramaikan “Konvensi Partai Demokrat” (PD), yang akan berlangsung besok,
22 Januari 2022, di mana Companheiro Mariano Assanami akan bertarung dengan
Companheiro Adriano Loro-Mau, untuk memperebutkan “Kursi Capres”. Pemenang
Konvensi, akan maju sebagai Kandidat Presiden dari Partai Demokrat, untuk
bertarung dalam Pemilihan Presiden Timor Leste, 19 Maret 2022.
APAKAH DI DALAM TUBUH PARTAI DEMOKRAT ADA KETURUNAN DAUD-155?
Hari itu, 21
Januari 2017, saya masih kos di Jl. Sidakarya Denpasar Selatan. Sekitar jam 3
sore Waktu Denpasar, saya sedang baringan di kos, setelah selesai berdo’a
Koronka. Do’a Koronka, selalu saya jalani setiap pukul 3 sore. Di saat sedang
berbaring itulah, saya tiba-tiba jatuh ke dalam keadaan “trance”. Dalam keadaan
“trance”, saya melihat patung kecil Bunda Suci Perawan Maria seperti
bergerak-gerak dan memancarkan sinar. Saya mengucek-ucek mataku. Saya berpikir,
mungkin saya salah lihat, atau saya sedang mengalami halusinasi visual. Tapi
anehnya patung kecil yang dibawa Suster Rosa dari Spanyol (tahun 2000) itu
bergerak makin kencang dan cahaya yang dipancarkan dari patung kecil itu makin
terang. Lalu tiba-tiba terjadilah sesuatu yang tidak perlu saya ceritakan di
sini.
Setelah semuanya
kembali normal, dan saya kembali sadar sepenuhnya, saya langsung mengambil
patung kecil itu dan Kitab Suci, memasukkannya ke dalam tas. Lalu saya menelfon
sahabatku, Companheiro Clemente Soares, Atase Perdagangan Timor Leste untuk
Indonesia, yang kebetulan saat itu sedang berada di Denpasar. Setelah menelfon
Companheiro Clemente, saya menelfon Companheiro Leonito Ribeiro, Atase
Pendidikan Timor Leste untuk Indonesia, yang saat itu tinggal di Denpasar dan
sedang mengikuti Pendidikan Doktoral/S3 Hukum, di Program Pascasarjana
Universitas Udayana (UNUD).
Kami bertiga
janjian bertemu di Rumah Makan TEMAN, yang terletak di kawasan Panjer Denpasar.
Tak lama berselang, Companheiro Clemente tiba di kosku dan kami berdua langsung
meluncur ke Rumah Makan TEMAN. Tiba di sana, Companheiro Leonito pun bergabung.
Saat itu Rumah Makan TEMAN sedang sepi. Saya mengeluarkan patung kecil dan
Kitab Suci dari tas dan meletakknya di atas meja. Melihat saya meletakkan
patung kecil dan Kitab Suci di meja, kedua temanku bertanya; “Untuk apa ini?”
Saya lalu menjelaskan bahwa, saya ingin menghadiri Kongres III Partai Demokrat
yang akan diselenggarakan di Dili, tapi dengan syarat, jika di dalam tubuh
Partai Demokrat, ada “KETURUNAN DAUD-155”. Jika tidak ada “KETURUNAN DAUD-155”
di dalam tubuh Partai Demokrat, maka saya tidak diijinkan untuk menghadiri Kongres
III Partai Demokrat.
Mendengar
penjelasanku, kedua temanku saling menatap. Mungkin keduanya bergumam dalam
hati, “Orang ini belum sembuh-sembuh juga”.
Lalu keduanya
nyaris bersamaan bertanya; ”Tapi bagaimana caranya kita bisa tahu, apakah dalam
tubuh Partai Demokrat, ada “KETURUNAN DAUD-155” atau tidak?”
“Nah, untuk
mengetahui, apakah ada KETURUNAN DAUD-155 di tubuh Partai Demokrat atau tidak,
maka saya membawa patung kecil ini dan Kitab Suci ini”. Jawab saya sambil
menatap keduanya.
Saya membuka
Kitab Suci bersampul hitam itu. Sampulnya terlihat sangat lusuh. Kitab tersebut
terbitan tahun 1986. Diterbitkan oleh LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), TB
(Terjemahan Baru). Kebetulan saya menemukan Kitab itu pada bulan Desember 2012,
di sebuah gudang di Dili setelah mendapat petunjuk melalui mimpi aneh. Kitab
itu berada di antara tumpukan buku-buku yang penuh debu. Saya langsung membuka
Kitab ke-13, yaitu Kitab 1 Tawarikh, tepat di halaman 452. Dan membaca bagian
sub judul yang berbunyi: “KETURUNAN DAUD-155”. Anda bisa melihat copy naskahnya
dalam foto terlampir. Saya membacakan bagian KETURUNAN DAUD-155 secara utuh
kepada kedua temanku. Mereka berdua mendengarkannya dengan seksama. Setelah
selesai membaca, saya meletakkan kembali Kitab itu di atas meja, lalu saya
mengambil patung kecil Bunda Suci Perawan Maria, meletakkannya di atas Kitab
lusuh itu.
Setelah itu,
saya mengeluarkan sebuah koin dari kantong bajuku. Saya memperlihatkan koin
aneh itu kepada kedua sahabatku, yang tampak makin kepo. Saya memungut koin aneh
itu di Apotik Kimia Farma yang terletak di Lampu Merah Sanglah Denpasar, pada
24 Februari 2009, dini hari. Juga karena mendapatkan pesan melalui mimpi. Saya
menjelaskan kedua sisi koin itu kepada dua sahabatku. Sisi koin yang satu,
tertera huruf “D”. Sementara sisi yang lain tidak tertulis huruf “D”. Nah,
huruf “D” tersebut melambangkan nama “DAUD”.
Saya mengatakan
kepada kedua sahabatku bahwa kami bertiga akan harus melemparkan koin itu
sebanyak “444X” untuk mengetahui, apakah di dalam tubuh Partai Demokrat, ada
KETURUNAN DAUD-155 atau tidak? Mendengar “444X”, kedua sahabatku mengernyitkan
dahi mereka. Mungkin keduanya berpikir, “melemparkan sebanyak 444X itu ribet
sekali. Kapan kelarnya?”
Saya lalu menjelaskan bahwa kami bertiga tidak harus melemparkan koin itu sebanyak “444X”. Tetapi masing-masing dari kami, akan mendapat giliran untuk melempar koin itu sebanyak 4X. Companheiro Leonito 4X, Companheiro Clemente 4X, dan saya sendiri 4X. Dengan demikian, terbentuklah formasi (triple) 444.
Nah, untuk memastikan
bahwa di dalam tubuh Partai Demokrat, benar-benar ada “KETURUNAN DAUD-155”,
maka hasil lemparan harus membentuk konfigurasi bilangan: 124, sesuai yang
tertulis dalam Kitab Suci. Coba Anda perhatikan copy naskah Kitab Suci dalam
foto terlampir. Di sana ada tertulis sub-judul KETURUNAN DAUD, lalu ada deretan
angka-angka 3:124.
Angka 3 itu
melambangkan kami bertiga. Sementara angka 124, adalah target yang harus kami
penuhi. Artinya, orang pertama yang mendapat giliran melempar, harus
memunculkan sisi yang tertulis huruf D 1X. Tidak boleh lebih dari 1X. Kalau
huruf D muncul lebih dari 1X, maka lemparan tidak bisa diteruskan lagi, karena
sudah langsung gagal.
Jika sisi koin
yang tertulis huruf D muncul 1X, maka lemparan akan diteruskan. Orang kedua yang
mendapat giliran melempar, harus memunculkan huruf D sebanyak 2X. Jika gagal
memunculkan huruf D sebanyak 2X, maka lemparan tidak bisa diteruskan lagi. Tapi
jika orang kedua berhasil memunculkan huruf D sebanyak 2X, maka lemparan dapat
diteruskan orang ketiga. Orang ketiga yang mendapat giliran melempar, harus
bisa memunculkan sisi yang tertulis huruf D sebanyak 4X. Dengan demikian,
seluruh hasil lemparan sebanyak 444X, harus membentuk formasi 124. Jika hasil
lemparan tidak membentuk konfigurasi bilangan 124, maka itu artinya, di dalam
tubuh Partai Demokrat, tidak ada “KETURUNAN DAUD-155”. Jika tidak ada KETURUNAN
DAUD-155, maka saya dilarang menghadiri Kongres III Partai Demokrat.
Mendengar
penjelasanku, kedua sahabatku menarik nafas dalam dan memperlihatkan ekspresi
pesimis. Rasanya nyaris mustahil, hal itu bisa terwujud. Bagaimana mungkin
hasil lemparan 3 orang itu bisa membentuk formasi 124?? Kita tidak bisa
mengendalikan jatuhnya koin. Lalu bagaimana memunculkan 124?
Saya mengajak
kami berdoa dalam hati masing-masing, tetapi dengan mengajukan pertanyaan
(sentral) yang sama kepada Allah; “Apakah di dalam tubuh Partai Demokrat,
benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155?”
Setelah selesai
berdo’a, saya mempersilahkan Companheiro Leonito Ribeiro yang melempar duluan.
Dengan menarik nafas panjang, sahabatku itu, yang kini menjalani peran sebagai
Dekan Fakultas Hukum Universidade da Paz (UNPAZ), mulai melakukan lemparan.
Ternyata hasilnya mengejutkan. Sisi dengan huruf D muncul 1X, dan sisi yang
bukan huruf D, muncul 3X. Terbentuklah formasi 1-3.
Lalu saya
persilahkan temanku Companheiro Clemente untuk melakukan lemparan. Temanku itu
menarik nafas panjang dan mulai melakukan lemparan sebanyak 4X. Dan ternyata
hasilnya juga mengejutkan. Sisi yang tertulis hurud D, muncul 2X, sisi yang
bukan tertulis huruf D, muncul 2X. Terbentuklah formasi 2-2.
Situasinya saat
itu benar-benar menegangkan. Kami saling menatap tanpa suara. Saya yang paling
tegang karena saya belum melakukan lemparan, dan nantinya saat melakukan 4X
lemparan, hasil lemparanku harus memunculkan huruf D sebanyak 4X. Sisi yang
bukan huruf D, tidak boleh satu kali pun muncul. Benar-benar nyaris mustahil.
Ini sama saja dengan mengemban misi: “Impossible”.
Saya menggenggam
koin itu erat-erat. Saya kembali mengucapkan doa dalam hati, sambil bertanya:
“Ya Allah Yang Maha mengetahui segala rahasia. Apakah di dalam tubuh Partai
Demokrat benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155?”
Setelah itu saya
mulai melakukan lemparan. Saat itu saya merasakan jantungku berdegup makin
kencang. Lemparan pertama, ternyata muncul sisi yang tertulis D. Puji TUHAN
YESUS, gumamku dalam hati. Lemparan kedua, lagi-lagi muncul sisi yang tertulis
huruf D. Puji TUHAN YESUS…Jantungku makin kencang berdenyut. Lemparan ketiga,
lagi-lagi muncul sisi yang tertulis huruf D. Puji TUHAN YESUS…Jantungku makin
kencang denyutannya. Hentakannya keras sekali. Tersisa satu kali lemparan lagi.
Jika huruf D tidak muncul, habislah sudah. Ternyata….lemparan keempat,
lagi-lagi muncul sisi yang tertulis huruf D. Puji TUHAN YESUS. Ternyata muncul
huruf D sebanyak 4X.
Ini benar-benar
mujizat. Pasti ada satu kekuatan supra (natural) di luar kami bertiga yang
telah mengendalikan jatuhnya koin. Jika tidak, bagaimana mungkin muncul
konfigurasi yang sama persis dengan formasi bilangan yang tertulis dalam Kitab
Suci (124)?
Berdasarkan hasil lemparan di atas, maka dapat dipastikan bahwa di dalam tubuh Partai Demokrat, benar-benar ada KETURUNAN DAUD-155. Jika tidak ada KETURUNAN DAUD-155 di negeri ini, maka Indonesia (Bersama Amerika), tidak akan memutuskan bersama-sama untuk melakukan invasi (berdarah) pada 7 Desember 1975. Dan berhubung ada KETURUNAN DAUD-155 di dalam tubuh Partai Demokrat, maka dapat dipastikan bahwa (maaf seribu maaf), pada Pilpres 19 Maret 2022, figur baru, alias figur yang belum pernah menjabat sebagai Presiden Republik, tidak akan berhasil muncul sebagai pemenang.
Maka pesanku
kepada para Capres (muka baru) yang memiliki nyali untuk bertarung di Pilpres
19 Maret 2022, Anda sekalian harus berjuang keras untuk memastikan bahwa hasil
lemparan di atas muncul karena Allah bermain dadu.
Pertanyaannya
kini adalah; “Jika di dalam tubuh Partai Demokrat benar-benar ada KETURUNAN
DAUD-155, lalu siapakah orang itu sebenarnya?”
Bersambung;
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di akun face book Antoninho Benjamim Monteiro, pada 21 Januari 2022. Bisa diklik di link berikut ini: https://www.facebook.com/search/top/?q=INVASI%20INDONESIA%20DEMI%20KITAB%20SUCI%20(BUKAN%20DEMI%20KONSTITUSI)