Oleh: Rama Cristo.
A. Prefasi
Pendidikan formal yang tinggi, lulusan Universitas ternama,
dengan gelar akademis mentereng, pangkat dan jabatan dengan kekuasaan tanpa
batas, kekayaan materi(al) yang berlimpah (tabungan dolar menumpuk di bank,
mobil mewah dengan merek branded berderet di garasi, rumah bertingkat yang
terlihat amat mencolok karena terletak di tengah-tengah gubuk-gubuk derita kaum
miskin), ditambah nama besar dengan segala popularitasnya, ditambah selingkuhan
yang ada di mana-mana, kesemuanya itu akan membuat kita lupa diri dan akhirnya
merubah kita dari manusia yang sebelumnya rendah hati, menjadi manusia yang
sangat arogan karena ego kita semakin sulit dikontrol, sebab ego kita telah
melambung jauh ke angkasa raya.
Maka kita menganggap orang-orang di sekitar kita tidak ada apa-
apanya. Omongan mereka dianggap angin lalu. Kata-kata mereka dianggap cocok sebagai vacum cleaner pengisap debu keset kita. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Padahal yang mereka sampaikan adalah Pesan Ilahi. Mereka hanyalah alat yang digunakan ALLAH untuk menyempaikan PesaNya. Buktinya kata-kata yang mereka ucapkan, mampu menimbulkan mujizat nyata. Tapi karena mereka bukan siapa-siapa seperti kita, maka apa yang mereka sampaikan walaupun menimbulkan kejadian aneh, tidak ada gunanya. Bahkan kita akan menganggap mereka orang gila. Karena kita lebih fokus kepada siapa mereka? Bukan fokus kepada apa yang mereka sampaikan.Coba misalnya, yang menyampaikan pesan itu adalah seorang Paus,
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma: "Tambahkanlah satu huruf ke dalam
akronim UNPAZ, agar ALLAH memperpanjang usia Rektor UNPAZ". Pasti pesan
tersebut akan langsung mendatangkan kehebohan, meskipun mungkin pesan tersebut
tidak harus memunculkan kejadian aneh, dengan munculnya ASAP PUTIH membentuk
huruf "I" yang melambung tinggi ke angkasa raya.
B. Mujizat Itu Karya ROH KUDUS. Bukan Pekerjaan Roh Halus
Tanggal 25 Februari 2017, tempat saya menulis pesan (proposal
penambahan satu huruf ke dalam akronim UNPAZ untuk memperpanjang usia Rektor
UNPAZ), itu saya lakukan di Hotel Nusantara II Atambua NTT. Begitu proposal
tersebut naik tayang (diposting di laman facebook saya), saat itu juga,
langsung muncul ASAP PUTIH berbentuk Huruf I, yang bergerak kesana-kemari,
menari-nari di Kampus UNPAZ yang terletak di Kota Dili Timor Leste. Dan ini
adalah mujizat yang nyata. Yang namanya mujizat itu, memiliki kodrat Ilahi.
Artinya, mujizat itu hanya terjadi, jika ALLAH ROH KUDUS melakukan intervensi.
Yang artinya, mujizat itu adalah Karya ROH KUDUS. Bukan pekerjaan roh halus.
Bayangkan saja. Di mana Atambua? Di mana Dili? Jaraknya ratusan
Kilometer. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa seperti Rama Cristo, yang
sedang berada di Atambua, mampu memunculkan ASAP PUTIH berbentuk huruf I di
Kampus UNPAZ? Jelas-jelas ini adalah Karya ROH KUDUS. Bukan pekerjaan roh
halus.
Tapi rupanya Karya ROH KUDUS ini tidak mampu meruntuhkan
ketegaran tengkuk kita dan kecongkakan hati kita. Kita semakin tegar tengkuk
dan congkak hati. Karena sekali lagi, kita lebih fokus kepada; siapa yang
menyampaikan pesan. Bukan fokus kepada subtansia apa yang disampaikan. Karena
yang menyampaikan pesan hanyalah seorang Rama Cristo yang tidak ada apa-apanya,
yang sekolahnya saja tidak jelas, bagaimana mungkin seorang Professor, Doktor,
dengan segala kebesaran yang melekat padanya, mengapresiasi pesan seorang Rama
Cristo, meskipun pesan tersebut bukan untuk menyelamatkan Rama Cristo,
melainkan untuk menyelamatkan Sang Professor sendiri.
C. Disubstitusi Dengan Perjanjian Yosua
ALLAH itu Maha Kasih. ALLAH itu panjang sabar. Berhubung pesaNya
untuk menambahkan satu huruf ke dalam akronim UNPAZ hingga batas waktu (9 Maret
2017) berakhir, tidak dipatuhi Rektor UNPAZ, maka pada 2018, tepatnya 1 Mei
2018, saat untuk pertama kalinya saya mengunjungi kediaman Prof. Lucas di
Komoro Raihuun Dili bersama sahabatku SBY (Sang Bangsawan Yahudi), datang lagi
Pesan berikutNya, bahwa penambahan satu huruf ke dalam akronim UNPAZ, dapat
diganti dengan "Perjanjian Yosua".
Saya diminta menyusun sebuah dokumen yang diberi nama:
"Perjanjian Yosua". Secara Gematris, frase PERJANJIAN YOSUA ini
memiliki nilai Gematris Latin yang sama dan paralel dengan nama Universidade da
Paz, sama-sama menghasilkan anga 179.
Perjanjian Yosua = 179
Universidade da Paz = 179.
Tanggal 4 Mei 2018 saya meninggalkan Dili, terbang ke Bali,
setelah terlebih dahulu berpamitan kepada Prof. Lucas di Kampus UNPAZ. Di Bali
saya menyusun Dokumen Perjanjian Yosua. Setelah 7 hari di Bali, pada 11 Mei
2018, saya meninggalkan Bali, terbang kembali ke Dili, membawa Dokumen
Perjanjian Yosua. Setelah tiba di Dili, pada malam itu juga, 11 Mei 2018, saya
bersama Companheiro SBY, kembali mengunjungi kediaman Prof. Lucas, untuk
membicarakan rencana penanda-tanganan Perjanjian Yosua pada keesokan harinya,
12 Mei 2018, yang kebetulan bertepatan dengan dilangsungkannya EA (Eleisoens
Antesipada = Pemilu Dini).
Rencananya, Dokumen Perjanjian Yosua, akan ditanda-tangani oleh
3 orang, yaitu:
1. Pak Xanana.
2. Prof. Lucas da Costa.
3. SBY (Sang Bangsawan Yahudi).
Akhirnya pada 12 Mei 2018, Prof. Lucas benar-benar
menanda-tangani Dokumen Perjanjian Yosua, tapi tanpa sedikit pun membacanya.
Almarhum sama sekali tidak mau membaca Perjanjian Yosua. Ini beda dengan Pak
Xanana. Jadi pada 12 Mei 2018, Pak Xanana menolak menanda-tangani Perjanjian
Yosua, setelah membacanya berulang-ulang. Sementara Prof. Lucas bersedia
menanda-tangani Dokumen Perjanjian Yosua, tetapi tidak sedikit pun membaca
dokumen tersebut.
"Kenapa Prof. Lucas bersedia menanda-tangani Perjanjian Yosua, tetapi menolak membaca isi Perjanjian Yosua?" Biarlah ALLAH yang mengetahui isi hati Prof. Lucas.
Malam itu, bertempat di Oratoriu Suci yang terletak berhadapan
dengan kamar tidur Prof. Lucas, di lantai atas rumahnya, Prof. Lucas, begitu
selesai menanda-tangani Perjanjian Yosua, langsung mengambil hecter dan
menghekter Dokumen Perjanjian Yosua dan meletakkannya ke dalam laci mejanya.
Di sinilah letak benang merah itu. Rupanya di Mata ALLAH,
walaupun Prof. Lucas bersedia menanda-tangani Perjanjian Yosua, namun karena
enggan (ogah) membaca dokumen tersebut, menjadi masalah bagi ALLAH. Atas dasar
itulah, ALLAH Yang Maha Kasih dan panjang sabar, untuk yang kesekian kalinya
masih memberikan kesempatan kepada Prof. Lucas untuk hidup lebih lama di dunia,
tetapi dengan syarat: "Prof. Lucas, dalam kapasitasnya sebagai Rektor
UNPAZ, wajib hukumnya, harus menyelenggarakan Liga Catur UNPAZ selama 10
tahun".
D. ALLAH Masih Memberikan Kesempatan 8 Hari
Saya kemudian menyampaikan Pesan kepada Prof. Lucas mengenai
Liga Catur UNPAZ. Beliau tampak menyanggupi. Maka pada tanggal 4 September
2018, Prof. Lucas mengeluarkan Surat Pernyataan, yang poin utamanya, berjanji
kepada ALLAH untuk menyelenggarakan Liga Catur UNPAZ selama 10 tahun. Surat
Pernyataan tersebut diambil di Kampus UNPAZ oleh dua sahabat saya, Companheiro
SBY dan Companheiro Clemente Soares. Saat kedua sahabatku mengantarkan Surat
Pernyataan tersebut tiba di Rumah Tua Yosua Dili, tiba-tiba saja muncul 12
Merpati, berbaris di beranda Rumah Tua Yosua, seakan-akan 12 Merpati itu ingin
menyambut kedatangan Surat tersebut. Ini aneh tapi nyatu. Ke-12 Merpati itu,
melambangkan 12 Suku Israel. Saya masih menyimpan Surat Pernyataan tersebut
hingga saat ini. Tapi rupanya janji tinggal janji. Setiap kali diingatkan,
Beliau selalu bilang: "Saya masih terlalu sibuk. Tidak ada waktu untuk
itu. Tiap kali diingatkan, selalu begitu jawabannya.
Akhirnya, pada tanggal 24 Agustus 2019, tiba-tiba Almarhum
mendapat serangan di meja makan, saat lagi makan bersama tamu dari Atsabe.
Beliau langsung jatuh. Dan pada tanggal 26 Agustus 2019, malam hari, Beliau
dibawa ke Rumah Sakit Nasional Guido Valadares. Setelah dioservasi, pada
tanggal 27 Agustus 2019, dini hari, Prof. Lucas menjalani Operasi Laparatomy tahap
pertama di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili. Saya ikut hadir di Rumah
Sakit saat itu. Setelah operasi pertama itu, hari itu juga, 27 Agustus 2019,
saya menerbitkan sebuah artikel berjudul: "Masih Ada Waktu 8 Hari Bagi
Civitas Akademika UNPAZ Untuk Menyelamatkan Prof. Lucas Dengan Menyelenggarakan
Liga Catur UNPAZ". Artikel tersebut masih ada di laman face book ini. Jika
Anda mau membaca, klik saja artikel edisi 27 Agustus 2019. Dalam artikel
tersebut, saya melampirkan foto TUHAN YESUS dan Bunda Suci Perawan Maria, yang
ditempeli kartu remi Delapan Hati.
Tapi begitu artikel tersebut diterbitkan, bukannya ditaati,
tetapi saya malah diancam akan dibunuh. Mereka yang duduk di Senat Universitas
(walaupun tidak semuanya), mulai mengadakan rapat di Rumah Sakit. Hasil rapat
malam itu adalah: "Bunuh Rama Cristo". Satu-satunya orang yang malam
itu membela saya dalam rapat adalah "Paman Nino" (Tiu Raimundo
Goncalves, adik kandung Prof. Lucas, yang baru saja meninggal pada 24 Oktober 2022,
di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili).
Padahal durasi waktu 8 hari yang saya sampaikan bagi Civitas
Akademika UNPAZ untuk menyelenggarakan Liga Catur UNPAZ, itu mengacu kepada
Surat Pernyataan yang ditanda-tangani oleh Prof. Lucas sendiri, yang mana di
dalam Surat Pernyataan, tertanggal 4 September 2018 tersebut, berisi
"Janji Prof. Lucas kepada ALLAH untuk menyelenggarakan Liga Catur UNPAZ
selama 10 tahun".
Durasi 8 hari itu, dihitung dari tanggal 28 Agustus sebagai hari
pertama dan 4 September 2019, sebagai hari ke-8. Maka tepat memasuki 4
September 2019, saat hitungan memasuki hari ke-8, ALLAH memerintahkan agar
Prof. Lucas harus dikeluarkan dari Perjanjian Yosua. Atas dasar itulah, pada 4
September 2019, sore hari, dengan sangat bersedih hati, saya terpaksa sekali
harus menerbitkan artikel berjudul: RUMPUN BENJAMIN, dengan sub judul:
"Lebih Mudah Langit dan Bumi Lenyap Dari Pada Satu Titik Dari Hukum Taurat
Batal (Lukas 16:17)".
Melalui artikel tersebut, saya menuliskan di sana bahwa dengan
sangat terpaksa, Prof. Lucas da Costa harus dikeluarkan dari Perjanjian Yosua.
Artikel tersebut masih ada di laman face book saya (Antoninho Benjamin Monteiro).
Pada saat artikel tersebut diterbitkan, saya sama sekali tidak
tahu kalau para dokter di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares sedang
merencanakan untuk melakukan operasi kedua pada keesokan harinya, 5 September
2019. Akhirnya pada keesokan harinya, setelah menjalani Operasi Laparatomy
kedua, Almarhum menghembuskan nafas terakhir. Kisah yang sangat menyedihkan.
Bagaimana pun Beliau adalah Pamanku sendiri. Kami bertahun-tahun hidup bersama,
dalam masa-masa sulit, karena kami sama-sama terlibat dalam perjuangan
Kemerdekaan Timor Leste.
Dan hari ini, 6 Februari 2023, telah genap 19 tahun, saya dan
Prof. Lucas da Costa yang saat itu masih berstatus sebagai Rektor UNDIL
(|Universidade Dili), bersama Ibu Felicidade, kami bertiga, seharian penuh
berdiskusi di rumahku untuk memunculkan Akronim UNPAZ. Saya menulis artikel ini
untuk mengenang genap 19 tahun lahirnya Akronim UNPAZ, sebuah akronim yang
menyimpan sejuta misteri.
E. Pesan Untuk Pak Xanana Dan Pendukungnya
Saya memanfaatkan artikel ini untuk menyampaikan pesan kepada Yang Mulia Maun Bot Kayrala Xanana Gusmao dan pendukungnya, agar bekerja keras untuk menggugurkan Perjanjian Yosua yang telah ditolak untuk ditanda-tangani Pak Xanana, saat mengunjungi Rumah Tua Yosua pada 12 Mei 2018. Pak Xanana menolak menanda-tangani Perjanjian Yosua karena dua alasan fundamental, yaitu:
1. Timor Leste bukan Tanah Perjanjian (Iman Pak Xanana).
2. Timor Leste bukan Negara Kerajaan 9Iman Pak Xanana).
Maka sekiranya keseluruhan eksistensi sejarah Timor Leste tidak ada hubungannya dengan Perjanjian Yosua yang diadakan ALLAH dengan Nabi Yosua setelah kematian Nabi Musa, maka percayalah bahwa Pak Xanana dan CNRT serta pendukungnya pasti akan memenangkan Pemilu Parlamentar 2023. Tapi jika eksistensi Timor Leste, termasuk sejarahnya yang berdarah-darah, yang melibatkan banyak bangsa besar di bumi, termasuk Amerika dan Indonesia, ada hubungannya dengan Perjanjian Yosua yang diadakan ALLAH dengan Nabi Yosua dan Umat Israel, sebelum mereka memasuki Tanah Kanaan, yang adalah Tanah Perjanjian, maka tampaknya akan sangat sulit bagi Pak Xanana dan pendukungnya untuk memenangkan Pemilu Parlamentar 2023. Apa yang akan terjadi, kita akan sama-sama menjadi saksi. Kita serahkan semuanya pada Penyelengaraan Ilahi.
F. Pesan Untuk Rektor UNPAZ & Pimpinan FNM
Saya mengakhiri catatan ini dengan menyampaikan pesan (renungan)
kepada Magnifiku Reitor UNPAZ dan Pimpinan FNM (Fundasaun Neon Metin), untuk
merenungkan tanda aneh, yaitu Sinar Matahari yang menyerupai Huruf I, yang
menghubungkan Langit dan Bumi, sebagaimana tampak dalam salah satu foto terlampir.
Tanda aneh tersebut muncul pada saat Magnifiku Reitor UNPAZ dan Estrutura
Universidade mengunjungi Makam Prof. Lucas da Costa, di Taman Makam Pahlawan
Metinaro.
Pertanyaan renungannya adalah: "Apakah tanda aneh tersebut
sekedar muncul tanpa makna? Atau tanda aneh berupa Huruf I tersebut ada
kaitannya dengan proposal saya, edisi 25 Februari 2017, untuk menambahkan Huruf
I ke dalam Akronim UNPAZ?"
Terima-kasih kepada mereka yang sudah bersedia membaca catatan
ini sampai kata terakhir.
TUHAN YESUS KRISTUS, Putera ALLAH Yang Mahatinggi, memberkati
kita semua (hitam & putih). Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar