"Tak melakukan apa-apa, kadang-kadang merupakan cara penyembuhan terbaik" (Hippocrtes, Filsuf dan Bapak Kedokteran Yunani; 460 - 400 SM).
ARTIKEL SERI KE-3 DITUNDA
Sejatinya
hari ini saya akan menerbitkan lanjutan (seri ke-3) artikel berjudul;
ADA PESAN ILAHI DI BALIK KEMATIAN PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT. Namun
karena ada kendala teknis, maka saya menggantinya dengan menerbitkan
artikel ini. Sementara artikel yang sedianya akan diterbitkan hari ini,
akan diterbitkan tanggal 15 September 2016 dalam rangka ikut merayakan
Hari Raya DUKA CITA MARIA.
INBOX DARI SEORANG SAHABAT
Ada sahabat kirim message via inbox dan mengatakan begini;
"Anda tidak sedikitpun memeriksa pasien tersebut, bahkan tidak pernah bertemu langsung dengan pasien tersebut semenjak orang itu lahir hingga detik ini. Bagaimana mungkin anda bisa menyanggah diagnosa dan therapi yang dilakukan seorang Dokter Spesilis yang telah memeriksa langsung orang sakit? Bagaimana mungkin dari jarak ribuan kilometer anda lebih tahu pasien dan mencoba membolong-bolongi pekerjaan seorang Dokter Spesialis?"
INI KASUS UNIK & BISA DIJADIKAN SATU "CASE STUDY"
Bukannya "songong" (sombong). Juga bukannya "sotoy" (sok tahu). Namun saya harus katakan begini;
Untuk kasus lain, mungkin saya tidak tahu sama sekali. Namun khusus untuk kasus yang satu ini, saya harus katakan bahwa (di atas 2000%), saya bisa memastikan; anak itu tidak sedang menderita EPILEPSI alias BIBI MATEN.
Oleh karena itulah saya melarang anak itu untuk mengonsumsi obat ANTI KONVULSAN (anti kejang) "Karbamazepin" yang diresepkan Dokter Spesialis di Bagian Dinasti David RSNGV Bidau Dili, pada tanggal 25 Agustus 2016.
DOKTER TELAH MENGALAMI "MISSING LINK"
Dalam seri sebelumnya, saya sempat menggunakan satu kalimat pernyataan berbunyi; "Dokter memberikan obat Anti Konvulsan karena Dokter telah mengalami MISSING LINK".
Saya mengeluarkan pernyataan tersebut, karena berdasarkan "anamnesis" (auto anamnesis & alo-anamnesis), yang saya lakukan dengan anak itu dan keluarganya, mereka mengatakan; "tidak pernah ada kejang sama sekali".
Anamnesis (wawancara) dilakukan jarak jauh; Dili-Denpasar, melalui telfon (sayalah yang menelfon mereka, berjam-jam). Dan sekali lagi, mereka mengaku; setiap kali anak itu "PINGSAN", sama sekali tidak ada KEJANG alias tidak ada KONVULSI sama sekali.
Dan dalam keluarga mereka, tidak ditemukan riwayat orang tua atau leluhur anak itu yang menderita EPILEPSI. Jadi riwayat BIBI MATEN dalam keluarga, NEGATIF.
Riwayat kehamilan mau riwayat persalinan, semuanya normal. Anak itu juga tidak mengalami asfiksia saat dilahirkan. Juga ibunya tidak mengalami masalah saat mengandung ank itu. Termasuk tidak ada trauma fisik (trauma kapitis = trauma kepala).
Tidak ditemukan KONVULSI alias KEJANG sama sekali, menjadi fondasi utama, yang membawa saya tiba pada satu konklusi, bahwa anak itu tidak menderita EPILEPSI alias BIBI MATEN.
Pertanyaannya adalah; "Apakah setiap orang yang PINGSAN itu selalu identik dengan "Penderita EPILEPSI?" Tidak khan?
Etiologi (penyebab) orang PINGSAN itu bersifat multi-faktorial (banyak faktor). Salah satunya "EPILEPSI alias BIBI MATEN.
Tapi jika sama sekali tidak pernah ada KEJANG (la iha simtoma; fai ain fai liman, liman ain toos, mata-mutin sae, hasan toos, ruun nehan, tata nanaal, kabeen nafuirn, etc, etc), maka seharusnya Dokter sudah bisa singkirkan EPILEPSI jauh-jauh dan memikirkan penyakit lain. Dengan demikian, wajib hindari meresepkan obat-obat golongan ANTI KONVULSAN alias Anti Kejang.
Tidak ada konvulsi, tidak ada kejang, tapi meresepkan obat golongan ANTI KONVULSAN, berlogo Karbamazepin, itu adalah tindakan yang bukan sekedar "mubazir", melainkan juga beresiko tinggi, mengingat efek samping yang ditimbulkan Karbamazepin.
Jika anak itu meminum Karbamazepin, lalu tiba-tiba mengalami SJS (Steven Johnson Syndrome) atau NET (Nekrosis Epidermal Toksik), di mana seluruh kulit tubuh "melepuh" (kulit sai ampolas hotu), bayangkan saja, apa yang bakalan terjadi?
Belum lagi anak itu sedang bermasalah dengan lambungnya. Saya belum tahu apakah sekedar "gastritis ringan" atau sudah menjadi "tukak (ulucus) lambung" (mucosa lambung ada luka)?
Untuk memastikannya, memerlukan pemeriksaan lanjutan ("gastroscopy").
Sementara kita tahu bahwa salah satu efek samping dari Karbamazepin adalah menimbulkan masalah pada lambung.
Anda bisa membaca side efek dari Karbamazepin yang saya lampirkan di Catatan Kaki artikel ini. Sayangnya, yang saya lampirkan di bawah itu berbahasa Spanyol. Kenapa saya melampirkan yang berbahasa Spanyol? Anda bisa membaca alasannya di sana.
Bisa Anda bayangkan saja. Dokter Spesialis yang satu meresepkan Karbamazepin, yang dalam sejumlah literatur merupakan "kontra-indikasi relatif" untuk pasien-pasien yang bermasalah dengan lambung. Dan belum lagi, sehari sebelumnya, Dokter Spesialis di Lab lain, telah juga meresepkan obat IBUPROFEN.
Dua obat ini, Karbamazepin dan Ibuprofen, sama-sama merupakan "kontra-indikasi relatif" untuk pasien-pasien yang sedang bermasalah dengan lambung.
Bayangkan saja, orang yang sedang bermasalah dengan lambung (apalagi jika ada tukak lambung), harus mengonsumsi Karbamazepin dan Ibuprofen dalam waktu yang bersamaan?
Atas dasar itulah, saya melarang anak itu mengonsumsi dua obat tersebut. Sekali lagi, "Karbamazepin & Ibuprofen", berdasarkan sejumlah literatur, menyarankan bahwa para dokter kudu hati-hati kalau mau meresepkan Karbamazepin dan Ibuprofen, terutama pada pasien-pasien yang bermasalah dengan lambung.
SINGKIRKAN EPILEPSI BERDASARKAN LOCUS (TEMPAT) TERJADINYA SINKOP
Saya mengatakan bahwa kasus yang dialami anak ini sangat unik. Untuk itu mungkin cocok jika dijadikan sebagai satu "case study".
Dalam anamnesis yang saya lakukan, saya mendapatkan informasi yang menurutku sangat unik, yaitu; bahwa SINKOP alias PINGSAN, hanya terjadi di saat anak itu berada di RUMAH (tentunya rumah milik orang tunya). Jadi tidak pernah satu kalipun terjadi PINGSAN, saat anak itu berada di luar RUMAH (orang tuanya).
PINGSAN yang hanya terjadi saat anak itu berada di rumah, ini sebuah simptom yang unik. Karena dalam literatur-literatur yang saya baca, tidak pernah dijelaskan bahwa yang namanya EPILEPSI alias BIBI MATEN itu, gejala klinisnya yang utama adalah; "Jika OS (orang sakit) hanya PINGSAN jika sedang berada di RUMAH. Kalau berada di luar rumah, tidak pernah terjadi PINGSAN.
Yang namanya PINGSAN karena SERANGAN EPILEPSI, tidak memilih tempat serangan. Mau di rumah, mau di kampus, di mall, di Pasar, di stasiun, di terminal, di Gereja, di Mesjid, di Pura, di Vihara, di mana saja, serangan (kejang) epilepsi bisa terjadi kapan saja.
Tapi khusus untuk kasus anak ini, sedikit aneh. Anak itu hanya pingsan saat ada di rumah. Namun pingsan yang tanpa kejang sama sekali. Masa' itu disebut epilepsi.
Dengan menemukan 6 FAKTA penting dalam kasus anak ini, yaitu; (1). Tidak adanya KONVULSI alias tidak ada KEJANG. (2). SINKOP alias PINGSAN hanya terjadi saat di RUMAH. (3). Riwayat EPILEPSI dalam Keluarga NEGATIF. (4). Tidak ada trauma kapitis. (5). Tidak ada riwayat asfixia saat kelahiran. (6). Ibunya tidak mengonsumsi obat-obat berbahaya selama mengandung anak ini, membawa saya tiba pada satu kesimpulan akhir bahwa anak ini TIDAK sedang menderita EPILEPSI alias BIBI MATEN.
Jika demikian adanya, pertanyaannya kini adalah;
"Atas indikasi medis (gejala klinis) yang mana, seorang Dokter Spesialis harus meresepkan Karbamazepin yang merupakan golongan obat; Anti Konvulsan" alias "Anti Kejang"???.
Kalau kalangan Dokter di Timor Leste tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan di sini, dan ingin menggugurkan keyakinan saya dengan melakukan pembuktian terbalik, silahkan saja.
Caranya sederhana sekali. Kita bisa meminta "second opinion" dengan mengundang Dokter Spesialis dari negara lain untuk memeriksa anak itu, guna memastikan; "Apakah anak itu benar-benar menderita EPILEPSI (Bibi Maten) atau tidak?
APAKAH INI TERKATEGORI SEBAGAI "MAL PRAKTEK?"
Tiba di titik ini, muncul pertanyaan krusial;
"Apakah telah terjadi MAL PRAKTEK?"
Para Filsuf selalu memberi saran begini; "Cintailah defeinisi". Maka dalam kasus ini, untuk tiba pada kesimpulan bahwa "penata-laksanaan" (therapi) yang dilakukan Dokter Spesialis di RNSGV Bidau Dili, terkategori sebagai "mal praktek" atau bukan, banyak hal yang perlu diadopsi untuk digunakan sebagai "alat ukur".
Salah satunya adalah "Defenisi Mal Praktek" itu sendiri. Dan syarat-syarat apa saja yang dibutuhkan untuk tiba pada satu kesimpulan bahwa telah terjadi "Mal Praktek?"
Namun jika saya yang ditanya; "Apakah telah terjadi MAL PRAKTEK?"Jawaban saya; TIDAK sama sekali.
Yang dilakukan kedua Dokter Spesialis tersebut, di MATA ALLAH, bukan sebuah mal praktek, meskipun di mata manusia, seakan-akan terlihat seperti itu. Kenapa?
Karena, sejatinya, kasus yang dialami keponakanku, adalah sebuah "kasus unik", di mana ALLAH sengaja mengirim "anak itu" ke dunia, dan memberikan "keanehan gejala klinis" pada anak itu, dan melalui anak itu, ALLAH sedang ingin menyatakan sesuatu kepada "dunia".
Poin sentralnya adalah; Bahwa ALLAH ingin membantu saya, dengan menggunaan "gejala aneh" yang dialami anak itu untuk membuktikan "sesuatu", yang berhubungan dengan sejumah "kesaksian iman", yang selama ini telah saya sampaikan, namun "dunia" (orang Timor Leste) menutup mata mereka rapat-rapat.
Karena itulah, tanggal 23 Agustus 2016, saya sengaja "mengirim" anak itu kepada seorang teman Dokter Spesialis, yang saya kenal baik, yang dalam artikel ini, namanya saya ganti menjadi; KITAB SATU RAJA-RAJA (164).
Dinamakan demikian karena gejala klinis yang aneh, yang dialami anak ini, salah satu alasannya, berhubungan erat dengan FIRMAN TUHAN sebagaimana tertulis dalam KITAB SATU RAJA-RAJA.
Karena itulah saya katakan bahwa kasus yang dilami anak ini sangat unik. Maka untuk "menyelamatkan" bentuk therapi yang dilakukan dua Dokter Spesialis tersebut, kita wajib KONTEKSKAN (melakukan substitusi) kasus ini, dengan membawa keluar kasus ini dari "ranah medis" dan masuk ke "ranah ambal-ambal".
Untuk itulah, di seri-seri sebelumnya, saya mengganti semua item yang ada dengan nomenklatur-nomenklatur lainnya, dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai numerik (Ilmu Bilangan).
Misalnya nama 3 obat yang diresepkan dua Dokter Spesialis tersebut dirubah ke dalam bentuk yang lain, berdasarkan rumusan Ilmu Bilangan.
Obat KARBAMAZEPIN (117) diganti jadi RAMA CRISTO (117)
Obat IBUPROFEN (106) diganti jadi; DEMOCRATICO (106)
Obat OMEPRAZOLE (801) diganti jadi UNPAZ (801).
Obat IBUPROFEN (106) diganti jadi; DEMOCRATICO (106)
Obat OMEPRAZOLE (801) diganti jadi UNPAZ (801).
Demikian pula nama-nama lainnya ikut diganti, misalnya;
Bagian NEUROLOGI (116) diganti jadi; DINASTI DAVID (116)
Nama Dokter Spesialis (164) yang saya kenal baik, yang pada 24 Agustus 2016, meresepkan dua obat bernama; DEMOCRATICO dan UNPAZ, diganti menjadi; KITAB SATU RAJA-RAJA (164).
Nama Dokter Spesialis (164) yang saya kenal baik, yang pada 24 Agustus 2016, meresepkan dua obat bernama; DEMOCRATICO dan UNPAZ, diganti menjadi; KITAB SATU RAJA-RAJA (164).
Sementara nama Dokter Spesialis yang meresepkan obat KARBAMAZEPIN, saya hanya memunculkan nama bagian di mana dokter tersebut bertugas, yakni; Bagian DINASTI DAVID. Karena saya tidak tahu nama dokter tersebut. Demikian dan seterusnya.
Nah, di dalam mengkontekskan kasus ini, tentu ada tingkatannya. Tergantung kita mau membawa kasus ini ke tingkat yang mana.
Jika kita mau membawanya ke tingkat yang lebih tinggi, maka kita kontekskan kasus ini dalam rangka mengvaluasi; HASIL PEMILIHAN PRESIDEN TIMOR LESTE 2012 dan membuat satu analisa numerik mengenai hasil PEMILIHAN PRESIDEN TIMOR LESTE 2017.
Kok bisa gitu? Karena dari sisi ONSET, awal mula gejala aneh ini, terjadi pertama kalinya, tahun 2012, tahun di mana dilangsungkannya Pilpres. Demikian dan seterusnya.
DIAGNOSA BIBI MATEN MENGANDUNG PESAN FUTURISTIK
Sejatinya, dari gejala klinis yang diperlihatkan anak itu, tanpa keraguan sedikitpun, saya singkirkan jauh-jauh Penyakit EPILEPSI alias BIBI MATEN.
Namun diganosa ini harus ditegakkan oleh Dokter Spesialis di Bagian Dinasti David, dikarenakan; di dalamnya mengandung PESAN MASA LALU maupun PESAN FUTURISTIK.
Untuk PESAN FUTURISTIK , diganosa BIBI MATEN harus ditegakkan karena ada kemungkinan besar, akan ada Maun Bota yang mengalami BIBI MATEN (boot ida sei mate).
Maksud saya, akan ada Pemimpin Penting yang "meninggal" tidak wajar di masa datang.
Pertanyaannya kini adalah;
"Apakah pemimpin yang akan mengalami BIBI MATEN (meninggal tidak wajar itu) adalah Presiden Partai Demokrat yang akan menggantikan Maun Bot La Sama? Atau Presiden Timor Leste ke-6 yang akan muncul melalui Pilpres Timor Leste 2017?"
Isu ini akan dibahas di seri-seri selanjutnya. Karena sudah mulai "ngantuk", maka saya mengakhiri saja seri ini hingga di sini.
===============================================
"Jalan satu-satunya untuk menemukan cara terbaik yang membawa kebaikan bagi negara adalah dengan mendengarkan sebanyak mungkin suara kaum oposisi, dan jangan terlalu banyak mendengarkan suara kaum pendukung" (Eyang Sokrates; "Orator Athena, Pakar Retorika, 436-336 SM).
==============================================
"Jalan satu-satunya untuk menemukan cara terbaik yang membawa kebaikan bagi negara adalah dengan mendengarkan sebanyak mungkin suara kaum oposisi, dan jangan terlalu banyak mendengarkan suara kaum pendukung" (Eyang Sokrates; "Orator Athena, Pakar Retorika, 436-336 SM).
==============================================
Semoga catatan ini bermanfaat. Selamat berakhir pekan bersama Keluarga tercinta. Salam "Dua Hati" dari "Bukit Sulaiman".
TUHAN YESUS memberkati
Bunda Maria merestui
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam & putih). Amin.
Bunda Maria merestui
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam & putih). Amin.
BERSAMBUNG;
==============================================
Cuáles son los efectos secundarios que podría provocar este medicamento?
Cuáles son los efectos secundarios que podría provocar este medicamento?
La carbamazepina puede provocar efectos secundarios. Avísele a su médico si cualquiera de estos síntomas es grave o no desaparece:
somnolencia
mareos
inestabilidad
náuseas
vómitos
dolor de cabeza
ansiedad
problemas de memoria
diarrea
estreñimiento
acidez estomacal
sequedad en la boca
dolor de espalda
mareos
inestabilidad
náuseas
vómitos
dolor de cabeza
ansiedad
problemas de memoria
diarrea
estreñimiento
acidez estomacal
sequedad en la boca
dolor de espalda
Algunos efectos secundarios pueden ser graves. Si presenta cualquiera de estos síntomas o de los mencionados en la sección ADVERTENCIA IMPORTANTE, llame a su médico de inmediato:
confusión
pérdida de contacto con la realidad
dolor en el pecho
coloración amarillenta en la piel o los ojos
problemas de la visión
pérdida de contacto con la realidad
dolor en el pecho
coloración amarillenta en la piel o los ojos
problemas de la visión
La carbamazepina puede provocar otros efectos secundarios. Llame a su médico si tiene algún problema inesperado mientras toma este medicamento.
Si desarrolla un efecto secundario grave, usted o su doctor puede enviar un informe al programa de divulgación de efectos adversos 'MedWatch' de la Administración de Alimentos y Medicamentos (FDA, por su sigla en inglés) en la página de Internet (http://www.fda.gov/Safety/MedWatch).
===========================================
===========================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar