"Jika seluruh umat manusia memiliki satu pendapat dan hanya satu orang yang pendapatnya berlawanan, maka umat manusia tidak berhak membungkam yang satu orang itu. Sama halnya dengan yang satu orang itu, sekiranya dia memiliki kekuasaan, tidak akan mampu membungkam seluruh umat manusia" (John Stuart Mill/20 May 1806 – 8 May 1873, was an English philosopher, political economist, feminist, and civil servant.)
Saya sengaja mengutip ucapan tuan John Stuart Mill, Filsuf kondang asal Inggris abad 19, sebagai "point entry" dari artikel ini, sekedar untuk "menjustifikasi" artikel saya yang kemarin (Xanana Memang Penting-Tapi Jauh Lebih Penting Adalah Brawijaya).
Karena di atas 99,99% orang Timor Leste pasti tidak setuju, jika saya memberikan ruang yang lebih kepada Brawijaya ketimbang Xanana.
Masalahnya, jika berbicara tentang data dan fakta dalam perspektif Sejaran Timor Leste yang berdarah-darah, yang melibatkan Indonesia di dalamnya (1975-1999), Xanana adalah maskotnya.
Sementara Brawijaya, bukan hanya tidak pernah memberikan kontribusi apapun untuk Timor Leste, tapi juga Brawijaya secara hukum positif, bukanlah WNTL (Warga Negara Timor Leste). Benar kagak?
Maka ketika saya memberikan ruang yang lebih untuk Brawijaya ketimbang Xanana, itu namanya saya sedang mencari penyakit alias mencari masalah alias menyusahkan diri sendiri.
=========================================
Atsabe hatais lipa ida ne...O h-t fali O nia aman. O h-t fali O nia inan. O ba h-t fali Brawijaya. O tuun Dili ami kapa tiha O"
=========================================
Atsabe hatais lipa ida ne...O h-t fali O nia aman. O h-t fali O nia inan. O ba h-t fali Brawijaya. O tuun Dili ami kapa tiha O"
=========================================
Yang saya tulis dalam Bahasa Tetun di atas adalah sebagian hujatan yang saya terima gara-gara artikel saya 3 tahun lalu yang saya share kembali kemarin.
Silahkan saja Anda menghujat. Tapi yang jelas, dari sudut pandang pribadi, berbicara mengenai "Status Tanah Timor Leste", saya melihat ada perbedaan status, antara Xanana dan Brawijaya.
"Kok bisa begitu?" Ya bisa saja. Mana yang lebih penting menurut Anda? Pekerja ladang? Atau Tuan Tanah? Yang sejatinya diperebutkan antara yang pro Kemerdekaan dan yang pro Otonomi pada Referendum 30 Agustus 1999 bukankah sebidang tanah?
Asal Anda bersedia menyerahkan "mata hati" Anda untuk dibuka ALLAH, maka Anda akan melihat rahasia Ilahi, yang tidak akan pernah bisa dilihat oleh "dunia", apalagi oleh para penghujat.
Pertanyaan sederhananya adalah;
"Sebagai sebuah negara, nafas utama Timor Leste saat ini hanya tergantung total pada kekayaan minyak di Celah Timor. Jika minyak habis, dengan cara apa Timor Leste bisa survive?"
Minyak masih belum habis saja, kemiskinan di Timor Leste sudah begitu parah. Apalagi setelah minyak terkuras habis.
KOFI ANNAN BILANG: "LEBIH GAMPANG BERURUSAN DENGAN ORANG MARAH KETIMBANG ORANG LAPAR"
Mengacu kepada teori Thomas Malthus, seorang Imam Anglikan Inggris, maka satu hal yang bisa dipastikan adalah; "ketersediaan kekayaan alam (minyak) Timor Leste akan berbanding terbalik dengan pertambahan populasi penduduk Timor Leste".
Makin hari kekayaan alam (minyak) semakin berkurang dan populasi penduduk Timor Leste semakin bertambah. Dan suatu saat ratio antara ketersediaan kekayaan alam (minyak) dengan jumlah populasi penduduk Timor Leste akan mencapai titik ekstrim.
Saat itulah alam sebagai regulator yang baik akan bereaksi (melakukan regulasi) untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Maka saat itulah Timor Leste akan memulai (memasuki) sebuah era baru". Dan era baru itu saya namakan; "ERA SURA-BUAYA" alias ERA MENGHITUNG BUAYA. Kok menghitung BUAYA? Silahkan merenungkannya sendiri.
Sahabatku Yahudi SB Yahudi datang ke Bali pada hari yang ke-201 di tahun 2016 (19 Juli 2016), nginap di hotel Atanya Kuta, lalu pergi ke Rama-Y-ana, membeli seekor BUAYA (082237924599).
Dan saat akan kembali ke Dili, 27 Juli 2016, sahabatku itu meninggalkan BUAYA itu untuk saya sebagai "WASIAT". Silahkan baca kembali artikel berjudul; NAMAKU SIMAMORO (bagian: 4).
Dan dari sanalah saya baru tahu kalau ternyata suatu saat, setelah minyak di Celah Timor terkuras habis, orang-orang Timor Leste akan memasuki era baru yang saya sebut; ERA SURA-BUAYA.
Tidak mungkin begitu minyak di Celah Timor habis, suatu saat, generasi masa depan yang dilanda "starvasi massif" (kelaparan berat), akan terus-menerus mengagung-agungkan para pendiri bangsa, tentunya termasuk Maun Bot Xanana. Benar kagak?
Apalagi jika para pendiri bangsa lebih banyak meninggalkan hutang ketimbang meninggalkan roti buat generasi muda masa depan.
Lebih gampang berurusan dengan orang marah dari pada orang lapar. Dalam kunjungannya ke berbagai negara yang dilanda konflik berdarah, karena kelaparan karena masyarakatnya sering dilanda kelaparan, (mantan) Sekjen PBB, Tuan Kofi Annan berkata;
"Para Leader jangan pernah berbicara mengenai nilai-nilai kepahlawanan, perjuangan-perjuangan yang heroik, termasuk; demokrasi, keadilan dan persatuan, dengan orang-orang yang sedang kelaparan. Orang-orang yang sedang lapar itu lebih butuh roti ketimbang retorika verbalisme yang kosong melompong".
Saya mengakui ada kebenaran di dalam ucapan mantan Sekjen PBB tersebut berdasarkan pengalamanku sendiri. Karena tiga hari hanya makan sekali. Bukan sehari makan tiga kali. Maklum, namanya juga "jobless".
Yang memiliki mata hendaklah ia melihat
Yang memiliki telinga hendaklah ia mendengar
Yang memiliki hati hendaklah ia merenung
Yang memiliki telinga hendaklah ia mendengar
Yang memiliki hati hendaklah ia merenung
Semoga catatan "ngalor-ngidul" ini bermanfaat.
Salam "Dua Hati" dari "Bukit Sulaiman".
Salam "Dua Hati" dari "Bukit Sulaiman".
TUHAN YESUS memberkati
Bunda Maria merestui
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam & putih). Amin.
Bunda Maria merestui
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam & putih). Amin.
Catatan Kaki;
Ada haters yang menghujat saya begini;
"Heeii Atsabe orang gila...!! Brawijaya itu adalah WNI (Warga Negara Indonesia). Bukan Warga Negara Timor Leste. Dasar manusia bodoh...!!!"
Tanggapan saya begini;
Sejauh yang saya ketahui, Brawijaya itu bukan WNI. Karena Brawijaya telah berlalu ke dunia lain, selama beratus-ratus tahun sebelum NKRI eksis.
Lagian...frasa (nama) INDONESIA itu baru digunakan secara resmi untuk yang pertama kalinya dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928. Sementara NKRI baru berdiri secara resmi; 17 Agustus 1945.
Dengan demikian, bagaimana bisa, Brawijaya berstatus; WNI.
Broo...!!! Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan ALLAH (Yakobus; 1:20).
Coba naiklah ke Gunung Ramelau yang tinggi, lalu tariklah nafas Anda dalam-dalam kemudian buang. Lakukan sebanyak 888X
Semoga Anda menemukan ketenangan dan kedamaian dengan memperbaiki cara berpikir Anda. GOD bless...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar