Hari ini 19 Februari 2016, genap 22 tahun saya dibawa seorang Romo (Imam/Pastor) yang bertampang "kaukasian", mengunjungi SHEOL (dunia orang mati), tepatnya pada 19 Februari 1994.
Bertampang "kaukasian" (caucasian) yang saya maksudkan di sini, adalah berdasarkan ciri-ciri fisik, yakni; berkulit putih, berhidung mancung, berambut pirang, bermata biru, dengan tinggi tubuh yang semampai.
Yang dimaksud dengan "Sheol" di sini, adalah "dunia orang mati", sesuai dengan pemahaman pada tataran Teologi.
Frasa "Sheol" ini, etimologisnya (akar katanya) kurang jelas berasal dari bahasa mana. Pada sejumlah kamus Teologi, hanya disebutkan bahwa sheol adalah sebuah tempat di bawah tanah, di situ orang-orang yang mati tinggal dalam kegelapan.
Penggunaan terminologi; "tinggal dalam kegelapan", berdasarkan apa yang tertulis dalam Kitab Kejadian: 37:35, Kitab Bilangan; 16:31-34, Kitab Ulangan: 32:22, Kitab Ayub; 3: 13-19, 26: 5-6 dan Kitab Yesaya; 14:9-11.
Karena di dunia Sheol itu tempatnya gelap-gulita, maka umur panjang di dunia ini sangat diinginkan, karena orang-orang mati tidak lagi dapat memuji ALLAH. Ini berdasarkan apa yang tertulis pada Kitab Mazmur; 6:5-6, 88:3-6, 11-13, Kitab Yesaya; 38:18.
Karena itu mumpung ALLAH masih memberi waktu, mumpung matahari masih terbit di atas kepala kita, sebaiknya kita tidak boleh lupa untuk terus menerus mengucapkan syukur dan memuji ALLAH Yang Maha Pengasih.
DUA MALAIKAT MENEMUIKU DALAM MIMPI
Sebagaimana saya telah beberapa kali berkisah melalui sejumlah artikel sebelumnya, mengenai peristiwa penuh misteri pada Februari 1994, di mana saat itu, saya berstatus sebagai "Co-Ass" (baca: koas) atau sebutan lainnya; "dokter muda", dan sedang menjalani co-schup (koskap) yakni praktek di Lab Anesthesi (Bagian Pembiusan) RSUP Sanglah Denpasar Bali.
Pada Kamis dini hari, 3 Februari 1994, saat saya sedang tertidur di Ruang HCU (Hugh Care Unit), ketika kelelahan saat melakukan observasi ketat terhadap seorang pasien Perancis yang baru selesai menjalani Operasi Laparatomy karena menderita Peritonitis Akut, saya mendapatkan mimpi aneh, didatangi dua Malikat.
Bukan cuma satu Malaikat. Kedua Malaikat itu memintaku untuk segera pergi ke Bukit Sio(n), karena saya "dipanggil ALLAH".
Tujuan utama ALLAH memanggil saya ke Bukit Sio(n) adalah untuk memberkati "Program CATUR MOBILISASI". Jika saya tidak pergi ke Bukit Sio(n), maka Fihak Militer tidak akan melantik saya sebagai Ketua IMPETTU Bali.
Kebetulan saat itu, saya ditolak fihak Militer sebagai Ketua Impettu Bali, padahal saya terpilih secara sah melalui "Pemilu resmi", yang menganut azas LUBUER (Langsung, Umum Bebas & Rahasia), pada Hari Minggu, 18 April 1993. Pemilihan berlangsung di Aula Markas Korem 163 WS/Wira Satya Denpasar Bali.
Ini artinya, pada tanggal 3 Februari 1994, ketika kedua Malaikat itu muncul dalam mimpiku, saya telah terpilih selama "291 hari" tetapi saya tetap tidak dilantik, hanya karena dua alasan utama, yakni;
Pertama;
Saya masuk dalam daftar "black list" sebagai Membro Renetil Jurado.
Kedua;
Saya menolak permintaan fihak Militer untuk merubah nama program saya, dari CATUR MOBILISASI menjadi PANCA MOBILISASI. .
Dialog yang terjadi dalam mimpiku 3 Februari 1994 lumayan panjang. Saya skip (lewati) saja biar artikel ini tidak terasa kepanjangan (nanti garing jadinya).
BERTEMU BAPAK MANUEL VIEGAS CARRASCALAO
Tanggal 7 Februari 1994, saya bertemu Bapak Manuel Viegas Carrascalao di Tiara Dewata Denpasar. Beliau saat itu mewakili DPRD Timor-Timur, menghadiri hajatan Kodam IX Udayana.
Dalam pertemuan yang tidak disengaja tersebut, saya diberi sejumlah uang oleh Almarhum yang saat itu bersama isterinya sedang berbelanja di Tiara Dewata (super market tertua di Bali).
Pemberian uang oleh Pak Manuel, sama persis dengan pesan Malaikat dalam mimpi, ketika saya mengeluh kepada dua Malaikat dalam mimpi, bahwa saya tidak mungkin pergi ke Bukit Sio(n) memenuhi panggilan ALLAH, karena saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli ticket pesawat.
Saat itu, dalam mimpi, kedua Malaikat bilang; "Akan ada orang yang memberi kamu uang" (tapi tidak menyebutkan nama Pak Manuel Viegas Carrascalao). Tidak tahunya, hanya berselang 4 hari setelah mimpi tersebut, saya benar-benar diberi uang.
Berdasarkan uang pemberian Pak Manuel, malam itu saya langsung booking ticket. Pada keesokan harinya, 8 Februari 1994, saya menumpang Pesawat Merpati menuju Dili.
Tanggal 14 Februari 1994, saya meninggalkan Dili menuju Atsabe. Tanggal 17 Februari 1994, saya ditemani 4 orang pria yang rencananya akan menemani saya (sekaligus sebagai pemandu jalan) menuju Bukit Sio(n) yang terletak di hutan belantara di bawah Kaki Gunung Ramelau (gunung tertinggi di Timor Leste yang di puncaknya terdapat patung Wanita Suci berdarah Yahudi-Perawan Maria Yang Terberkati).
Tapi hari itu, dalam perjalanan, pas kami tiba di sebuah dusun (nama dusun tersebut tertulis dalam Kitab 1Tawarikh, tepatnya di pasal 2 yang membicarakan Silsilah Yehuda/tapi bukan ATARA, dan di dusun inilah saya menghabiskan masa kanak-kanak saya bersama ketiga Eyangku dari fihak Ibu; Abraham, Musa & Elias), di sana kami melihat; Pasukan TNI (Tentara Nasional Indonesia), sedang "baku tembak" dengan Gerilyawan Falintil.
Hari itu, 17 Februrau 1994, salah satu gerilyawan bernama Pedro (pamanku), ibu jarinya terputus terkena tembakan TNI.
SANTO YOSEF MEMBERI ANJING GAIB MENJADI PEMANDU
Akhirnya kami berlima lari kocar-kacir, menerapkan teori SDM (Selamatkan Diri Masing-Masing). Kami tiba kembali ke Kota Atsabe. Ke-4 pria yang tadinya sudah semangat sekali mau mengantarkan saya ke Bukit Sio(n) menjadi trauma akibat kejadian hari itu. Mereka tidak lagi bersedia mengantarkan saya.
Pada malam harinya saya datang berdoa di Gereja Tua St. Yosef Atsabe. Kebetulan Kecamatan Atsabe itu, Pelindungnya (Padroeira) adalah Santo Yosef, yang dalam Injil dikenal dengan nama; "Yusuf Anak Daud", suami Bunda Perawan Maria (Bapa Pemelihara TUHAN YESUS, tapi bukan Bapa Kandung TUHAN YESUS), karena ketika Bunda Suci Perawan Maria mengandung TUHAN YESUS, adalah atas Kuasa ROH KUDUS, bukan atas 'berkumpulnya' Bunda Perawan Maria dengan Yusuf Anak Daud.
Maka sejatinya, dalam Diri TUHAN YESUS tidak mengalir "Darah Daud", secara biologis. Karena itulah, dalam 4 Injil prtama Perjanjian Baru, tidak satu kali pun TUHAN mengakui dari mulut-Nya dan menyatakan Diri-Nya adalah Anak Daud, walaupun banyak orang memanggil-Nya dengan sebutan Anak Daud.
Jika Anda telusuri 4 Injil pertama Perjanjian Baru, yang ditulis St. Matius, St. Markus, St. Lukas & St. Yohanes, tidak satu kali pun TUHAN YESUS mengakui dari Mulut-Nya bahwa DIA adalah "Anak Daud".
Coba simak apa yang tertulis dalam Injil St. Markus berikut ini;
Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: "Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat (Injil St. Markus; 12: 35-37).
Satu-satunya ayat di mana TUHAN menyatakan Diri-Nya sebagai "Keturunan Daud" hanya tertulis dalam Kitab WAHYU, pasal 22, ayat 16. Pertanyaannya adalah; "Mengapa pada saat masih di dunia ini TUHAN tidak mengatakan seperti yang tertulis dalam Kitab Wahyu pasal 22, ayat 16?"
Pada keesokan harinya Anjing Gaib (berbulu putih bersih bagaikan salju) yang dijanjikan St. Yosef muncul dengan cara yang aneh, sebagaimana sudah beberapa kali saya kisahkan sebelumnya.
Atas bimbingan Anjiang Gaib kiriman St. Yosef, akhirnya saya bersama Anjing Gaib itu mencapai
Bukit Sio(n) pada 18 Februari 1994 sore hari. Anjing tersebut meninggalkan saya, hilang begitu saja hanya berselang beberapa menit kami tiba di Bukit Sio(n), saat saya dijemput dua Malaikat menggunakan mobil mewah di Pintu Gerbang Bukit Sio(n). Saya tidak tahu Anjing Gaib itu kemana perginya?
Saya berada di Bukit Sio(n) selama 3 hari (18, 19 & 20 Februari 1994). Kegiatan selama 18 Februari dilewati saja, toh saya sudah berkish sebelumnya). Pada tanggal 19 Februari 1994, saya dibawa seornag Pastor dengan tongkrongan kaukasian menuju "Sheol".
Perjalanan menuju Sheol, juga tidak perlu saya kisahkan lagi karena sudah dikisahkan sebelumnya. Saya hanya ingin menyampaikan satu bagian penting selama berada di Sheol, dunia orang mati untuk direnungkan bersama.
Yaitu, lautan manusia yang ada di Sheol, sebagaimana diperlihatkan Pastor itu kepada saya, NAMA mereka tidak ada dalam Kitab Kehiduapan Abadi. Pastor itu membuka bolak-balik sebuah Kitab besar yang diletakkan di atas sebuah meja panjang berlapis emas.
Setelah Pastor itu cek bolak-balik, membuka Kitab Kehidupan bolak-balik, lautan manusia yang ada di Sheol, yang saat itu sedang memperhatikan saya dan Pastor tersebut, tidak memiliki nama dalam Kitab Kehidupan Abadi. Ini menyedihkan sekali. Bagaimana mereka bisa memasuki Surga, sementara NAMA mereka tidak terdaftar dalam Kitab Kehidupan Abadi?
Pertanyaannya adalah; "Bagaimana caranya agar supaya NAMA mereka tertulis dalam Kitab Kehidupan?" Mungkin para Teolog, para Ahli Kitab Suci & Orang Suci, yang berkompeten menjawab pertanyaan ini. Karena saya bukan Teolog, bukan Ahli Kitab Suci, apalagi Orang Suci. Saya hanyalah "mistikus" tanpa nama dan juga tanpa status sosial yang terhormat.
Semoga catatan pendek ini yang disampaikan untuk sekedar mengenang peristiwa misteri 22 tahun yang lalu, bermanfaat bagi kita semua.
Selamat berakhir pekan bersama Keluarga tercinta. Selamat merayakan SABAT Suci bagi mereka yang merayakannya. TUHAN YESUS memberkati kita semua (hitam & putih). Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar