SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Rabu, 02 November 2016

PESAN SUSTER MG DARI API PENYUCIAN: "Pada Hari Arwah Banyak Jiwa Meninggalkan Api Penyucian Menuju Surga"



Tanggal 7 Mei 2005 dini hari (saat itu saya masih kos di Jl. Taurat nomor 15 Sanglah Denpasar), saya mendapatkan mimpi aneh.
Dalam mimpi, Bunda Suci Perawan Maria muncul bersama St. Yosef, dan memberi saya pesan untuk harus pergi mengikuti kebaktian sore di Gereja St. Yosef Kepundung Denpasar. Padahal hari Sabtu sore, saya sudah mengikuti kebaktian di sana.

Namun karena dalam mimpi saya diberi pesan bahwa di sana saya akan bertemu seseorang yang akan memberi saya sebuah buku, maka mau tidak mau saya harus mentaati pesan tersebut. Karena tugasku adalah "harus bersaksi" mengenai "isi buku" tersebut.
Maka singkat cerita, tanggal 7 Mei 2005, sore hari, saya pergi ke Gereja St. Yosef. Di sanalah saya benar-benar bertemu Suster Y.N, yang berasal dari Ordo RVM (Religious of the Virgin Mary).
Padahal sebelumnya, saya sama sekali tidak pernah satu kalipun bertemu Suster Y.N. Ini benar-benar aneh. Dan hanya bisa terjadi jika ALLAH melakukan intervensi di dalamnya (sebagaimana saya sudah kisahkan sebelumnya dalam sejumlah artikel).

SUSTER M.G TIDAK BISA LANGSUNG MASUK SURGA
Seorang Suster berinisial M.G meninggal di V. dalam usia 36 tahun. Meninggal pada 22 Februari 1871 (tanggal 22 Februari merupakan tanggal lahir Presiden pertama USA, George Washington).
Namun sayangnya Suster MG tidak bisa langsung masuk Surga. Harus mampir dulu ke Api Penyucian untuk menjalani pemurnian selama bertahun-tahun sebagaimana diceritakan dalam buku berjudul; AN UNPUBLISHED MANUSCRIPT ON PURGATORY .
Mengapa Suster M.G tidak bisa langsung masuk Surga? Tentu hanya TUHAN Yang Mahatahu. Namun dalam buku tersebut, di halaman 1, tertulis pengakuan Suster M.G kepada temannya, Suster M. de L. C. (sesama Suster).
Bahwa dia harus mampir ke Api Penyucian untuk dimurnikan hanya gara-gara dia tidak sungguh-sungguh terhadap panggilannnya sebagai seorang Suster.
Meninggal pada Februari 1871, setelah lebih dari dua tahun, teptanya bulan November 1873, untuk pertama kalinya Suster M. de L.C, mulai mendengar rintihan suara aneh dari Suster Mg. Kepada Suster M. de L.C, Suster M.G mengaku;
"Saya salah satu yang paling menderita saat ini karena saya tidak sungguh-sungguh terhadap panggilanku (I am the one who is suffering most at the present moment, since I was not true to my vocation).
Mungkin ini adalah "peringatan" bagi kita semua, bahwa apapun panggilan (profesi) kita di dunia ini, hendaklah kita sungguh-sungguh menjalaninya dengan penuh rasa tanggung-jawab, karena semuanya itu berasal dari ALLAH.
Dan semua yang diberikan ALLAH kepada kita, itu adalah "rahmat", dan ALLAH akan meminta pertanggung-jawaban kita (atas rahmat yang kita terima), setelah kita menanggalkan yang fana dan mengenakan yang baka.

Para Rohaniwan (Pemimpin Agama) adalah "orang-orang pilihan" yang secara khusus diberikan "rahmat spesial" oleh ALLAH untuk secara total melayani ALLAH.
Para Rohaniwan (liu-liu Padre no Madre sira), jika taat total (sungguh-sungguh) menjalani kewajiban mereka sebagai Rohaniwan, maka saat meninggal, mereka akan langsung masuk Surga, tanpa harus mampir ke Api Penyucian, sebagaimana tertulis dalam buku tersebut, di halaman 4 dan halaman 18.
Tapi jika mereka melanggar (mengabaikan kewajiban utamanya) maka mereka akan dihukum lebih berat lagi. Coba baca kutipan berikut yang tertulis di halaman 4 dan halaman 18 buku tersebut;
"The Purgatory of religious is much longer and more rigorous than that of people in the world", because religious abuse special graces. Many nuns are abandoned in Purgatory, by their own fault, of course for nobody ever remembers them" (halaman 4).

Di halaman 18 buku tersebut juga tertulis pesan krusial berikut, ketika Suster M de L.C menanyakan kepada Suster MG, tentang salah satu temannya sesama Suster yang juga telah meninggal. Ternyata jawabannya adalah bahwa Suster ...... berada di dasar Api Penyucian. Coba baca kutipan halaman 18 berikut ini;
"Where is Sister.....? In the lowest Purgatory, where she receives no benefit from anyone's prayers. God is often displeased, if one may speak thus, when many religious come to die, because He has called these souls to Himself that they might serve Him faithfully on earth and go straight to Heaven at the moment of death, but because of their infidelity, they have to stay long in Purgatory, far longer than people in the world who have not had so many graces.


Menurut pesan Suster M.G, Api Penyucian itu terbagi atas tiga bagian besar. Dan setiap bagian masih ada sub-subnya lagi. Dan yang paling menderita adalah mereka yang berada di dasar Api Penyucian (tingkat I atau tingkat dasar). Di tingkat tersebut, nyaris sama dengan neraka. Hanya di tingkat tiga, tidak ada api.


BANYAK JIWA MENINGGGALKAN API PENYUCIAN MENUJU SURGA SAAT PERAYAAN HARI ARWAH (2 NOVEMBER)
Dalam buku tersebut, tepatnya di halaman 33, tertulis pesan Suster M.G, bahwa setiap Hari Arwah (2 November), banyak jiwa meninggalkan Api Penyucian menuju Surga.
Bahkan semua jiwa di Api Penyucian, tanpa kecuali, termasuk jiwa-jiwa yang berdosa berat dan berada di dasar Api Penyucian, oleh karena kemurahan ALLAH, ikut menikmati perayaan Hari Arwah, karena doa-doa yang dipanjatkan oleh Gereja bersama umat khusus pada perayaan Hari Arwah (All Souls' Day).
Jadi betapa sangat amat pentingnya Gereja bersama umat memanjatkan doa-doa khusus dan sungguh-sungguh buat menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian tepat pada Hari Arwah (Souls' Day) tanggal 2 November.
Silahkan Anda baca kutipan halaman 33 berikut ini, ketika Suster M. de L.C bertanya kepada Suster M.G, berikut ini;
"Does All Souls' Day and its octave bring great joy to Purgatory and many releases?"
"On Souls' Day many souls leave the place of expiation and go to Heaven. Also, by special grace of God on that day only, all the sufferings souls, without exception, have a share in the prayers of the Church, even those who are in the great Purgatory. Still the relief of each soul is in proportion to its merits. Some receive more, some less, but all feel the benefit this extraordinary grace. Many of the suffering soul receive this one help only in all the long years they 
pass here and this by the justice of God. It is not, however, on All Souls' Day that most go to Heaven. It is on Christmas.

SEKILAS INFO TENTANG SEJARAH HARI ARWAH
Hari Arwah, atau Hari Semua Jiwa (terjemahan harfiah dari bahasa Inggris: All Soul's Day), adalah suatu hari yang dirayakan untuk memperingati semua orang beriman yang telah meninggal dalam agama Kristen; biasanya untuk mengenang arwah kerabat, walaupun tidak secara khusus dimaksudkan untuk itu.
Dalam Kekristenan Barat, perayaan tahunan ini sekarang diperingati setiap tanggal 2 November dan terkait dengan Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November), serta vigilinya, Halloween (31 Oktober).
Dalam buku liturgi Gereja Katolik barat (Gereja Latin) hari perayaan ini disebut Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, dan dirayakan setiap tahun pada 2 November meskipun tanggal tersebut jatuh pada hari Minggu; pada hari tersebut umat Katolik berdoa bagi arwah orang yang telah meninggal dunia.
Anglikanisme juga menggunakan sebutan yang serupa dengan Gereja Latin, dan menjadikannya suatu perayaan fakultatif (opsional); kalangan Anglikan memandang perayaan ini sebagai perpanjangan Hari Raya Semua Orang Kudus dan berfungsi untuk "mengenang mereka yang telah meninggal dunia", dalam kaitannya dengan doktrin teologis tentang kebangkitan badan dan Persekutuan Para Kudus.
Dalam Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur Ritus Bizantium, peringatan ini dirayakan beberapa kali sepanjang tahun dan tidak ada hubungannya dengan bulan November.
Keyakinan dan praktik sehubungan dengan Hari Arwah ini bervariasi di antara berbagai denominasi dan gereja Kristen.
Ortodoksi Timur dan Katolik Bisantin (Yunani)
Di kalangan Ortodoks Timur dan Katolik Timur Ritus Bisantin (Yunani) terdapat beberapa Hari Arwah sepanjang tahun.
Sebagian besar jatuh pada hari Sabtu, karena Yesus dibaringkan di Makam pada hari Sabtu Suci.
Hari-hari peringatan ini disebut sebagai hari-hari Sabtu Jiwa (Soul Saturdays). Hari Arwah dirayakan pada saat-saat berikut:
Sabtu kedua sebelum Prapaskah Agung (hari sebelum Minggu Pengadilan Terakhir)
Sabtu kedua, ketiga, keempat Prapaskah Agung
Radonitsa (Senin atau Selasa setelah Minggu Tomas)
Sabtu sebelum Pentakosta
Sabtu Demetrius (Sabtu sebelum pesta Santo Demetrius dari Thessaloniki —26 Oktober). Dalam semua Gereja Ortodoks ada peringatan arwah pada hari Sabtu sebelum pesta Malaikat Agung Santo Mikael —8 November, dan bukan Sabtu Jiwa Demetrius.
Katolik Roma.
Sejak masa awal perkembangan agama Kristen, umat Kristiani telah mendoakan keluarga dan teman yang sudah meninggal dunia.
Hal ini dibutktikan dengan adanya doa tertulis di katakomba. Di dalam Kitab Suci, praktik mendoakan keluarga yang telah meninggal tercatat pada kitab Makabe dan 2 Timotius 1:18 (Santo Paulus berdoa untuk Onesiforus yang telah meninggal dunia).
Berdasarkan Alkitab, umat beriman akan mengalami masa pemurnian dari dosa setelah manusia mengalami kematian. Masa pemurnian in sering kali disebut sebagai api penyucian (purgatorium).
Pada abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati umat yang telah meninggal pada perayaan Pentakosta. Pada tahun 998, perayaan hari arwah menjadi peringatan umum di bawah pengaruh rahib Odilo dari Biara Cluny.
Mulai saat itu, perayaan arwah diadakan setiap tanggal 2 November di kalangan ordo Benediktin, biara Carthusian, gereja Anglikan, dan sebagian gereja Lutheran.
Perayaan liturgi dalam Ritus Roma secara resmi menyebutnya "Peringatan Arwah Semua Orang Beriman".
Di beberapa negara, misalnya Meksiko, perayaan tersebut disebut sebagai Hari Orang Mati.
Saat ini Peringatan Arwah Semua Orang Beriman dirayakan setiap tanggal 2 November, yaitu sehari setelah peringatan Hari Raya Semua Orang Kudus.
Dalam revisi Ritus Roma tahun 1969, jika tanggal 2 November jatuh pada hari Minggu maka perayaan Misa menggunakan liturgi Hari Arwah sedangkan Ibadat Harian menggunakan liturgi hari Minggu tersebut, tetapi perayaan publik Laudes (Ibadat Pagi) dan Vesper (Ibadat Sore) dari Doa Ofisi untuk Orang Meninggal tetap diperbolehkan.
Di Inggris dan Wales, di mana hari raya wajib yang jatuh pada hari Sabtu dipindahkan ke hari berikutnya, jika 2 November bertepatan dengan hari Minggu maka Hari Raya Semua Orang Kudus dipindahkan ke hari tersebut dan Hari Arwah dipindahkan ke 3 November (Senin).
Mereka yang telah meninggal dunia dapat memperoleh indulgensi, baik indulgensi penuh ataupun sebagian, jika umat yang masih hidup melakukan perbuatan tertentu dan memenuhi persyaratan yang ditentukan (lihat: Indulgensi bagi yang telah meninggal).
KOMUNI ANGLIKAN
Gereja Anglikan Semua Jiwa di Keuskupan Sydney, suatu paroki yang didedikasikan bagi Semua Jiwa. Dalam Komuni Anglikan, Hari Arwah secara liturgis dikenal dengan nama Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, dan merupakan suatu perayaan opsional yang dipandang sebagai "suatu perpanjangan Hari Raya Semua Orang Kudus".
Dalam sejarahnya dan saat ini, beberapa gedung gereja Anglikan didedikasikan untuk Semua Jiwa. Selama Reformasi Inggris, perayaan Hari Arwah dihapuskan, namun suatu pemahaman teologis Anglikan yang baru tentang hari tersebut telah "mengarah pada suatu penerimaan secara luas perihal peringatan ini di kalangan umat Anglikan". Mengenai pandangan Anglikan terhadap Hari Arwah, Patricia Bays menuliskan bahwa;
Hari Semua Jiwa = All Souls Day (2 November) adalah suatu waktu di mana kita secara khusus mengenang mereka yang telah meninggal dunia.
Doa-doa yang dikhususkan untuk hari itu mengingatkan kita bahwa kita tergabung dengan Persekutuan Para Kudus, sekelompok besar umat Kristen yang telah menyelesaikan kehidupan duniawi mereka dan yang dengan siapa kita berbagi harapan akan kebangkitan orang mati.
Dengan demikian, semua paroki Anglikan "saat ini memperingati semua umat beriman yang telah meninggal dunia dalam konteks perayaan Hari Semua Jiwa", sejalan dengan perspektif yang baru ini.
Yang memberikan kontribusi pada kebangkitan tersebut adalah adanya kebutuhan "untuk membantu umat Anglikan meratapi kematian jutaan tentara dalam Perang Dunia I."
Para anggota Guild of All Souls, suatu komunitas devosional Anglikan yang didirikan tahun 1873, "terdorong untuk berdoa bagi mereka yang sekarat dan telah meninggal, berpartisipasi dalam requiem Hari Semua Jiwa dan mendaraskan Litani Arwah Orang Beriman setidaknya sekali setiap bulan.
GEREJA-GEREJA PROTESTAN
Pada saat Reformasi Protestan perayaan Hari Arwah disatukan dengan Hari Raya Semua Orang Kudus dalam Gereja Inggris, meskipun kemudian diperbaharui di masing-masing gereja tertentu sehubungan dengan Gerakan Oxford pada abad ke-19.
Perayaan tersebut secara resmi dibuat mengemuka dengan diterbitkannya Alternative Service Book tahun 1980, dan ditampilkan dalam Common Worship sebagai suatu perayaan kecil yang disebut "Peringatan Arwah Orang Beriman (Hari Semua Jiwa)".
Halaman gereja di luar sebuah gereja Lutheran di Röke, Swedia, selama Allhallowtide.
Dalam kalangan jemaat Protestan di daratan Eropa, tradisi ini lebih dipertahankan secara gigih. Sepanjang hidup Martin Luther, Hari Arwah dirayakan secara luas di Sachsen walaupun makna Katolik Roma tentang hari tersebut dihapuskan; secara gerejawi, peringatan tersebut dalam Gereja Lutheran digabungkan dengan (dan sering dipandang sebagai perpanjangan) Hari Raya Semua Orang Kudus, dengan banyak umat Lutheran masih mengunjungi dan menghias makam pada semua hari Allhallowtide, termasuk Hari Arwah.
Sama seperti kebiasaan bangsa Perancis, dari semua tingkatan dan keyakinan, yang menghias makam kerabat mereka yang telah meninggal pada jour des morts (Hari Orang Mati), demikian pula bangsa Jerman; bangsa Polandia dan Hongaria mengunjungi makam sekali setahun dengan persembahan bunga dan lilin-lilin makam istimewa.
Di kalangan bangsa Ceko, kebiasaan mengunjungi dan merapikan makam kerabat pada hari tersebut cukup umum. Pada tahun 1816, Prusia memperkenalkan tanggal baru untuk memperingati mereka yang telah meninggal di kalangan warga negaranya yang menganut Lutheran: Totensonntag, hari Minggu terakhir sebelum Adven.
Kebiasaan ini kemudian juga diadopsi oleh umat Lutheran non-Prusia di Jerman, tetapi belum menyebar lebih jauh di daerah Protestan dari Jerman.
Dalam Gereja Metodis, orang kudus merujuk pada semua umat Kristen dan karenanya, pada Hari Arwah, Gereja serta anggota jemaat setempat dihormati dan dikenang.
Dalam jemaat Metodis yang merayakan liturgi pada Hari Arwah, perayaannya dipandang sebagai perpanjangan Hari Raya Semua Orang Kudus (sama seperti Anglikanisme dan Lutheranisme) dan karenanya umat Metodis mengenang orang yang dikasihinya yang telah meninggal dunia dalam perayaan peringatan ini (disadur dari sejumlah sumber).
===========================================

Semoga catatan ini bermanfaat bagi kita semua.
TUHAN YESUS memberkati
Bunda Maria merestui
Santo Yosef melindungi kita semua (hitam dan putih). Amin.

Tidak ada komentar: