SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Selasa, 01 Maret 2016

CAWAN KRISTUS: "Paradox Air Mata Perawan Maria Di Seminario Maior Fatumeta Dili Dalam Perspektif Fides Quaerrens Intellectum" (bag: 3)



====================================================
Pesan penting untuk 9 orang Pendiri Renetil agar rajin melakukan 3B
====================================================

Semenjak dibaptis pada Hari Rabu 13 Juli 1977, oleh seorang Pastor asli berdarah Portugis, yaitu; Rev. Padre Jose Maria de Sousa Barbosa, di Gereja St. Yosef Atsabe, semenjak itu pula, sampai detik ini, "saya hidup dalam tradisi Gereja Katolik Roma".


Saya menggunakan kalimat (textual); "hidup dalam tradisi Gereja Katolik Roma", itu artinya; meng-cover semua aspek, yakni: cara berdoa, cara beribadat, cara berpikir, cara memandang segala sesuatunya mengenai iman dan hubungannya dengan banyak aspek kehidupan ini, dan tentunya termasuk cara saya menempatkan keseluruhan eksistensi Bunda Suci Perawan Maria dalam kehidupan iman saya, kesemuanya bersubordinasi terhadap semua ajaran (doktrin) Gereja Katolik Roma. Dan sampai deitk ini pun saya masih tetap seperti itu.

Jadi poinnya adalah bahwa; sejatinya saya tidak bermasalah dengan doktrin apa saja yang diajarkan Gereja Katolik Roma, termasuk doktrin-doktrin Gereja Katolik Roma tentang Bunda Suci Perawan Maria, semuanya saya terima, KECUALI satu isu krusial, yang mungkin membuat saya bisa dicap sebagai "bida'ah" oleh Gereja Katolik Roma, yaitu; HUKUM SABAT.

Mengenai isu yang satu ini (Hukum Sabat), jujur saja, saya berbeda pandangan dengan apa yang diajarkan Gereja Katolik Roma. Doktrin Gereja Katolik Roma adalah menguduskan Hari MINGGU, sementara saya lebih memilih untuk menguduskan Hari SABAT. Hanya ini yang menjadi satu-satunya titik perbedaan.

Perbedaan ini mulai muncul setelah ALLAH mengutus dua Malaikat-Nya menemuiku dalam mimpi pada 3 Februari 1994 (saat itu saya berstatus sebagai dokter muda) dan ALLAH meminta saya datang ke Bukit Sio(n) yang terelatak di Kaki Gunung Ramelau, karena ALLAH berkenan memberkati program saya, yang saya sebut: CATUR MOBILISASI (sebagaimana sudah beberapa kali telah saya kisahkan sebelumnya).

Setelah mimpi aneh itu, tanggal 7 Februari 1994, saya membeli ticket Pesawat Merpati setelah beberapa jam sebelumnya saya menerima sejumlah uang yang diberi oleh Almarhum Senhor Manuel Viegas Carrascalao di Swalayan Tiara Dewata Denpasar Bali.

Tanggal 8 Februari 1994, saya menuju Dili. Tanggal 14 Februari 1994, saya tiba di Atsabe. Tanggal 18 Februari 1994 saya tiba di Bukit Sio(n) yang terletak di tengah hutan belantara dekat kaki Gunung Ramelau.

Dan di sanalah, selama 3 hari berada di Bukit Sio(n), ALLAH dengan segala Kemurahan-Nya mengungkap banyak rahasia besar, yang terpendam dalam Kitab Suci, termasuk tentunya adalah; HUKUM SABAT.

ALLAH tidak pernah menghapus Hukum Sabat, yang ditempatkan-Nya sebagai Perintah-Nya yang ke-4 dalam "10 Perintah ALLAH" yang diterima Nabi Musa di Gunung Sinai.

Saat itu, pada hari terakhir saya berada di Bukit Sio(n), ketika ALLAH akan memberkati Program CATUR MOBILISASI, pada Minggu 20 Februari 1994, dimulai dengan; Takhta ALLAH terbuka lebih dulu, dan saat itulah ALLAH berbicara dari balik Takhta-Nya dengan suara-Nya yang bagaikan desau air bah, sambil mengacungkan Lengan Kanan-Nya, ALLAH memulai "kalimat pertama-Nya" yang terdiri dari "6 kata", dan dari 6 kata ini, kata terakhir yang diucapkan ALLAH adalah berbunyi; "EMPAT".

Apa yang dimaksud dengan kata "EMPAT" ini? Bahwa sejatinya saat itu, dari balik Takhta-Nya yang sangat megah, ALLAH berbicara mengenai "Hukum SABAT", yang merupakan Perintah-Nya yang ke-4, sebagaimana telah disampaikan-Nya kepada Nabi Musa di Gunung Sinai. Inilah yang menjadi alasan; "mengapa saya getol sekali membicarakan Hukum SABAT".

Sekedar untuk diketahui saja, kalimat pertama ALLAH yang terdiri dari ENAM kata yang diucapkan ALLAH pada 20 Februari 1994 saat akan memberkati Program CATUR MOBILISASI, menjadi salah satu alasan, mengapa saya mengusulkan kepada Prof. Lucas da Costa (Rektor Unpaz), untuk menuliskan bilangan "600" di secarik kertas putih polos, untuk dikirim ke Atsabe bersama seekor "manumean", ketika akan melemparkan koin berlambang Ratu Elizabeth II sebanyak 171 kali.

Dalam artikel berjudul; "DI MASA DEPAN BUMI AKAN DIHANCURKAN ALLAH", dengan sub judul; "Apa Makna Di Balik Angka 600 Yang Ditulis Prof. Lucas Da Costa" (seri: 3), saya telah menjelaskan sebagian mengenai makna di balik angka "600", yaitu, salah satunya adalah; TANAH YAHUDI.

Karena berdasarkan apa yang disampaikan ALLAH di Bukit Sio(n), pada Februari 1994, bahwa "Pulau Timor itu (tanpa Leste), adalah TANAH YAHUDI. Dan dengan statusnya sebagai TANAH YAHUDI, maka semua orang yang hidup di atas TANAH YAHUDI (Pulau Timor, termasuk yang di bagian barat), wajib hukumnya menguduskan "Hari SABAT".

Diterima atau tidak, ini menjadi kewajiban saya untuk harus saya sampaikan. Karena sayalah yang menerima "Perintah ALLAH" mengenai isu ini. Kalaupun saya harus diberi stigma sebagai seorang "bida'ah" oleh Otoritas Gereja Katolik Roma, saya siap menerima "stigma(tisasi) tersebut.

Tapi saya tidak akan pernah merubah satu hurufpun yang berasal dari ALLAH, walau saya harus dibunuh sekalipun. Seandainya saja saat itu, ALLAH tidak mengutus dua Malaikat-Nya untuk memanggil saya ke Bukit Sio(n), maka sampai detik ini saya akan tetap menjadi seorang penganut Katolik Roma yang "sangat manis", seperti penganut Katolik Roma lainnya.

CATATAN SELA

Sebelum saya meneruskan, sekedar intermezzo saya ingin sampaikan lagi pesan mengenai makna di balik angka "600" yang ditulis Porf. Lucas da Costa, yang oleh kalangan Renetil, dikenal dengan nama (kode): RAMA METAN (Beliau salah satu dari 10 orang Pendiri Renetil) di Bali, salah satu Pendiri Renetil, telah meningal, yakni Companheiro Fernando La Sama de Araujo, yang sempat menjabat sebagai Presiden Parlamen Nasional Timor Leste, dna terakhir menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada V Governo, Pimpinan Perdana Menteri Xanana Gusmao.

Sekiranya simbol aksara berupa "600" yang ditulis Prof. Rama Metan, bukan dibaca sebagai "enam ratus", tapi dibaca sebagai angka "enam" dan "dua lingkaran", maka itu artinya, ke dalam dua lingkaran yang kosong tersebut perlu diisi dengan "dua digit bilangan" untuk mengungkap sejumlah tabir.

Menurut Anda, kira-kira dua digit bilangan apakah yang perlu diisi di dalam dua lingkaran tersebut, dan dua digit bilangan tersebut berhubungan erat dengan "pesan Ilahi" di balik keluarnya "cairan transudat", dari patung Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili?

Bacalah Alkitab (Perjanjian Lama), untuk menemukan dua digit bilangan yang harus diisi ke dalam dua lingkaran hasil goresan tangan Prof. Lucas Da Costa. Karena di sana, di Alkitab, ALLAH menyimpan rahasia tersebut.

Dengan demikian, kita akan menemukan satu "hubungan sebab-akibat"(adanya matching), antara nama "LUCAS DA COSTA", yang jika dikonversikan ke dalam Bilangan Pythagoras, nilai numerik yang muncul, paralel dengan nilai numerik ANAK KANDUNG DAUD, yakni; 563.

Karena berdasarkan Bilangan Pythagoras; nilai numerik;

LUCAS DA COSTA = 563
ANAK KANUSNG DAUD =563

Apakah dengan demikian berarti Prof. Lucas Da Costa lah ANAK KANDUNG DAUD, yang diperkenalkan KRISTUS ketika menampakkan Diri-Nya kepada saya, pada 20 tahun lalu? Tepatnya pada Minggu dini hari, 7 Juli 1996.

Jawabannya; "May-be YES, may-be NO". Jika "may-be YES yang terpilih, maka di sini tidak berlaku "Teori Alegori Gua Plato". Tapi jika "may-be NO" yang terpilih, maka dengan sendirinya kesamaan nilai numerik antara nama LUCAS DA COSTA dengan frasa ANAK KANDUNG DAUD yang sama-sama menghasilkan angka 563, adalah karena berlakunya; "Teori Alegori Gua Plato".

Tapi yang pasti, saya sengaja menyinggung isu ini (ANAK KANDUNG DAUD), karena ketika pada 26 Februari 2016, saat saya menanyakan makna di balik kejadian keluarnya cairan dari mata Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili, jawaban yang diberikan TUHAN YESUS dan Bunda Suci Perawan Maria, jika diibaratkan seperti sebuah bangunan Geometri, hasilnya adalah kongruen (sama & dan sebangun), karena sama-sama menyebutkan; ANAK KANDUNG DAUD.

Tapi harap dicermati dan dicerna baik-baik tulisan saya. Saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan pribadi, yang mendefeniskan secara pasti bahwa air yang keluar dari mata Patung Bunda Suci Perawan Maria adalah karena "Bunda Maria menangis".

Silahkan cek kembali dua seri sebelumnya. Secara redaksional, saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan pribadi bahwa; "Cairan yang keluar dari mata Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili adalah karena Bunda Perawan Maria menangis".

Kalau pun saya menuliskan kalimat tersebut, itu karena saya meminjamnya dari ungkapan (pernyataan) yang digunakan ratusan sahabat FB'ers ketika menanyakan kejadian aneh tersebut kepada saya via inbox. Tapi bukan merupakan pernyataan pribadi yang berasal dari saya. Dari awal (seri pertama), saya telah menuliskan pernyataan bahwa saya menempatkan diri saya bersama artikel saya pada posisi "diametralis" untuk menjembatani perbedaan persepsi akibat perbedaan interpretasi atas kejadian tersebut.

PESAN UNTUK 9 PENDIRI RENETIL

Mumpung saya menyinggung nama Renetil dan nama Prof. Lucas da Costa dalam seri ketiga ini, maka sekalian saja, saya memanfaatkan momen ini untuk menyampaikan "pesan penting" kepada 9 orang Pendiri Renetil, agar tingkatkanlah "frekuensi" menjalani 3B (Berdoa, Bertobat & Bertirakat).

Karena setelah saya "mengutak-atik" sejumlah bilangan rahasia yang saya dapatkan dari kejadian aneh di mana ada cairan muncul dari "mata" patung Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili, anehnya kok saya menemukan "nama salah satu Pendiri Renetil" (???)

Tidak ada manusia yang hidup abadi di dunia ini, termasuk saya yang sedang menuliskan artikel ini. Pada akhirnya kita semua akan berlalu dari dunia baka ini. Kita akan menanggalkan yang fana dan mengenakan yang baka. Karena yang abadi (baka) itu adalah yang saat ini tidak kelihatan. Sementara yang saat ini kelihatan (fana) tidak akan pernah abadi.

Tapi anehnya, dan ini merupakan salah satu paradox manusia itu sendiri, bahwa ternyata sejarah dari berbagai peradaban selalu mencatat bahwa manusia justeru mati-matian mengejar yang tidak abadi tersebut.

Hari ini kita jadi Rektor, Menteri, Perdana Menteri atau Presiden yang dielu-elukan banyak orang. Kalau menghadiri kondnagan, kita duduknya di tempat paling terhormat. Itu semua adalah "rahmat ALLAH".

Tapi yang tidak kita sadari bahwa di balik jabatan tersebut, kita sedang dekat dengan "penyalah-gunaan rahmat" (graces abuse), yang kemudian berujung kepada penyalah-gunaan kekuasaan (power abuse), dan ujung-ujungnya, di akhir hidup kita, "graces abuse" dalam wujud "power abuse", akan mengantarkan kita menuju SHEOL (dunia orang mati).

Artikel ini mengambil thema sentral: CAWAN KRISTUS. Dua kata kunci ini (CAWAN KRISTUS), sengaja saya pilih karena sejumlah alasan. Seharusnya artikel ini, saya beri judul; ANAK AKNDUNG DAUD, sesuai dengan jawaban yang saya terima dari TUHAN YESUS dn Bunda Suci Perawan Maria. Tapi mengapa justeru saya menggunakan frasa: CAWAN KRISTUS?

Salah satu alasannya (tapi bukan satu-satunya alasan), adalah karena pertemuan saya dengan salah satu Pendiri Renetil, yakni Companheiro Siak, yang saya beri julukan SABAT (Sang Bangsawan Atsabe).

Pada tanggal 21 Februari 2016, sekitar pukul 9 malam, Waktu Denpasar, seseorang menelpon saya. Menelpon beberapa kali, tapi tidak saya angkat karena saya tidak mengenali nomor tersebut.

Alasan sejatinya bukan karena saya tidak mengenal nomor tersebut, tapi karena saya sedang dalam masa "Puasa VVV". Salah satu "V" dari VVV ini adalah "VOICELESS" (tidak boleh menyaringkan suara), kecuali hanya kepada orang-orang tertentu yang memang telah ditetapkan.

Setelah beberapa kali menelpon saya tidak mengangkat, maka untuk mengurangi rasa bersalah saya, saya mengirimkan SMS dan meminta maaf, bahwa saya tidak mengangkat telfonnya karena tidak kenal.

Tidak lama ada SMS masuk ke HP-ku. Bunyi teks SMS-nya; "Bnoite Rama". SMS tersebut masuk tepat pada pukul: 20:58:59. Isi SMS tersebut masih saya save di HP saat ini. Ada 10 huruf di SMS tersebut.

Begitu membaca SMS yang menyebutkan nama Rama, feeling saya; "ini pasti seseorang yang mengenal saya dengan baik, tapi siapa ya". Yang muncul di benak saya saat itu antara lain; Companheiro Siak, Comp. Yahudi SB Yahudi, atau Comp. Belchior Pereira. Karena ketiganya yang biasa selalu kontak saya jika mereka sedang berada di Bali.

Tidak lama berselang ada SMS masuk, menggunakan bahasa aneh. Barulah saat itu saya yakin, ini orang saya kenal dengan sangat baik.

Setelah SMS tersebut masuk, tidak lama HP kembali berdering dan saya mengangkatnya dan ternyata betul, saya mengenal baik orang tersebut, salah satu "Membro Jurado Renetil".

Saat itu Beliau mengajak bertemu. Beliau menginap di kamar nomor 9, salah satu Hotel di Kawasan Kuta. Saya menyanggupi permintaan Beliau untuk bertemu tapi dengan syarat; "Beliau menanggung beaya transportasi (taxi) pulang pergi Kuta-kos" (maklum saya anak kos). Beliau menyatakan OK.
Saya meluncur ke Kuta. Begitu tiba di sana, Beliau sudah berdiri di depan hotel. Beliau menyodorkan uang Rp 70.000 untuk membayar taxi.

Kami berdua "ngobrol ngalor-ngidul" malam itu sampai pukul dua dini hari baru saya meninggalkan hotel. Saat akan pulang, Beliau menepati janjinya untuk membayar taxi agar saya bisa pulang kembali ke kos.

Gak maungkin saya jalan kaki dari Kuta ke kos saya. Bisa-bisa tahun depan baru "nyampe". Ternyata uang yang diberikan Beliau buat ongkos taxi pulang adalah Rp 89.000. Aneh sekali kok uangnya Rp 89.000 (???)

Saat itu Beliau merogoh ke dalam saku baju dan saku celana lalu mengeluarkan sejumlah gumpalan uang kertas. Tanpa menghitungnya terlebih dahulu, Beliau langsung memberikannya kepada saya.

Saya menerimanya, tanpa menghitung di depan Beliau. Setelah masuk taxi, dalam perjalanan pulang, barulah saya menghitungnya dalam taxi. Ternyata jumlahnya Rp 89.000. Saya merasa geli sendiri dengan nominal tersebut (kok ada recehan yang membuat nominal uang tersebut agak aneh).

Itu artinya, uang yang diberikan kepada saya jumlah seluruhnya adalah Rp 70.000 + 89.000 = Rp 159.000. Begitu pulang ke kos, saya langsung tidur. Dalam tidur itulah saya bermimpi aneh, mengenai angka "159" tersebut. Mimpinya panjang. Kagak perlu saya kisahkan di sini. Kepanjangan, nanti malah membuat Anda merasa "garing" membaca artikel ini.

Ternyata angka tersebut (159) yang terdiri dari bilangan 70 dan 89. Bilangan 70 adalah simbol; DAVID OAN. Sedangkan bilangan 89 adalah simbol RAI JUDEU.

DAVID OAN = 70
RAI JUDEU = 89

Berdasarkan dua simbol tersebut dia atas (DAVID OAN + RAI JUDEU) itulah, saya memilih judul sentral artikel ini menjadi; CAWAN KRISTUS. Kenapa orang tersebut memberikan simbol CAWAN KRISTUS kepada saya?

Biarlah ALLAH dan saya yang tahu. Tapi menurut 'pengamatan' saya, Beliau termasuk berasal dari "Keluarga Katolik" yang sangat taat. Benar-benar penganut Katolik Roma yang taat. Beliau berasal dari Keluarga Bangsawan.

Selama kami berdua ngobrol di hotel, kamar nomor 9, salah satu topik obrolan kami adalah mengenai masa depan Timor Leste yang sudah dipastikan akan jatuh ke dalam status sebagai FAILED STATE (negara gagal) menjelang dan memasuki tahun 2020 dan seterusnya.

Jadi anggaplah "cairan transudat" yang keluar dari "mata" Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili, walaupun hanya sekedar "cairan transudat" (air hujan), tetapi tetap memiliki "nilai penting (ada muatan Pesan Ilahi) yang sedang memberikan "pesan krusial" (peringatan serius) kepada masyarakat Timor Leste untuk mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang sangat mengenaskan mengenai masa depan Timor Leste yang akan jatuh ke dalam keadaan " FAILED STATE".

Dalam obrolan malam itu, saya sempat menyinggung pesan, yang telah saya tuliskan di salah satu artikel di tahun 2015, yakni bahwa di masa depan, Timor Leste akan benar-benar "jatuh miskin", dan dihadapkan pada 4 pilihan berat saat itu. Salah dua dari 4 pilihan tersebut adalah;

Pilihan pertama;

Hidup sebagai negara, yang jika diibaratkan seperti manusia, hidup segan, tapi mati tak mau, karena Timor Leste saat itu (di tahun 2020-an), benar-benar "MISKIN". Bahkan modal untuk membayar "Pegawai Negeri" pun harus hutang. Apalagi digunakan untuk kepentingan lannya. Semuanya harus hutang, hutang dan hutang.

Pilihan kedua;

Saat itu, saat Timor Leste jatuh ke dalam keadaan FAILED STATE setelah kekayaan Timor Gap terkuras habis, mungkin akan ada sejumlah negara membentuk sebuah Komite, misalnya Komite tersebut diberi nama; KOPETIL (Komite Penalangan Timor Leste), yang terdiri dari sejumlah negara, dan saya yakin Amerika ada di dalamnya, jika KOPETIL jadi dibentuk, yang akan bertindak sebagai "penalang", yang menalangi pendanaan Timor Leste, agar Timor Leste bisa tetap survive, sambil menunggu Timor Leste keluar dari krisis besar (entah berhasil atau tidak).

Tapi penalangan tentu ada batasnya. Dan pada saat penalangan itu berakhir, dan Timor Leste tetap tidak bisa berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), maka ada kemungkinan besar, Timor Leste bisa dijadikan sebagai "negara bagian" dari salah satu negara besar di bumi ini, entah Amerika, atau mungkin juga China. Tapi tidak mungkin Rusia.

Kalaupun tidak bisa menjadi negara bagian, siapa tahu, dalam beberapa tahun mendatang, perkembangan dunia mengalami sebuah revolusi besar (misalnya Perang Dunia III), di mana muncul konstelasi dengan perspektif (politik) global yang baru, dan pada saat itu, ada negara adi daya yang membutuhkan wilayah-wilayah strategis untuk dijadikan sebagai "satelit" atau "Pangkalan Militer". Dan mungkin saat itu, secara geografis, Timor Leste memiliki "daya tarik", alias "nilai guna" yang tinggi.



KAGET MELIHAT SIMBOL KEMATIAN DI TELAPAK TANGAN KIRI

Malam itu, di saat kami berdua sedang serius membicarakan "masa depan Timor Leste yang mengenaskan", saat itu ketika tanpa sengaja Beliau membuka "telapak tangan kiri", saya sangat kaget. Sumpah, benar-benar kaget, karena saya melihat adanya "simbol pesan kematian".

Begitu melihat "telapak tangan kiri" Beliau, yang muncul di benak saya adalah wajah Ilmuwan kenamaan Inggris, "Alfred Russel Wallace", yang pernah menapakkan kakinya di kota Dili, pada 12 Januari 1861.

Tokoh yang berteman baik dengan Charles Darwin ini, meninggal pada 7 November 1913. Malam itu, begitu saya melihat "pesan kematian" muncul dari balik "telapak tangan kiri" orang baik tersebut, saya langsung bertanya;

"Maaf brother. Apakah Brother atau salah satu kelurga dekt Brother, lahir pada 7 November ya?" Dijawabnya; YA". Kemudian Beliau bertanya; "Kenapa?"

Saya bilang saja sekenanya; "Saya melihat sebuah simbol penting di telapak tangan brother". Kemudian obrolanpun diteruskan, sampai sekitar pukul dua dini hari, lalu saya meninggalkan hotel dengan mendapat simbol RAI JUDEU (angka 89).

Nah, salah satu alasan, mengapa saya memilih thema sentral artikel ini dengan menggunakan dua frasa penting; CAWAN KRISTUS, tapi bukan ANAK KANDUNG DAUD, karena berhubungan erat dengan simbol CAWAN KRISTUS (bilangan 159), yang diberikan Beliau kepada saya malam itu.
Jika Anda konversikan frasa CAWAN KRISTUS ke dalam "Bilangan Latin", hasilnya pasti = 159.
Kalau kemudian Anda konversikan juga frasa SEMINARIO MAIOR ke dalam Bilangan Latin, hasilnya juga = 159.

CAWAN KRISTUS = 159
SEMINARIO MAIOR = 159.

Dengan demikian, saya ingin sekali mengatakan bahwa, walaupun cairan yang keluar dari "mata" Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili, hanyalah sekedar "cairan transudat", bukan "cairan exudat", sebagaimana pernyataan resmi yang telah dikeluarkan oleh Otoritas Seminario Maior Fatumeta Dili, namun saya tetap melihat bahwa di balik "cairan transudat" tersebut, mengandung sejumlah pesan penting.

Bukankah para Filsuf selalu berkata bahwa; "Setiap kejadian di jagat raya ini selalu memiliki alasannya masing-masing".

Kenapa patung Bunda Suci Perawan Maria yang berada di SEMINARIO MAIOR Fatumeta Dili yang harus mengeluarkan "cairan tranasudat" dari matanya? Kenapa bukan patung Bunda Suci Perawan Maria di Gereja Balide atau patung Bunda Suci Perawan Maria yang ada di Katedral Vila Verde atau patung Bunda Maria di Gereja Motael? Kenapa harus patung Bunda Suci Perawan Maria yang ada di SEMINARIO MAIOR Fatumeta?

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang membacanya. TUHAN YESUS Yang Maha Pengasih memberkati kita semua (hitam & putih). Amin.

Tidak ada komentar: